"Aku ingin ia segera menikah. Bisakah kamu menyampaikan?"
0 0 0
Gerimis makin deras dan udara dingin makin mencekam.
"Saya belikan kopi ya, Pak..."
Kembali ia menjawab dengan senyuman.
Tak perlu waktu lama aku membeli dua gelas kopi jae di kantin rumah sakit.
Tetapi saat kembali ke selasar untuk memberikan kopi itu, lelaki tua itu sudah tak ada di tempat.
Segelas kopi kutaruh di dekat tikar dan segelas lainnya kuminum sendiri.
Baru sesruputan kopi kuminum sebuah pesan singkat masuk di hape meminta aku segera kembali ke kamar.
Hampir saja aku pingsan saat di depan kamar kulihat tiga perawat mendorong felbet dengan pasien ditutup selimut seluruh tubuhnya.
Spontan kubuka selimut di bagian wajah. Astaghfirullah bukan istriku tapi lelaki tua di selasar tadi.