Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelecehan Budaya Tradisional Jawa oleh Media Massa

23 Agustus 2019   17:10 Diperbarui: 23 Agustus 2019   17:41 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
P. Saukani sedang nyuwuk anak sawanen. Dokpri

0 0 0 0 0

Apa hubungannya dengan iklan di atas?

Dalam budaya Jawa dipahami hari baik, kurang baik, dan tidak baik sebagai naga dina untuk menuntun melakukan suatu pekerjaan. Hari kurang baik dan tidak baik bukan berarti jelek lalu harus ditinggalkan. Memang sebaiknya dihindari namun jika tidak bisa dihindari maka ada syarat-syarat tertentu yang harus dilakukan. 

Di sinilah permasalahan timbul, dimana syarat tersebut kadang terlalu berat bahkan tidak mungkin dipenuhi seseorang yang merasa terhambat oleh naga dina tersebut. Apakah harus dilanggar atau diterjang saja dengan konskuensi kelak akan menerima kenyataan pait? Sebenarnya hal ini bisa dinetralisir dengan laku atau tindakan tertentu, misalnya menghindari mengkonsumsi makanan tertentu atau berpuasa tengah hari atau dengan mantra atau doa tertentu oleh sesepuh yang dimintai nasehat. 

Celah inilah yang sering disalahgunakan oleh paranormal walau tidak semua, untuk mencari keuntungan pribadi dengan memeras dan melakukan pelecehan. Dan akhirnya muncul istilah dukun palsu, dukun cabul, atau paranormal gak normal! Sehingga sebutan dukun sebagai sesuatu yang jelek dan buruk. Tak bisa dipungkiri. Dan menjadi stigma yang sungguh menyakitkan bagi mereka yang jujur.

Iklan di atas  merupakan imbas dari pandangan masyarakat sendiri atas pandangan tentang dukun akibat mereka ditipu dukun palsu dan tentu saja akibat perkembangan jaman. Di sini peran media juga sangat berperan. 

Lihat saja tayangan-tayangan di telivisi, orang yang memakai lurik, udeng, dan blangkon selalu dikonotasikan dengan dukun atau paranormal. Payahnya dukun dan paranormal palsu dan penipu yang suka memeras.

Padahal, sebenarnya dukun adalah seorang sesepuh atau orang yang dituakan karena pengetahuannya dan sikapnya yang bijak untuk memberi wejangan, tuntunan, dan arahan untuk melakukan suatu tindakan tanpa berharap apalagi minta suatu imbalan.

Seorang anak muda yang kehilangan hape terkini diantar ibunya minta bantuan sesepuh.Dilihat juga oleh 3 K'ner. Dokpri
Seorang anak muda yang kehilangan hape terkini diantar ibunya minta bantuan sesepuh.Dilihat juga oleh 3 K'ner. Dokpri
0 0 0 0 0

Apakah masih ada orang atau dukun atau sesepuh semacam ini?   

Di kota yang demikian duniawi kehidupannya, mungkin sulit ditemui sekalipun masih ada. Boleh jadi mereka tertutup oleh hiruk pikuk dan gemerlapnya metropolitan. Tetapi harus diakui bahwa masih ada saja orang kota yang ingin berhasil dalam bisnis dan karir masih tetap menggunakan jasa para dukun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun