Langkah selanjutnya, kami melihat bagian atap secara keseluruhan. Mulai dari genteng, wuwungan, talang, dan juga kuda-kuda.
Hasil pemeriksaan lebih mengejutkan lagi. Kondisi genteng 80% sudah lapuk yang menyebabkan air hujan tidak semuanya mengalir ke talang tetapi terserap genteng lalu merembes ke reng dan usuk lalu menetes ke plafon.
Demikian juga, banyak bagian talang yang lapuk termakan jaman sehingga sebagian air hujan tidak turun lewat talang tetapi merembes ke dalam peluran atau lapisan tembok. Inilah yang menyebabkan tembok menjadi lapuk.
Sebagai bagian sarana prasarana langsung lapor kepada kepala sekolah untuk dilanjutkan kepada yayasan. Mengingat besarnya renovasi di atas 600 juta maka perbaikan ditunda.
Pada 2014 kebocoran semakin agak parah sekali pun tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Pertimbangan kerusakan semakin parah dan kemungkinan bisa membahayakan warga sekolah kami mengajukan renovasi lagi. Berdasarkan perhitungan detail beaya membengkak menjadi 975 juta.
Kali ini disetujui dan diminta untuk memeriksa secara teliti. Hasilnya semakin mengejutkan, sekali pun saya bukan arsitek atau konstruktor ternyata dengan mata telanjang bisa melihat keadaan gedung dengan cukup detail.Â
Konstruksi kuda-kuda ternyata sedikit bergeser sehingga susunan genteng tidak simetris lagi yang juga menyebabkan bocor dan rembesan di titik-titik tertentu.