Prasangka adalah penilaian atau sikap yang salah dan tidak di benarkan (cenderung negatif) terhadap individu berdasarkan keanggotaan individu dalam suatu kelompok sosial. Prasangka sering terjadi dalam lingkup antar kelompok dalam hal ini dan biasanya antar kelompok ini tidak memiliki pemahaman yang terhadap suatu hal. Prasangka bisa saja timbul akibat norma, nilai dan pemahaman kita tidak sesuai dengan orang lain. Â
Ketika dalam situasi antar kelompok; hal ini bisa disebut dengan fenomena In-Groups dan Out-Groups. Dalam situasi kelompok apalagi ada konflik antar kelompok, prasangka adalah hal yang tak jarang dilakukan oleh seorang Individu. Dan jika prasangka individu bisa menjadi nilai kelompok dan stigma negatif di masyarakat maka bisa jadi akan terjadi diskriminasi pada suatu kelompok.
Contohnya seperti manga Attack on Titan di atas, Jika di ibaratkan dalam hal ekstrem ini mungkin seperti Konflik Jerman Nazi dengan Yahudi dan juga Israel dengan Palestine, karena hal tersebut terjadi akibat peperangan. Ketika sejarah kelam menjadi pengalaman yang tidak bisa di lupakan, lalu pengalaman tragis itu menjadi sebuah nilai kelompok, dan nilai tersebut bisa menjadi dasar individu melakukan prasangka dan diskriminasi pada kelompok lain. Ini seperti lingkaran setan yang tiada hentinya untuk membenci suatu kelompok (Pengalaman Tragis - Nilai- dalih sebagai Prasangka dan Diskriminasi).
Banyak juga konflik antar kelompok yang sudah terjadi di Indonesia, contohnya seperti konflik Agama di Ambon, dan banyak menjadi korban di dalam peristiwa tersebut. Mereka saling lempar batu bahkan siap saling bunuh, dari anak-anak sampai tua menjadi korban dan meninggal.
 Apalagi melihat cerita Ronald Regang (Kristen) dan Iskandar Slameth (Islam) saat dalam konflik Ambon, mereka sangat menyesal akan kejadian itu, mereka berada di medan perang saat umur mereka masih belasan tahun. dan mereka saling membenci. Sekarang mereka tahu, bahwa hal tersebut terjadi karena kesalapahaman dan mereka juga sama-sama menjadi korban.
Manga karya Hajime Isayama ini, seperti memberitahu kepada para pembacanya, bahwa akar terjadinya peperangan adalah sejarah dan pengalaman tragis. Beliau seperti ingin menyampaikan "jangan sampai kejadian ini terulang kembali". Dendam dan kebencian adalah hasil dari prasangka dan diskriminasi yang di lakukan antar kelompok. Lalu bagaimana cara mereduksi prasangka ini agar tidak timbul tindakan diskriminasi?
Melalui Attack on Titan, Hajime Isayama ingin mengatakan bahwa kunci untuk mereduksi prasangka adalah berjumpa dan berdialog dengan kelompok yang berbeda. Hal ini terlihat ketika beberapa pasukan militer dari Eldia maupun Marley yang menyusup untuk mendapatkan informasi dan melakukan serangan. Mereka bisa saling memahami dengan hidup dan tinggal bersama serta sering melakukan dialog dari hati ke hati. Sama seperti kata Pandji Pragiwaksono dalam video youtubenya yang berjudul "Di Tanya di Gereja Mengenai Khilafah"
"Bayangin ada dua pulau, satu pulau curiga mulu sama yang lain begitu juga sebaliknya, tidak ada yang mau menyebrang untuk melakukan dialog, dan yang dibutuhkan adalah orang yang mau jadi jembatan ini dan mau melakukan dialog.. ""..Dialog dan ngobrol sama mereka untuk mencari tahu, itu yang bisa mengubah..." "..Perjuangannya bukan dengan pukulan atau senjata tapi keinginan untuk berdialog dengan orang-orang yang tidak kita kenal dan kita tidak pahami, menurut saya itu."
Dari sini kita bisa belajar dari budaya populer Jepang terutama dari Komik (Manga) yang ternyata mempunyai intisari cerita inspiratif dan memiliki makna yang dalam. Apalagi jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat. Semoga kita bisa belajar untuk mereduksi prasangka untuk mencegah tindakan diskriminatif. Dengan duduk bersama dan berdialog, manusia akan saling memahami.
Kritik dan Saran terbuka untuk Tulisan ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H