Tak perlu lagi bicara lantang dan keras dari pikiran yang penuh keinginan duniawi dan bisikan di luar diri kita. Bicara sedikit dengan lembut dari suara hati terdalam untuk membimbing dan menuntun kaum muda menjalani kehidupan yang benar. Dan senantiasa menebarkan senyum kebahagiaan kepada siapa saja yang ditemui.
Kumis memutih.
Apa yang terucap adalah kebenaran yang bersih dan suci. Bukan ungkapan kemarahan lepas kendali dan tanpa bukti selain kebencian tanpa dasar.
Gigi keropos, tanggal, dan ompong.
Kecap dan rasakan sisa-sisa umur untuk hidup lebih bermakna daripada menelan atau mengunyah kerasnya kehidupan yang sering dikejar demi kepuasan atau sekedar kesenangan duniawi. Kita sudah tidak mampu melakukan hal itu. Bisa saja kita memasang gigi palsu. Namun tak akan merasakan nikmatnya!
Sudah saatnya menjelajahi hati diri sendiri untuk menyadari asal dan tujuan hidup. Bukan lagi menjelajahi dunia yang mempesona namun sering membuat lupa arti dan tujuan hidup sebenarnya.
Bersyukurlah jika bila sudah menjadi kakek atau seusia kakek namun kita tidak terlalu banyak memiliki tanda-tanda fisik alami seperti di atas. Bahkan semangat hidup kita tetap tinggi untuk terus berkarya menjalani dan mengisi kehidupan.
Namun kakek adalah seorang kakek yang bukan sekedar tua karena usia. Budaya Jawa mengatakan: 'yen sepuh kudu bisa dadi sesepuh lan pinisepuh' Artinya, kalau sudah tua harus bisa dituakan dalam arti bisa dihormati sebagai orang tua karena ucapan dan perbuatan atau tingkah lakunya yang memberi suri tauladan bagi kaum muda.
Rahayu.....rahayu....rahayu....