Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Wayang Kontemporer] Jangan Remehkan Perempuan

18 Juli 2020   23:16 Diperbarui: 18 Juli 2020   23:14 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sengkuni! Kau suruh aku jaga mulut dan menghormati Paman Durna tapi kau sendiri memperalat Beliau untuk ambisimu menguasai Ngastina!"

Terhenyak mendengar ucapan Banowati yang tajam melebihi sembilu membuat Sengkuni terduduk diam dan Durna menjadi gemetaran.

"Paman Durna....tidakkah engkau paham larangan mengunjungi Kakang Suyudana dan Dursasono adalah akal busuk Sengkuni untuk menguasai Ngastina." Banowati semakin lantang.

"Banowati! Keluar kau dari sini."

"Kau memang patih, Sengkuni. Tapi aku permaisuri Suyudana, Raja Ngastina," seru Banowati sambil sedikit mencibir.

Sengkuni turun dari kursinya dan mendekati Pendita Durna serta menggelengkan kepalanya merayu, "Paman betapa ngaconya wanita ini..."

"Dia istri Suyudana, pahami itu..." Kata Durna.

Sengkuni mundur kaget.

"Paman Durna.... Sengkuni walau dia patih tapi dia di luar garis darah Kurawa. Apa hak dia mengatur kita?"

Ucapan Banowati ini menggugah pikiran Pendita Durna selama ini Sengkuni semakin membuat ruwet perselisihan Kurawa-Pandawa.

"Sengkuni....kukira luka Suyudana dan Dursasono tak terlalu parah untuk menginap di rumah sakit. Biarkan mereka pulang...," kata Pendita Durna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun