Mereka yang punya anggapan sombong ini juga harap dimaklumi.Â
Kenyataan memang ada yang demikian. Merasa dirinya sebagai orang berpendidikan tinggi, pejabat, pengusaha, petinggi, atau secara ekonomi lebih mapan lalu enggan bergaul dengan tetangganya. Merasa tidak selevel.
Bertemu tanpa sebuah senyuman apalagi sapaan artinya membangun benteng menutup diri.
Kesibukan rutinitas pekerjaan memang menyita waktu dan melelahkan. Pergaulan dengan sesama terdekat tetap dijalin demi kerukunan.
Alasan menghindari gibah justru bisa membuat gibah.
Mendengar percakapan guyon parikena atau dalam bahasa pergaulan artinya saling sindir tentulah bermaksud membangun sebuah keakraban tanpa tunjuk jidat sebuah kekeliruan seseorang.
Ada juga yang blaka suta tanpa tedeng aling-aling alias terus terang tanpa ditutupi untuk mengatakan sesuatu yang dianggapnya kurang tepat.
Kekuatan ekonomi, kesejahteraan finansial, pendidikan dan jabatan tinggi, serta banyaknya orang lebih dekat karena hal tersebut tidak menjamin adanya sebuah dukungan massa.
0 0 0
Sebuah kisah.