Ia pun salim padaku lalu dengan temannya ngeloyor pergi naik sepeda motornya.
Anak muda itu kembali datang ke rumah sambil menunjukkan kembang borek yang hanya dua buah kembang kenanga. Katanya diambil dari tetangganya yang meninggal karena sakit diabetes dua hari yang lalu. Sungguh aku tak yakin dia seberani itu. Kalau toh memang benar itu kembang borek tentu dia menyuruh orang lain.
Setelah berbincang, kuminta dia membuat secangkir kopi pait dan air putih di pawon kami. Aku pun mengambil segelas air dari gentong lalu kumasukkan kembang borek ke dalamnya.
Setelah semua tersaji di meja, aku membaca mantra dengan lirih. Kulirik dia dan tampak wajahnya cukup tegang.
“Minum air kembang ini!”
“Mbaah…..”
“Takut atau jijik?”
“Keduanya Mbaah….”
“Terserah kamu. Ini niatmu, Simbah cuma membantu…. Kalau kau membatalkan ya terserah!”
Dia hanya diam. Sambil menghisap rokok dipandangnya kembang borek yang kusuruh meminumnya.