Mohon tunggu...
Ardy Firmansyah
Ardy Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencari candu yang baru | Surat-surat Nihilisme

Lagi belajar nulis di Kompasiana~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelaku Hoaks adalah Kreator Konten yang Tersakiti?

18 Juni 2020   19:25 Diperbarui: 18 Juni 2020   19:36 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sumber pexels

Saat percakapan itu, saya menanggapi penjelasan tersebut dengan satir atau sarkas

"Oh bisa ya pakai minyak kayu putih? Nggak pakai minyak tawon sekalian?"

"Nggak, mosok minyak tawon dek, minyak kayu putih!" jawabnya

"Temen saya dulu sempet mual, muntah-muntah. Malah minum minyak tawon lho beneran" ucap saya

Memang saya pernah melihat teman saya meneguk minyak tawon meski hanya sedikit, katanya untuk menghilangkan dahak dan mualnya setelah muntah. Sekalian, saya menggunakan pengalaman itu untuk menjawab pernyataannya beliau-beliau. Tetapi mereka tertawa dan bilang itu tidak mungkin.

Karena mereka termasuk "orangtua", saya pun menjawab dalam hati saja. Kalau penjelasan minyak kayu putih untuk mengatasi virus corona itu juga tidak mungkin. Andai saya bilang secara verbal saat itu, bagaimana ya reaksi mereka? Marah-marah atau tersinggung?

Atau bahkan mereka sudah tersinggung ketika saya bilang "nggak pakai minyak tawon sekalian"? Entahlah saya juga pusing kalau ternyata orang-orang terdekat saya kena pengaruh hoaks. Bersikeras juga dengan pendapat itu.

Berita atau pesan tersebut juga padahal belum bisa dikonfirmasi kebenarannya. Tetapi mereka sudah menggap hal itu "benar dan final". Sangat berbahaya pengaruh berita atau pesan hoaks pada masyarakat.

Apalagi masyarakat kita itu masih ada yang mudah tersinggung. Takut melihat perbedaan pendapat yang sangat bertolak belakang dengan apa yang sudah dipercayai. Malah saat mengungkapan pendapat yang berbeda itu kepada mereka, mereka langsung bilang

"Kurang ajar, ancen sok pinter. Gak gelem dikandani!"

Kurang ajar, sok pintar, keras kepala. Intinya ketika ada perbedaan pendapat yang ada itu membuat mereka tersinggung. Terutama bagi orangtua, anak-anak muda yang sangat blak-blakan mengungkapkan pendapat dengan argumen yang kuat kepada mereka, sudah terkesan menggurui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun