Sebagaimana naluriah alami manusia yakni bertahan hidup berbekal ketrampilan dan kemampuan, kristalisasi atas berbagai pengetahuan ini hingga mewujud dalam praksis adaptatif dan mitigatif dalam bentuk kebijakan pencegahan dan penanganan banjir yang selaras zaman.
Ketiga, penyebab utama bencana banjir adalah manusia itu sendiri. Aktus destruktif pada hutan, tanah dan air dalam wajah industrialisasi tanpa memperhatikan harmoni dengan kosmos berdampak pada ketidakseimbangan alam hingga melahirkan anomali cuaca. Konsekuensi logis dari perubahan cuaca adalah bencana bencana alam.
Sisi lain wajah manusia kota adalah, akumulasi natural resource secara eksploitatif dengan tujuan kapitalisasi modalnya meski bertentangan dengan hukum positif dan hukum alam.
Padahal, kita tahu sendiri bahwasanya di negara dunia ke tiga, keterbatasan natural resource merupakan akar dari konflik yang sesewaktu akan pecah.
petaka awal tahun ini, belum berakhir. bulan kedua di tahun ini, ibukota kembali dilanda banjir. Apa yang harus dilakukan? Banjir adalah momok bagi ibukota negara setiap musim penghujan. rencana strategis untuk meminimalisir potensi bencana, harus dimulai sekarang juga!
Akhirnya, bencana hebat ini menumbuhkan solidaritas lintas kelas terhadap korban terdampak banjir. Tanpa peduli bendera organisasi, afiliasi politik atau pun agama, suku dan ras, melebur dalam satu rasa yang sama; kepedulian antar manusia dengan manusia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H