Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Prahara Jumat Legi

23 September 2016   12:08 Diperbarui: 23 September 2016   13:40 1625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejenak kemudian ia menawar:

“Kalau hanya kucicipi sedikit saja, bagaimana Mbah?”

“Kau berniat menghabisi orang yang kau anggap merusak usahamu dan minta bantuanku. Simbah membantumu menenangkan diri dengan dendam kesumatmu yang kuat tapi kau takut minum air kembang borek ini…”

Rupanya ia terbakar dengan ucapanku, lalu diambil dan secepat kilat segelas air putih kembang borek dihabiskannya.

“Jangan dimuntahkan!” seruku saat dia seperti tampak mual.

“Kalau kau muntahkan saat pulang dari sini pun semua tak ada hasilnya.”

“Yaa…Mbah,” jawabnya dengan sedikit wajah muram.

“Senin Paing jam tujuh malam kamu datang ke sini lagi dengan membawa kemenyan dan benda tajam dari logam yang mudah berkarat yang dapat membunuh orang yang kau kehendaki,” pintaku padanya.

Badannya tampak mulai bergetar. Entah takut, entah merasa sedikit senang karena niatnya sedikit terlaksana.

Kemenyan. Dokpri
Kemenyan. Dokpri
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Senin Paing

Hujan rintik seharian, ternyata tak menyurutkan niat anak muda ini datang ke gubukku. Kilatan dan suara guntur bersautan di awal malam seakan mengiringi kedatangannya. Sebungkus rokok klobot dan sebungkus kopi sebagai oleh-oleh dikeluarkan dari tas ranselnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun