Mohon tunggu...
Ardy Firmansyah
Ardy Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencari candu yang baru | Surat-surat Nihilisme

Lagi belajar nulis di Kompasiana~

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyoal Kasus Vandalisme Massal, Benarkah Kelompok Anarko atau Asal Gambar Simbol?

14 April 2020   17:45 Diperbarui: 16 April 2020   09:41 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anarcho, sumber unsplash

Baru-baru ini terjadi penangkapan pelaku vandalisme di berbagai daerah di Indonesia. Kasus vandalisme ini juga dihubungkan dengan kelompok Anarko, karena banyak tulisan yang mengarah pada kebencian mereka terhadap pemerintah serta adanya simbol dari Anarko itu sendiri di beberapa coretan di ruang publik. 

Dilansir Kompas, menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya,  Kombes Yusri Yunus menyatakan akan mendalami latarbelakang tindakan mereka serta dugaan rencana aksi vandalisme massal yang akan dilakukan pada tanggal 18 April 2020 mendatang. 

Yang membuat saya terheran-heran adalah rentang usia dan status pelaku. Mengutip dari CNN Indonesia, tersangka vandalisme adalah sekumpulan anak muda yang masih mahasiswa, SMA serta ada yang berstatus pengangguran. 

Selain itu alat bukti berupa buku motivasi, ilmu pengetahuan serta novel dari penulis ternama yang "katanya" menjadi motif tersangka melakukan tindakan corat-coret berbau anarkisme sempat menjadi alat bukti dan diamankan oleh kepolisan. Hal ini ramai diperbincangkan di media sosial Twitter. 

Namun saya penasaran apakah pelaku ataupun mereka yang terlibat dalam kasus vandalisme ini benar-benar berasal dari kelompok "murni" ideologi Anarko? Atau cuma ikut-ikutan teman nongkrong biar keren, dan terbilang artistik?

Sebelumnya saya ingin sedikit menjelaskan tentang Anarko. Anarko adalah sebuah paham untuk menghilangkan atau menghancurkan sebuah negara, pemerintahan, atau lembaga-lembaga kekuasaan lainnya yang dianggap selalu menindas dan membuat kehidupan banyak orang menderita. Intinya seperti gerakan anarkis melawan pemerintahan. 

Pantas saja, bahwa polisi sangat tegas dan waspada dalam menyikapi hal-hal yang berbau tentang "menggulingkan" negara. Terutama vandalisme yang diduga kelompok Anarko ini. 

Disini saya ingin menjelaskan dari sudut pandang saya pribadi terkait kasus ini. Fokus saya adalah rentang umur tersangka, yang merupakan sekumpulan pemuda serta hal apa saja yang membuat mereka melakukan tindakan vandalisme. 

Tentu saja ini masih berupa asumsi dan kemungkinan belaka, bukan sebuah hal yang pasti benar. 

Peralihan Remaja Menuju Dewasa dan Vandalisme

Rentang umur dari tersangka adalah sekumpulan pemuda, yang diperkirakan dari statusnya adalah SMA dan juga mahasiswa. Jika dilihat dari statusnya mereka dalam rentang umur dari remaja tengah sampai akhir (adolescence) menuju ke dewasa awal (young adult/early adulthood). 

Teori perkembangan psikososial dari Erik Erikson menyatakan jika manusia berada dalam usia remaja (12-20 tahun), mereka akan masuk dalam tahap krisis psikososial identitas vs kekacauan identitas. 

Biasanya dalam tahap ini, manusia akan cenderung menolak standar masyarakat dan orang yang lebih tua. Mereka dalam fase ragu dan mencari idealisme ataupun nilai yang akan dimasukkan dalam identitas dirinya. 

Lalu untuk mendapatkan identitas yang stabil mereka harus mengalami keraguan dan kekacauan dalam sebagian momen hidupnya. Beberapa diantaranya dengan mengembara sendirian untuk mendapatkan identitas diri, mengidentifikasi diri kepada kelompok jalanan, bahkan memberontak melawan kemapanan masyarakat. 

Hal ini juga sependapat dengan penelitian Olga V. Kruzhkova, dan kawan-kawan pada tahun 2018 mengenai peran orang tua dan perilaku vandalisme remaja.

Dalam latar belakang penelitiannya, beliau menulis jika banyak penelitian terkait vandalisme dan perilaku agresif lainnya pada umumnya terjadi pada masa remaja yang diikuti dengan kecanduan alkohol. Selain itu perilaku remaja yang kurang stabil dari remaja agresif dapat juga diikuti dengan tindakan kekerasan dan kriminal lainnya. 

Sekedar info pada tahun 2013, lebih dari 160.000 orang di Amerika Serikat ditangkap karena melakukan vandalisme. 37.000 diantaranya adalah remaja. Lantas apa yang menyebabkan mereka melakukan tindakan tersebut dan apa hubungannya dengan kelompok Anarko?

Ternyata Banyak Pemuda Menyukai Teori Konspirasi

Simbol Anarko tidak mungkin spontan didapatkan atau muncul dalam pemikiran mereka tanpa adanya informasi yang sebelumnya mereka ketahui. Tersangka vandalisme yang diduga kelompok Anarko pasti memiliki setidaknya sedikit pengetahuan tentang itu. 

Mungkin mereka tertarik dengan rumor serta sejarah terkait busuknya pemerintahan ataupun lembaga kekuasaan di Indonesia yang bisa saja belum pasti kebenarannya. Dan itu mereka dapatkan darimana? Iya, benar teori konspirasi. 

Dilansir New York Times, ternyata hampir semua pemuda sangat menikmati tontonan atau bacaan berbau konspirasi. Beberapa diantara mereka mengatakan jika teori konspirasi itu menarik dan menyenangkan. 

Apalagi terkait penyampaian materi konspirasi yang membuat orang-orang "Wow" dan terpukau. Selain itu mereka juga mengatakan jika mengetahui teori konspirasi membuat diri seseorang merasa superior. 

Kenapa? karena seseorang akan merasa mengetahui hal yang tidak semua orang ketahui dan itu membuat dirinya merasa keren. Terutama jika itu dijadikan bahan pembicaraan dengan orang-orang terdekat, mereka bakal kagum melihat seseorang menyampaikan sesuatu yang menarik seperti konspirasi sebuah kasus ataupun dalam sebuah pemerintahan. 

Namun beberapa diantaranya mengatakan jika terkadang apa yang dijelaskan di teori konspirasi tidak logis. Tetapi ketika "delivery" nya menarik orang-orang pasti akan tertarik mengikutinya. Dan karena itu bisa saja teori konspirasi menjadi sangat populer dan disukai banyak orang

Meski begitu mereka menganggap jika teori konspirasi itu hanyalah sebuah "entertaiment" yang menyenangkan. Akan sangat berbahaya jika terlalu mempercayainya karena dampaknya sama seperti berita hoaks. 

Orang-orang akan sulit membedakan mana hoaks dan mana konspirasi. Ketika suatu teori konspirasi sudah mempunyai banyak peminat dan pembaca, akan sulit untuk mereka mencoba mencari tahu informasi yang benar. 

Teori konspirasi akan bagus jika berasal dari informasi yang tepat serta teori populer yang masuk akal. Tetapi konspirasi akan sangat buruk jika berasal dari informasi yang salah.

Menariknya lagi, menurut doktor filsafat Mari-Liis Madisson dari University of Tartu  menyebutkan bahwa teori konspirasi yang sering ditampilkan dan muncul pada budaya populer (seperti film, series televisi, animasi, musik dsb) membuat teori konspirasi ini semakin menarik, keren dan banyak disukai. 

Referensi dari budaya pop mendorong orang-orang untuk terus mencari motif atau makna yang ada di dalamnya. Selain itu fantasi yang sering dibayangkan terkait konspirator ataupun teorinya dalam beberapa produk budaya pop akan mempengaruhi aspek kehidupan orang-orang dalam bermasyarakat. 

Orang-orang akan sering mempertanyakan dan memprovokasi nilai, norma, dan aturan dominan yang sudah ada di masyarakat. Teori konspirasi juga dapat mewakili perasaan takut, kemarahan, dan superioritas moral yang diterjemahkan dalam bahasa ataupun tulisan yang eksplisit. 

Hal ini terlihat dari coretan-coretan para pelaku vandalisme seperti "Kill The Rich", " Mati konyol apa mati melawan", "Sudah krisis saatnya membakar", "Rakyat tidak butuh Negara", "Bubarkan Negara". Coretan tersebut mewakili superioritas dan keadilan moral para pelaku yang terlibat yang bisa saja itu terpengaruh dari sebuah teori konspirasi belaka.

Entah bagaimana mereka mengkonsumsi sebuah informasi dan pengetahuan, sehingga merasa negeri ini tidak adil dan untuk membuat semua masyarakat paham, mereka melakukan vandalisme dan menggambar logo Anarko. 

***

Dari apa yang sudah saya tulis ini, bisa saja mereka hanyalah pemuda yang sedang mencari jati diri mereka. Meski melalui jalan yang salah. Mungkin juga mereka belum benar-benar mengerti ideologi Anarko seperti apa. 

Mereka bisa saja hanya mengetahui simbol Anarko tanpa mengetahui makna sebenarnya. Di mata mereka simbolnya keren dan melambangkan perlawanan dan perjuangan, ya pemahaman cuma sampai situ aja. Masih naif mungkin.

Ingin menyuarakan pendapat agar mendapat perhatian, vandalisme mungkin cocok sambil nuangin sifat semi artistik mereka, agar terlihat "cool" dan beda. Kan masih banyak cara lain untuk menyuarakan pendapat agar dilirik pemerintah. 

Padahal vandalisme sudah merupakan suatu tindak kriminal. Jiwa kritikus memang harus dibarengi dengan aksi yang "badass" tapi mereka malah kelewatan. Mainnya provaktif, anarkis lagi. Pemerintah mana bakal suka, iya kan? 

Sumber : 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6

Alwisol. 2011. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press

Kritik dan Saran Terbuka untuk Tulisan Ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun