Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelecehan Budaya Tradisional Jawa oleh Media Massa

23 Agustus 2019   17:10 Diperbarui: 23 Agustus 2019   17:41 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
P. Saukani sedang nyuwuk anak sawanen. Dokpri

Permasalahannya mereka tidak bisa membedakan mana dukun mana paranormal apalagi yang palsu. Terpenting mereka ingin sukses, sekali pun harus membayar atau memberi mahar sejumlah uang yang besar dan syarat yang aneh-aneh. Tak salah jika ada dukun dan paranormal (palsu) yang memasang iklan di media cetak, elektronik, dan media sosial.

Pasangan keluarga muda minta bantuan sesepuh karena anaknya tak bisa tidur selama tiga hari. Dokpri
Pasangan keluarga muda minta bantuan sesepuh karena anaknya tak bisa tidur selama tiga hari. Dokpri
P. Saukani sedang nyuwuk anak sawanen. Dokpri
P. Saukani sedang nyuwuk anak sawanen. Dokpri
0 0 0 0

Pengalaman Kompasianer

Tahun 2012, sebenarnya ada beberapa Kompasianer yang pernah ajak penulis berkunjung ke wilayah timur Malang dan masyarakat Suku Tengger untuk melihat kehidupan semacam ini. Rupanya setelah sukses tak lagi menampakkan hidungnya apalagi saling sapa lewat SMS kala itu.

Merupakan hal yang kurang bijak dan tak etis untuk menunjukkan pejabat, politikus, artis, atau pengusaha  mana saja yang pernah minta bantuan sesepuh atau dukun untuk berhasil dalam karir atau ekonomi.

April 2019 kemarin, kami mengundang tiga Kompasianer ke tempat yang sama dengan tujuan menunjukkan bahwa kehidupan dan ritual semacam itu masih ada. Dan yang meminta pun bukan hanya pedalaman, orang desa, dan pinggiran tetapi juga orang kota. Membayar? Tidak!  Meminta balas jasa? Tidak! Apakah yang minta tolong memberi gratifikasi. Ya! Berapa? Mungkin cukup untuk makan tiga orang desa. Tak pernah lebih.

Dua ratus lima puluh juta seperti iklan di atas? Wah sungguh pelecehan terhadap budaya dan adat Jawa yang penuh dengan nilai-nilai kearifan lokal.

Sebuah ritual atas permintaan seorang pengusaha untuk keberasilannya. Dokpri
Sebuah ritual atas permintaan seorang pengusaha untuk keberasilannya. Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun