Kedua, yaitu pentingnya pengklasifikasian murid. Hal ini terkait proses penilaian formatif, observasi dan pemetaan awal lainnya sebelum pembelajaran dilakukan. Menurut saya, hal ini menjadi perihal yang penting dan belum sepenuhnya saya lakukan di sekolah. Dengan adanya pembelajaran modul 2.1, ihwal ini menjadi pengingat dan penguat diri saya untuk selalu memperhatikan keberagaman murid dan pemenuhan kebutuhan belajarnya di kelas.
NOW WHAT? (TINDAK LANJUT)
Sebelum diterapkannya Kurikulum Merdeka di sekolah saya, saya masih menerapkan pembelajaran dengan dua sampai tiga metode mengajar saja. Namun setelah mempelajari esensi kurikulum ini dari berbagai media massa, maka saya mengubah cara mengajar saya yang disesuaikan dengan kebutuhan, serta gaya belajar siswa di kelas. Termasuk pula transformasi pada perencanaan, pelaksanaan, hingga penilaiannya. Perubahan ini juga didorong penerapan Kurikulum Merdeka pada sekolah yang saya ajar (TA. 2022/2023).
Seiring dengan penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah saya mengajar dan diperkuat pada pembelajaran modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi PGP7 ini, saya mencoba merencanakan perbaikan pembelajaran berbasis keragaman siswa. Sehingga dalam penyampaian pembelajaran (konten belajar), memiliki variasi konten yang disesuaikan dengan kesiapan belajar, minat, dan karakteristik/ gaya belajar anak (auditori, visual, dan kinestetik), termasuk pula pada keberagaman bentuk tugasnya.
Keberagaman di kelas ini membuat saya semakin menekankan pada pentingnya pendidikan multikulturalisne/ toleransi. Sehingga tantangannya ada pada kemampuan dalam membuat media pembelajaran yang beragam dan harus mengerti, serta bisa menyampaikan pembelajaran yang berbasis keberagaman ini kepada siswa dengan gaya belajar serta kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Penyesuaian ini tentunya membutuhkan beberapa waktu, karena harus mempelajari serta memaknai karakteristik anak, berikut pula dalam proses pembelajarannya.
Menyikapi tantangan-tantangan ini, saya berusaha melakukan pembelajaran mandiri dari media digital, berdiskusi dengan rekan sejawat, berkoordinasi dengan kepala sekolah, serta mengikuti berbagai webinar yang relevan dengan Kurikulum Merdeka dan pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi di dalamnya. Tentunya hal ini dilakukan semata-mata untuk memperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik dan berorientasi pada masa depan siswa.
"Win win solution" ialah kata yang tepat dalam memaknai pembelajaran berdiferensiasi ini. Artinya, guru dan murid sama-sama menang dalam pemecahan permasalahan pembelajaran dalam konteks dunia pendidikan Indonesia. Inilah dampak dari pembelajaran berdiferensiasi ini. Bukan hanya kebutuhan murid yang bisa terpenuhi. Namun, kompetensi dan kualitas guru juga akan meningkat bila mampu menyesuaikan diri dengan pembelajaran berdiferensiasi ini. Terlebih lagi sekolah guru tersebut menggunakan Kurikulum Merdeka.
Mengutip dari buku Komunikasi Bisnis Teori dan Praktik yang ditulis oleh Dr. Nieke Masruchiyah (2022), pendekatan dengan teknik win win solution bisa membangun hubungan harmonis antara kedua belah pihak dalam jangka panjang. Perihal ini bisa tercapai apabila kedua belah pihak mau bekerja sama untuk mewujudkan tujuan yang saling menguntungkan.
Win win solution adalah model pendekatan pemecahan masalah yang tidak merugikan salah satu pihak yang terlibat. Akan tetapi, semua pihak bisa meraih apa yang menjadi kebutuhan masing-masing, diberdayakan-memberdayakan, dan harus ada proses adaptasi untuk mencapai keberhasilan pada model pendekatan pemecahan masalah seperti ini.
Akhirnya, saya berterima kasih kepada Ibu Guslaini sebagai fasilitator yang sudah membantu kami dalam proses pembelajaran berdiferensiasi ini. Berikut juga PP dan sahabat-sahabat CGP7 dalam kelompok diskusi saya. Karena tanpa mereka, kebersamaan, kolaborasi, pembelajaran, hingga proses menghargai, tidak akan menjadi pembelajaran bermakna dan pengingat diri ini.
Semoga kita selalu dipertemukan dalam majelis-majelis yang bermanfaat untuk mengembangkan diri dan ihwal kepentingan masa depan dunia pendidikan di Indonesia. Salam win win solution untuk dunia pendidikan Indonesia! Salam Indonesia Emas 2045!