Mohon tunggu...
M GammaYudha Saputra
M GammaYudha Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Staff Bem Fisip Universitas Airlangga Surabaya

Halo! Nama Saya Gamma dan saya suka travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tari Gandrung Identitas Masyarakat Banyuwangi Melestarikan Seni Pertunjukan

14 Juni 2022   15:04 Diperbarui: 14 Juni 2022   15:42 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

author : M Gamma Yudha Saputra

Abstrak

Seni di Indonesia sampai sekarang masih berkembang pesat dan menghasilkan beragam karya seni dari berbagai kalangan. Karya seni tersebut dapat dilihat dari daerah yang menunjukkan berbagai variasi. 

Dalam hal tersebut, kesenian gandrung memiliki keunikan tersendiri yang muncul secara bersamaan yaitu dengan dibukanya hutan tirtagondo untuk membangun blambangan atas inisiatif mas Alit yang dilantik sebagai bupati pada tanggal 2 Februari 1774 di Ulupangpang, demikianlah kisah yang diceritakan oleh sesepuh banyuwangi pada zaman dulu, mengenai asal muasal tari gandrung, Berbagai usaha dari pemerintah daerah untuk menggalakkan seni budaya kreatif sangat membantu agar tari gandrung selalu melekat di kehidupan masyarakat. 

Hal ini ditunjukkan melalui pementasan tari gandrung di pusat-pusat hiburan masyarakat seperti balai pemuda, taman budaya, dan pada berbagai acara formal ataupun informal sebagai bentuk apresiasi tari gandrung, 

Gandrung adalah salah satu budaya yang sudah berumur sangat lama yang harus dilestarikan oleh generasi muda, karena pada zaman sekarang banyak anak muda yang tidak mau mempelajari budaya dengan alasan malu dianggap terbelakang padahal kenyataanya belajar budaya itu tidak hanya tentang kita tau tapi bagaimana kita bisa memaknai budaya tersebut, karena dibalik budaya tersebut pasti terdapat banyak kisah yang bisa kita teladani, pemerintah pada zaman sekarang sudah menggalakkan pelestarian budaya, Dengan dibuatnya artikel ini, semoga bisa menumbuhkan semangat generasi muda untuk bisa lebih melestarikan dan lebih peduli terhaadap tari gandrung

Keyword : gandrung, tari, budaya

Abstract

Art in Indonesia is still growing rapidly and produces various works of art from various circles. The artwork can be seen from the area which shows various variations. In this case, the art of gandrung has its own uniqueness that appeared simultaneously with the opening of the Tirtagondo forest to build Blambangan on the initiative of Mas Alit who was inaugurated as regent on February 2, 1774 in Ulupangpang. the origin of the gandrung dance, various efforts from the local government to promote creative arts and culture are very helpful so that gandrung dance is always embedded in people's lives. This is shown through the performance of the Gandrung dance in community entertainment centers such as youth halls, cultural parks, and at various formal or informal events as a form of appreciation for the Gandrung dance. Gandrung is one of the oldest cultures that must be preserved by the younger generation. because nowadays many young people don't want to learn culture with the excuse of being ashamed of being considered retarded when in fact learning culture is not only about us knowing but how we can interpret the culture, because behind that culture there must be many stories that we can emulate, the government at that time today's era has promoted cultural preservation. With this article, hopefully it can foster the spirit of the younger generation to be able to preserve and care more about gandrung dance

Keyword : gandrung, dance, culture

 Pendahuluan

Latar Belakang

Tari gandrung sudah berkembang sejak tahun 1700M, pada saat itu tari gandrung dipentaskan bukan sebagai hiburan tapi sebagai ungkapan penindasan dan bentuk perlawanan masyarakat osing kepada penjajah, hingga saat ini tari gandrung menjadi ikon pariwisata daerah Banyuwangi, budaya budaya seperti tari gandrung ini rawan tergerus arus globalisasi maka dari itu hal-hal seperti ini harus diwariskan kepada generasi yang lebih muda, menurut wayan mertha dalam (Tari et al., 2014) Pewarisan tersebut dapat dilakukan melalui melalui jalus pendidikan. 

Pendidikan tidak harus melalui pendidikan formal melainkan pendidikan non formal. Pendidikan non formal biasanya dilakukan oleh keluarga dan masyarakat. Gandrung sebagai seni yang kaya kan nilai maka berfungsi sebagai pembentuk karakter.

Atas dasar inilah gandrung dapat dijadikan sebagai pendidikan nilai dan pendidikan karakter untuk pewaris aktif, kesenian gandrung sendiri sebenarnya sudah tergerus oleh arus globalisasi, tetapi masih bisa eksis di dunia kesenian karena dipopulerkan oleh media cetak dan media elektronik, pemerintah Banyuwangi pun mulai berusaha untuk melestarikan kesenian ini dengan cara mewajib kan seluruh siswanya mengikuti ekstrakurikuler kesenian, dinas pariwisata juga memiliki caranya sendiri dalam melestarikan tari gandrung, yaitu dengan mengadakan perhelatan seni "Paju Gandrung Sewu" di salah satu satu wisata pantai di daerah Banyuwangi,

Satu aspek penting dalam seni tari yang diperhatikan adalah tata rias, tata rias adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari seni tari, seorang penari diharuskan memperhatikan tata rias dikarenakan supaya mempertegas peran yang dia bawakan, tata rias bukan termasuk hal baru karena sejak daman dahulu tata rias sudah dikenal terutama oleh Wanita, pada umumnya tata rias adalah ilmu yang mempelajari seni merias wajah diri sendiri dan terutama untuk orang lain, ilmu ini bisa digunakan untuk membuka lowongan kerja dan membuka usaha sendiri, tari gandrung kaya akan nilai-nilai moral yang harus ditanamkan kepada generasi muda sebagai pewaris aktif kebudayaan.

Seni di Indonesia sampai sekarang masih berkembang pesat dan menghasilkan beragam karya seni dari berbagai kalangan. Karya seni tersebut dapat dilihat dari daerah yang menunjukkan berbagai variasi. 

Dalam hal tersebut, kesenian gandrung memiliki keunikan tersendiri yang muncul secara bersamaan yaitu dengan dibukanya hutan tirtagondo untuk membangun blambangan atas inisiatif mas Alit yang dilantik sebagai bupati pada tanggal 2 Februari 1774 di Ulupangpang, demikianlah kisah yang diceritakan oleh sesepuh banyuwangi pada zaman dulu, mengenai asal muasal tari gandrung Joh Scholte pada makalahnya menulis sebagai berikut : asalnya lelaki jejaka itu keliling ke desa.desa bersama pemain musik yang memainkan kendang dan terbang dan sebagai penghargaan mereka diberi hadiah berupa beras yang mereka membawanya di dalam sebuah kanton (Agas, 2011). 

Dibalik gemerlap dan indahnya tari gandrung yang dibawakan oleh Wanita yang memiliki tubuh yang bagus, ada prosesi magis yang harus dilalui oleh para penari ditujukan supaya mendapat kan simpatik kepada para penonton.

Seni di Indonesia sampai sekarang masih berkembang pesat dan menghasilkan beragam karya seni dari berbagai kalangan. Karya seni tersebut dapat dilihat dari daerah yang menunjukkan berbagai variasi.

Dalam hal tersebut kesenian tari dapat dilestarikan dalam sektor pariwiwsata yang merupakan gejala sosial yang sangat kompleks, karena pariwisata dapat mengangkat berbagai aspek yang berkaitan dengan langsung maupun tidak langsung dengan manusia. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek psikologis, sosiologis, ekonomis, ekologis, budaya, dan kesenian yang sangat terkait dengan pariwisata. Aspek tersebut juga saling berkorelasi untuk membentuk alur hubungan yang saling menentukan dalam suatu kawasan wisata (Kanzunnudin 2011).

Kesenian tari tersebut merupakan budaya lama yang harus dilesarikan dan dipertahankan, dengan cara melalui proses belajar, kesempatan yang diberikan, serta saling mendukung antara satu dengan yang lain. Selain itu, kesenian tari dapat memperkenalkan budaya lama dengan mengadakan pagelaran seni. 

Kesuksesan pagelaran ini dapat menyampaikan pesan kepada masyarakat dan tidak lepas dari media yang tepat. Media tersebut sebagai salah satu unsur bauran promosi yang memegang peranan penting sebagai sarana untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi (KANTOR 2017). 

Dengan adanya media pagelaran Tari gandrung yang merupakan budaya lama, akan mudah diikuti dan disaksikan oleh masyarakat, sehingga dapat melestarikan Tari gandrung.

Budaya lama tersebut perlu mendapatkan perhatian dalam usaha pelestarian, pengembangan, dan perlindungannya, supaya keberlangsungannya tetap terjaga dalam penerusan global (Kaunang, Ivan Robert Bernadus, Sumilat 2015). 

Dalam kesenian Tari gandrung, perlu adanya industri kreatif yang membuat tarian tersebut menjadi lebih menarik. Sehingga, tarian tersebut dapat berkembang dalam mengikuti perkebangan zaman. Namun, unsur-unsur yang terdapat dalam Tari gandrung tidak boleh dihilangkan, supaya budaya dalam tarian tersebut tetap terjaga.

Urgensi yang Dibahas

Pada zaman sekarang banyak sekali pemuda pemudi yang tidak mengetahui budaya warisan nenek moyang yang telah lama dilestarikankan seperti contohnya adalah tari gandrung, banyak sekali masyarakat di luar sana yang tidak mengetahui kesenian gandrung , bahkan mereka menyamakan kesenian gandrung sama dengan dangdut yang tentunya kedua hal itu sangatlah berbeda, kita sebagai generasi muda harusnya melestarikan dan mengembangkan budaya Indonesia agar tidak punah,seperti contohnya tari gandrung salah satunya dari sekian banyak kesenian di Indonesia

Saya selaku penulis ingin sekali mengajak pembaca untuk melestarikan dan menjaga budaya Indonesia agar tidak diambil oleh bangsa lain, karena pada zaman sekarang sangat rawan suatu budaya yang tidak terurus bisa diambil hak cipta oleh negara lain, karena sudah banyak budaya dari negara kita yang diambil oleh negara lain, karena budaya yang kita punya adalah cerminan dari bangsa kita, yaitu bangsa Indonesia

Cara kita melestarikan budaya kita adalah dengan kita mengapresiasi para budayawan supaya mereka tetap semangat melestarikan budaya dan kita juga bisa ikut melestarikannya.

Metode

Metode yang kami gunakan adalah metode studi literatur. Studi literatur adalah cara untuk menyelesaikan persoalan dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. 

Dengan kata lain, istilah Studi Literatur ini juga sangat familiar dengan sebutan studi pustaka. Studi literature ini merupakan gerakan yang diperlukan dalam penelitian, khususnya ujian skolastik yang tujuan utamanya adalah untuk menumbuhkan sudut pandang hipotetis hanya sebagai bagian dari keuntungan fungsional. 

Studi literature diselesaikan oleh setiap ilmuwan dengan tujuan utama melacak alasan untuk mendapatkan dan membangun premis hipotetis, sistem penalaran, dan memutuskan anggapan spekulatif atau disebut teori penelitian. Sehingga para ilmuwan dapat memesan, menetapkan, memilah, dan memanfaatkan berbagai macam tulisan di bidangnya. 

Dengan memimpin sebuah studi penulisan, para spesialis memiliki pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang masalah yang akan diteliti (Diah Kartiningrum 2015).

Data dari studi literature ini berasal dari jurnal dan artikel imiah yang berisikan tentang konsep yang diteliti. Sehingga, kami dapat meyimpulkan penjelasan yang kami dapat dalam pencarian berbagai penelitian yang ada di dalam studi literatue yang kami cari. Kami juga membuat artikel yang mempermudah pembaca untuk dipahami.

Hasil dan Pembahasan

1. Penjelasan Tari Gandrung dalam membentuk identitas masyarakat banyuwangi

Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen, kata 'gandrung' sendiri diartikan sebagai terpesonanya masyarakat blambangan yang rata-rata bermata pencaharian sebagai petani Dewi Sri sebagai Dewi padi yang memberikan kesejahteraan kepada masyarakat,

Kesenian ini masih sejenis dengan kesenian lengger di wilayah Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, yang melibat kan Wanita penari professional yang bertubuh indah yang menari Bersama tamu, terutama tamu laki-laki yang diiringi oleh musik gamelan, tarian ini dilakukan dengan berpasangan antara perempuan(penari) dan laki laki(pemaju)yang dikenal sebagai paju dengan musik khas daerah sana yang menjadikan gandrung sangat indentik dengan masyarakat banyuwangi, sampai sekarang kota Banyuwangi dijuluki kota gandrung dan kita dapat menemukan patung gandrung di berbagai tempat.

 Menurut sejarah, gandrung pertama kali dibawakan oleh laki laki yang didandani layaknya perempuan, pada awalnya instrument yang mengiringi gandrung lanang ini adalah kendang, namun lambat laun pada tahun 1980 an gandrung lanang mulai menghilang dikarenakan adanya ajaran islam yang melarang tranvestisme,gandrung lanang benar benar berakhir pada tahun 1914 setelah kematian penari terakhirnya yaitu alm.marsan.

Sementara itu gandrung wanita pertama yang terkenal yaitu gandrung semi,semi sendiri adalah seorang anak kecil yang berusia 10 tahun , pada tahun 1895, menurut cerita para leluhur, waktu itu semi menderita penyakit yang cukup parah, berbagai cara sudah dilakukan oleh keluarga semi tapi tidak membuahkan hasil termasuk membawa semi ke dukun tetap saja tidak berhasil, sehingga ibu semi yang bernama mak midhah bernazar yang berbunyi "Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing" yang berarti (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi) seperti kata guru guru kita bahwa doa ibu selalu manjur, semi pun sembuh dan dijadikan seblang sekaligus dibukanya babak baru ditarikannya gandrung oleh wanita

Pada akhirnya gandrung yang dibawakan oleh semi ini diikuti oleh adik adiknya ,mereka menggunakan nama depan gandrung sebagai nama panggung, pada awalnya penari gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung tapi lambat laun pada tahun 1970 an mulai banyak gadis gadis yang mempelajari tari tersebut hingga saat ini

 Adapun Tari gandrung yang berupa seni musik gandrung berupa Instrumen yang mengiringi tari gandrung juga sangat unik, alat musiknya sendiri terdiri dari satu buah kempul atau 'gong', satu buah kluncing, dua buah biola,dua buah kendang dan sepasang kethuk, dan didalam pertunjukan selalu ada penyemangat atau yang dinamakan 'kudhang' yaitu orang yang memberi semangat atau orang yang menambahkan efek kocak

Gamelan Banyuwangi dalam tari Gandrung memiliki kekhasan dengan adanya kedua biola, yang salah satunya dijadikan sebagai pantus atau pemimpin lagu. Menurut sejarahnya, pada sekitar abad ke-19, seorang Eropa menyaksikan pertunjukan Seblang yang diiringi dengan suling.(Suharti, 2012)

Selanjutnya dalam alat musik Gandrung yang Bernama kethuk alat musik ini biasanya terbuat dari perunggu, berjumlah dua dan dibuat dengan ukuran yang berbeda sesuai larasannya, kethuk estri atau slendro adalah yang paling besar, sedangkan kethuk jaler biasanya larasannya lebih tinggi, fungsi kethuk  sendiri bukan hanya sebagai penjaga irama seperti pada gamelan jawa, namun juga mengikuti pola tabuhan kendhang yang akan mempermanis irama gendhing yang akan dibawakan

Pada pementasan gandrung biasanya ada alat musik yang memiliki nama kluncing, kluncing adalah alat musik berbentuk segitiga yang terbuat dari besi, biasanya dimainkan dengan alat pemukul dari bahan yang sama pada kedua bagian sisi segitiga. Suara yang dihasilkan membentuk irama yang meriah. 

Dalam pementasan, pemain kluncing juga berfungsi sebagai pengundang atau pembimbing gandrung. Selain memainkan alat musik, dia harus bisa menari, bernyanyi, dan melawak agar pertujukan tidak membosankan dan menarik.

Sementara itu biola sendiri adalah alat musik yang berasal dari Eropa, biola sendiri masuk kedalam alat musik gandrung dikarenakan pada zaman dahulu ada seorang warga eropa yang melihat pertunjukan gandrung dan memainkan biolanya mengikuti irama gendhing, pada akhirnya suara dari biola itu sendiri membuat masyarakat terkagum kagum, sejak saat itu biola digunakan dalam setiap acara pementasan gandrung.

Pada dasarnya semua alat musik mempunyai kegunaan masing masing, tetapi Ketika semua digabungkan menjadi satu di dalam gamelan Banyuwangi, itu akan menjadikan pementasan seni tari gandrung menjadi sangat menarik dan tidak membosan Ketika ditonton oleh masyarakat sekitar

Pada kesenian tari gandrung ada acara yang dinamakan Seblang Subuh, acara seblang subuh adalah acara yang merupakan sebuah tari penyelesaian, yakni tari penyelesaian dari pertunjukan gandrung terop. 

Dulu pada pertunjukan Gandrung terdapat empat bagian yakni nopengan, jejer, paju dan seblang subuh, seblang sendiri mempunyai arti 'sadar' atau 'sadarlah', sedangkan seblang subuh mempunyai arti kitab oleh bersenang senang semalam suntuk, tapi jangan sampai lupa bahwa di rumah ada anak istri yang menunggu, Biasanya syair lagunya berupa beban berat yang harus dipikul penari gandrung(Suharti, 2012)

 Seblang Subuh merupakan sebuah tari penyelesaian, yakni tari penyelesaian dari pertunjukan gandrung terop. Dulu pada pertunjukan Gandrung terdapat empat bagian yakni nopengan, jejer, paju dan seblang subuh, seblang sendiri mempunyai arti 'sadar' atau 'sadarlah', sedangkan seblang subuh mempunyai arti kitab oleh bersenang senang semalam suntuk, tapi jangan sampai lupa bahwa di rumah ada anak istri yang menunggu, Biasanya syair lagunya berupa beban berat yang harus dipikul penari gandrung(Suharti, 2012)

 Selanjutnya penulis akan membahas tentang tata rias wajah panggung para penari gandrung, tata rias wajah panggung merupakan rias wajah dengan penekanan pada efek pada mata, hidung, bibir dan alis supaya perhatian secara khusus tertuju pada wajah. 

Seorang penata tari perlu memikirkan dengan cermat dan teliti bentuk tata rias yang tepat guna memperjelas dan memadukan cerita tema yang akan disajikan sehingga dapat dinikmati oleh penonton 

Seperti penari pada umumnya tarian mereka akan menjadi lebih menarik jika dipadukan dengan tata rias yang akan membuat wajah mereka menjadi sangat cantik, pada tahun 1960 sampai dengan 1970 para penari melakukan riasan dan ritual doa untuk memancarkan aura kecantikan, tapi pada tahun 1990 sampai sekarang para penari sudah bisa merias wajah mereka Ketika akan melakukan pertunjukan, Wajah-wajah gandrung berubah setelah menggunakan tatarias dan tata busana mereka tampak cantik dan memukau(Suharti, 2012).

Kali ini saya sebagai penulis akan membahas tentang tata busana Para penari gandrung biasanya memakai omprog,omprog terbuat dari kulit berwarna emas dan diberikan sedikit warna merah,putih dan hijau sebagai pelengkap, Pada omprog gandrung terdapat tokoh wayang jawa kuno, disebut Ontoseno berbadan ular serta terdapat lingkaran ikatan berwarna emas pada bagian badan(SELINTA, 2020)

Kepala para penari gandrung biasanya dilengkapi dengan hiasan mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit banteng kecokelatan dan dihiasi dengan hiasan emas dan merah dan dihiasi dengan sosok Antasena, anak Bima yang memiliki puncak manusia monster namun bertubuh raksasa. ular dan menutupi seluruh rambut artis gandrung. 

Dahulu, hiasan Antasena tidak disambungkan ke mahkota melainkan setengah terpisah seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an, pemangkasan ekor Antasena kemudian dihubungkan dengan omprok hingga menjadi seperti sekarang ini. Selain itu, mahkota diberi perhiasan perak yang mampu membuat wajah seniman menyerupai telur, dan ada hiasan bunga tambahan yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Secara berselang-seling, bagian omprok ini dihiasi dengan dupa yang memberikan kesan misterius.

Untuk pakaian bagian bawah, biasanya Seniman Gandrung menggunakan bahan batik dengan contoh yang berbeda. Namun desain batik yang paling banyak digunakan dan menjadi bahan yang luar biasa adalah batik dengan desain oling gajah, desain tanaman dengan belalai gajah di atas bahan dasar putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, seniman gandrung tidak memakai kaus kaki, namun sejak dekade itu seniman gandrung secara konsisten mengenakan kaus kaki putih di setiap pameran.

Pada acara pertunjukan Gandrung yang asli terbagi atas tiga bagian:

 Jejer

Bagian ini merupakan awal dari keseluruhan pertunjukan gandrung. Pada bagian ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari solo tanpa tamu. Sebagian besar tamu pria hanya menonton.

 maju atau ngibing

Tata rias panggung adalah Riasan yang menekankan efek pada mata, hidung, bibir, dan alis Untuk memberikan perhatian khusus di muka. kebutuhan penata tari perlu dipikirkan baik-baik dan teliti Cara make up yang benar Menafsirkan dan mengintegrasikan cerita Akan menyajikan subjek sehingga bisa Dicintai oleh penonton

 seblang subuh

Festival ini merupakan akhir dari seluruh rangkaian pertunjukan gandrung Banyuwangi. Setelah istirahat sejenak, bagian sebelum fajar dimulai. Dimulai saat penari bergerak perlahan dan dalam, terkadang dengan kipas yang bergerak mengikuti irama atau tanpa kipas sama sekali, sambil menyanyikan lagu bertema sedih seperti seblang lokento. Suasana misterius terasa pada bagian subuh ini karena masih erat kaitannya dengan ritual seblang yaitu ritual penyembuhan atau penyucian dan masih dilakukan oleh penari wanita yang lebih tua (walaupun sulit ditemukan). Saat ini, bagian seblang subuh sering dihilangkan, padahal sebenarnya bagian ini merupakan akhir dari pertunjukan gandrung.

Pada saat ini pengerjaan Gandrung Banyuwangi masih tetap kokoh meski mendapat serangan globalisasi, yang dipromosikan melalui media elektronik dan media cetak. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bahkan sudah mulai mewajibkan setiap siswa dari SD hingga SMP untuk mengambil ekstrakurikuler kerajinan Banyuwangi. Salah satunya diperlukan untuk menguasai tari Jejer yang merupakan sempalan dari pertunjukan gandrung Banyuwangi. Ini merupakan tanda kepedulian pemerintah daerah terhadap ekspresi sosial lingkungan yang memang mulai tergerak oleh pameran-pameran terkenal lainnya, misalnya dangdut dan campursari.

Mulai sekitar tahun 2000, kehebohan para pengrajin dan budayawan Dewan Kesenian Blambangan semakin meluas. Gandrung, dalam perspektif perkumpulan masa kini, merupakan sebuah karya yang mengandung sifat-sifat otentik kelompok masyarakat Using yang terus menerus mengalami ketegangan baik secara fundamental maupun sosial. Secara keseluruhan, Gandrung adalah semacam perlindungan dari budaya provinsi masyarakat Using.[4]

Lagi pula, seniman gandrung tidak pernah lepas dari bias atau gambaran negatif di wilayah lokal yang lebih luas. Kalangan tertentu, khususnya santri, menganggap bahwa seniman Gandrung adalah wanita yang memiliki panggilan yang sangat buruk dan mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya, terpojok, diremehkan dan secara mengejutkan tertindas dalam kehidupan biasa.

Gandrung adalah kegiatan adat Masyarakat Banyuwangi yang berperan signifikan di seluruh keberadaan pertempuran melawan Belanda. Untuk situasi ini tertipu bukan hanya sebagai keahlian tampilkan pesan sebanyak-banyaknya etika dan kualitas sosial diturunkan dari satu zaman ke zaman lainnya(Tari et al., 2014)

2. Peran Sektor Pariwisata, Media, dan Seni Kreatif Dalam Upaya Pelestarian Tari gandrung

Seni pertunjukan tari gandrung sebagai salah satu kebudayaan bangsa Indonesia kini mulai luntur eksistensinya, terutama pada masa covid-19 ini yang sangat jarang diadakan pertunjukan tarian tradisional karena imbuan social distancing dari pemerintah. Tak hanya itu, meredupnya pertunjukan tari gandrung juga disebabkan oleh sedikitnya jumlah organisasi budaya yang menunjang pelestarian tarian ini. Ditambah lagi, perkembangan teknologi yang semakin pesan membuat tarian tradisional salah satunya tari gandrung terancam luntur. Lunturnya kesenian tari gandrung ini menjadi hal yang tidak diinginkan bagi masyarakat Indonesia khususnya Jawa Timur.

Pariwisata dinilai sangat efektif sebagai strategi promosi tari gandrung karena sektor ini dapat menjual produk kesenian salah satunya tari gandrung kepada wisatawan untuk dinikmati. 

Apalagi wilayah Jawa Timur memiliki potensi wisata yang sangat besar sehingga memberi kesempatan bagi budaya-budaya khas daerah untuk ditampilkan. 

Tari gandrung sebagai suguhan atau sebagai produk wisata ini dapat ditampilkan dan dikemas dengan apik untuk menyambut para wisatawan local maupun mancanegara karena tari gandrung merupakan tarian selamat datang khas dari Banyuwangi. Kesenian tari gandrung termasuk dalam cakupan wisata kebudayaan karena memiliki daya tarik wisata berupa keunikan, keindahan, sejarah, dan nilai-nilai luhur. 

Sebagai tarian yang memiliki keunikan tersendiri, tari gandrung yang dipromosikan melalui sektor pariwisata ini dapat memperkenalkan dan menunjukkan identitas dari budaya Indonesia terutama wilayah Banyuwangi sendiri. Tari Gandrung memiliki ciri khas , mereka menari dengan kipas dan ketika penari menyentuh kipasnya kepada salah satu penonton biasanya laki -- laki dan di ajak untuk menari. 

Keberadaan Tari Gandrung sangat erat kaitannya dengan tari Seblang. Hal itu dapat dilihat dari seni gerak tari maupun unsur-unsur tari yang lain, seperti: nyanyian dan alat musik yang digunakan. Hal yang membedakan dengan Tari Seblang adalah sifatnya, Tari Seblang merupakan suatu tarian yang bersifat sakral yang selalu ditandai adanya trance atau kerasukan bagi penarinya, sedangkan Tari Gandrung bersifat sebagai hiburan atau tari pergaulan.

Kemudian, peran media terutama media online saat ini juga sangat mendukung pelestarian tari gandrung. Seperti yang kita tahu bahwa aktivitas bersosialiasi dan berkumpul sangat dibatasi akibat covid 19 sehingga segala kegiatan dan event pun diselenggarakan secara online. Namun, kreativitas pekerja seni dan penggiat budaya tidak surut begitu saja. 

Para aktivis seni dan budaya menggunakan media online seperti zoom, google meet, dan MS.Team untuk menampilkan pertunjukan tari gandrung di berbagai kegiatan. Hal ini ditunjukkan oleh acara yang digelar oleh Menparekraf Sandiaga Uno di acara ''Festival Gandrung Sewu Banyuwangi yang Bertajuk Gandrung Sewu'' di tanggal 28 Desember 2021. Pada kegiatan tersebut tari gandrung ditampilkan secara daring melalui kanal youtube dan zoom meeting agar para penonton dirumah dapat turut menyaksikan.

Tak hanya melalui pariwisata dan media saja, seni kreatif juga turut berperan dalam pelestarian kesenian tari gandrung. Besarnya arus globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat banyak budaya-budaya daerah terlupakan karena banyaknya budaya lain yang masuk. Kreativitas dari para pekerja seni sangat dibutuhkan dalam perkembangan kebudayaan daerah. Berbagai upaya telah dilakukan agar tradisi dan budaya daerah utamanya tari gandrung ini tidak hilang. 

Upaya ini diantaranya yaitu sosialisasi budaya, regenerasi penerus, kolaborasi, pembentukan sanggar-sanggar seni baru, dan lain sebagainya. Upaya untuk menjaga kualitas seni tari tidak hanya dilakukan oleh para penggiat seni dan budaya tetapi juga bisa dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat umum. 

Berbagai apresiasi baik materiil maupun moril dapat kita berikan agar para penggiat seni tari gandrung terdorong untuk terus berkarya dan berinovasi

Berbagai usaha dari pemerintah daerah untuk menggalakkan seni budaya kreatif sangat membantu agar tari gandrung selalu melekat di kehidupan masyarakat. 

Hal ini ditunjukkan melalui pementasan tari gandrung di pusat-pusat hiburan masyarakat seperti balai pemuda, taman budaya, dan pada berbagai acara formal ataupun informal sebagai bentuk apresiasi tari gandrung. Usaha mempertahankan salah satu ikon dari Banyuwangi ini sangat penting menyangkut fungsi dari tari gandrung sebagai pemelihara semangat dan nilai luhur masyarakat pemilik kebudayaan. Selain itu, pemeliharaan tari gandrung dilakukan agar kesenian ini tidak diklaim oleh masyarakat luar.

Pada dasarnya, pariwisata, media, dan seni kreatif ini saling berhubungan satu sama lain. Seni kreatif menjadi dasar atau pondasi untuk memberi ide bagaimana budaya dapat diperkenalkan pada khalayak ramai tanpa mengurangi esensi dan kualitasnya. Kemudian, pariwisata dan media merupakan wadah penyalur agar berbagai budaya daerah khususnya tari gandrung dapat tetap eksis dan menjadi identitas budaya masyarakat.

3.Kajian Tari Gandrung dalam Perspektif Pendekatan Fungsional Struktural

Kesenian merupakan salah satu contoh dalam unsur kebudayaan yang terjadi dikarenakan adanya keinginan manusia untuk memuaskan nalurinya akan estetika. 

Hal ini berkaitan dengan pendirian teori fungsionalisme Malinowski mengenai segala aktivitas kebudayaan pada dasarnya digunakan untuk memuaskan berbagai rangkaian dari sebuah kebutuhan naluri seseorang yang memiliki hubungan dengan keseluruhan kehidupan seseorang tersebut (Koentjaraningrat, 1987). Malinowski memahami kebudayaan sebagai wadah bagi sesuatu yang dapat dikonsumsi masyarakat, gagasan dan hasil kreatifitas seseorang, serta kepercayaan. 

Kebudayaan bagi Malinowski merupakan sebuah apparatus yang luas, sebagian dari kebudayaan tersebut ialah material, manusiawi dan spiritual sehingga masyarakat dapat menggunakannya untuk mengatasi masalah-masalah konkrit yang dihadapinya. Konsep budaya menurut Malinowski meliputi budaya material, kategori konkrit aktivitas manusia dan sebuah piagam konstitusional untuk kelompok sosial serta sebagau suatu kepercayaan

Contoh kebudayaan dalam hal ini ialah seni tari dalam pertunjukan yang di mana merupakan bentuk seni yang lahir dalam masyarakat, dikembangkan dan ditonton oleh masyarakat. 

Dalam tari remo, terdapat bagian gerakan yang saling berhubungan dan memiliki makna tersendiri yang nantinya secara struktural mendukung terciptanya kesenian sebagai kebudayaan yang utuh dan padu, dalam tari gandrung ada 6 nilai yaitu : keteladanan, rela berkorban, cinta tanah air, kerja keras, nasionalisme dan patriotism (Rini, 2016)

Seni tari gandrung merupakan sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur yang terjalin erat. Unsur-unsur tersebut tidak memiliki fungsi atau makna sendiri lepas dari lainnya, melainkan sangat ditentukan oleh hubungan unsur dalam keseluruhan. 

Seni tari remo dalam perspektif fungsional struktural telah menunjukkan eksistensi adat atau budaya kesenian yang utuh, padu, dan integratif. Hal ini dikarenakan di dalam tari gandrung terdiri atas beberapa bagian atau unsur gerakan yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, tetapi tetap menunjang satu kesatuan yang utuh dan padu. 

Kesimpulan

Gandrung adalah salah satu budaya yang sudah berumur sangat lama yang harus dilestarikan oleh generasi muda, karena pada zaman sekarang banyak anak muda yang tidak mau mempelajari budaya dengan alasan malu dianggap terbelakang padahal kenyataanya belajar budaya itu tidak hanya tentang kita tau tapi bagaimana kita bisa memaknai budaya tersebut, karena dibalik budaya tersebut pasti terdapat banyak kisah yang bisa kita teladani, pemerintah pada zaman sekarang sudah menggalakkan pelestarian budaya, maka dari itu kita sebagai orang Indonesia sudah menjadi kewajiban kita untuk melestarikan budaya tersebut

Saran

Berdasarkan kesimpulan kajian tentang tari gandrung, maka saran yang diajukan adalah :

1. Menurut penulis sebaiknya melakukan penelitian menggunakan metode kualitatif saja dikarenakan lebih akurat jadi mungkin kedepannya penulis akan menggunakan metode kualitatif

2. Dengan dibuatnya artikel ini , semoga bisa menumbuhkan semangat generasi muda untuk bisa lebih melestarikan dan lebih peduli terhaadap tari gandrung

3. Dan juga dengan dibuat nya artikel ini semoga pemerintah juga lebih bisa peduli dengan warisan budaya tarian gandrung ini, serta pemerintah lebih bisa memfasilitasi para generasi generasi yang ingin melestarikan tarian tersebut. Mulai dari fasilitas tempat, pendanaan, dan juga fasilitas agar tarian tersebut bisa lebih dikenal oleh wisata wisata local maupun internasional.

 

Daftar Pustaka

Agas (2011) Tari Gandrung, agastya17.blogspot.com. Available at: http://agastya17.blogspot.com/2011/04/tari-gandrung.html (Accessed: 7 January 2022).

Koentjaraningrat (1987) Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Rini, S. (2016) 'Bentuk Penyajian dan Nilai-nilai Kepahlawanan yang Terkandung dalam Tari Gandrung di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur', Jurnal Skripsi, pp. 45--81.

SELINTA, F. A. G. E. (2020) 'Kajian Tata Rias Tari Gandrung Banyuwangi', Jurnal Tata Rias, 09. Available at: https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-tata-rias/article/view/33475.

Suharti, M. (2012) 'Gandrung Dance as Banyuwangi ' s Favorite Tourism Object', HARMONIA - Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni, 12(1).

Tari, S. et al. (2014) 'Seni Tari Gandrung Sebagai Pewarisan Nilai Pendidikan Karakter Mayarakat Banyuwangi', 11(32), pp. 39--48.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun