Mohon tunggu...
Ardom Arianto
Ardom Arianto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Alunan Nada Bercerita

2 Juni 2016   11:23 Diperbarui: 7 Juni 2016   15:03 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak lama dia turun di daerah proyek, sedangkan aku terus di angkutan umum sampai ke terminal Bekasi Timur. Sepertinya berat sekali perpisahan ini. Aku merasa saat ini adalah saat yang sangat berkesan bagiku, bisa bertemu dan mengenal lebih jauh dengan seseorang yang bernama Ratih.

Sesampainya di terminal, aku segera menaiki bus Prima Jasa yang biasa menurunkan penumpang di KM. 57. Karena di Rest Area itulah aku memang harus turun. Ratih sempat SMS kepadaku dan menanyakan apakah aku sudah menaiki bus atau belum. Aku katakan aku sudah berada di dalam bus Prima Jasa.

Suasana bus cukup ramai, namun bayang Ratih seperti terus hinggap di dalam pikiranku. “Terima kasih atas pertemuan ini, Ratih. Semoga pertemuan ini akan menjadi awal yang indah bagi kita dan untuk masa depan kita, amin..” harapku .

Semenjak pertemuan itu, hubunganku dengan Ratih semakin dekat hingga akhirnya dia menjadi kekasihku. Hubungan kami berjalan cukup lama. Sampai suatu ketika kami sempat putus dikarenakan hal yang sepele. Mungkin karena keegoisan kami berdua. Namun semakin lama kami berpisah semakin rindu terasa. Saat-saat itulah yang membuatku berpikir bahwa aku begitu membutuhkan Ratih. Akhirmya aku mengajak Ratih untuk kembali. Dan dia pun menerimanya.

Waktu terus berjalan hingga akhirnya tanggal 27 April 2014, kami berdua memutuskan untuk resmi bertunangan. Aku sempat berpikir apakah ini sebuah mimpi. Dengan berbagai rintangan yang kuhadapi dan hubungan yang terkadang sempat terhenti. Ini bagaikan anugerah dari yang Maha Kuasa. Semoga hubungan kami akan terus berlanjut pada saat yang berbahagia nanti.

Pesanku untuk Ratih, dunia ibarat pusaran kehidupan. Terkadang kita bahagia, namun terkadang kita merasa sedih. Seperti alunan nada-nada dalam sebuah lagu. Tidaklah tercipta keindahan bila hanya satu nada saja. Maka kita harus tetap bersama..dan jadikan aku sebagai teman sejati dalam hidupmu dan biarkan nada-nada kehidupan berirama diantara kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun