Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Membaca Arah Politik Kaesang

2 Agustus 2024   17:47 Diperbarui: 5 Agustus 2024   06:10 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah lolos lewat Putusan MA dan diakomodasi oleh KPU tentang syarat calon usia calon kepala daerah, Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep giat melakukan aktivitas pencitraan diri. Selain didorong oleh banyak partai politik untuk maju dalam Pilkada 2024, putra Presiden Joko Widodo itu juga kerap mengunjungi pasar dan perkampungan di Jakarta.

Semakin dekat Pilkada, aktivitas yang dilakukan pun semakin tinggi intensitasnya bahkan melakukan apa yang selama ini sepertinya tidak mungkin terpikirkan, seperti melakukan safari politik ke PKS.

Kunjungan Kaesang Pangarep ke PKS tentu mengagetkan banyak orang sebab selama ini hubungan PKS, PSI, dan Presiden Joko Widodo, berada dalam frekuensi politik yang tidak sama. PKS kerap mengkritik langkah dan sikap politik PSI maupun kebijakan Joko Widodo. Pihak yang dikritik pun pastinya tidak suka dan segera membalas kritikan itu dengan lontaran-lontaran kata, entah di media sosial maupun kebijakan yang menentang pilihan PKS.

Bentuk dari hubungan yang tidak sefrekuensi antara PKS dan Joko Widodo itu terbukti selama 10 tahun ini, partai putih itu lebih memilih berada di luar kekuasaan dan tidak pernah menyokong dalam pilpres.

Dari paparan di atas banyak orang menjadi heran dan bertanya-tanya mengapa Kaesang kok melakukan safari politik ke partai yang selama ini 'tidak suka' kepada arah dan kebijakan pemerintahan Joko Widodo.

Dari safari politik yang dilakukan Kaesang, orang akhirnya bisa membaca ke mana arah Kaesang dalam pilkada serentak tahun ini. Beberapa catatan yang menjadi petunjuk arah politiknya adalah, pertama, dalam dunia politik tidak ada lawan dan kawan abadi yang ada adalah kepentingan abadi.

Dari ungkapan politik yang banyak digunakan dalam literasi dan praktek dunia politik itu bisa dikatakan hubungan antara PKS dan PSI sudah mencair yang sebelumnya membeku atau dibekukan. Mencairnya hubungan itu dilandasi alasan adanya kepentingan, PSI terutama, di Pilkada Jakarta sehingga bisa jadi Kaesang butuh dukungan partai itu dengan langkah awal mengunjungi Kantor PKS dan bersilaturahim dengan Presiden PKS Ahmad Syaikhu.

Niat politik dari kunjungan pertama tentu tidak langsung diiyakan atau ditolak apalagi PKS sudah mendeklarasikan pasangan Anies Baswedan-Sohibul Iman dalam Pilkada Jakarta namun setidak-tidaknya kunjungan Kaesang itu sudah membuka hati PKS. Setelah kunjungan itu, PKS pun akhirnya berpikir bahwa anak muda ini punya niat baik dan keterbukaan politik dengan siapapun termasuk partai oposan.

Toh bila PKS tidak mendukung dirinya dalam Pilkada Jakarta, setidak-tidaknya seperti yang PKS dan PSI katakan, mereka bisa melakukan koalisi atau kerja sama dalam pilkada di daerah-daerah lainnya. Bila tidak demikian, safari politik yang dibangun mereka menjadi jembatan antara PSI dan PKS yang selama ini dipisahkan jurang yang dalam. Dari sini sudah berkurang bahkan tak ada lagi saling membully di antara mereka.

Kedua, Kaesang paham bahwa Jakarta sudah 'dikuasai' PKS sehingga sulit bagi calon gubernur atau partai politik lainnya bila bertarung di Pilkada Jakarta. Bukti dikuasainya Jakarta oleh partai itu dilihat perolehan kursi PKS di DPRD dalam Pemilu 2024 yang mampu meraih 18 kursi, unggul dibanding dengan partai-partai lainnya.

Di Pileg DPR pun PKS juga menang. Partai ini mampu meraih total suara di Jakarta sebesar 1.143.912 suara, 19,01% dari 6.016.877 suara sah. Raihan suara ini mampu menghantarkan 5 caleg-nya dari berbagai dapil ke Senayan. 

PKS tidak hanya unggul di parlemen lokal maupun pusat namun juga unggul di jaringan di masyarakat Jakarta. Religiusitas masyarakat Jakarta juga menjadi faktor mengakar dan kuatnya partai ini. Dari sinilah maka sepertinya susah, meski ada kemungkinan, mengalahkan PKS dan calon gubernur yang didukung. Buktinya adalah kalahnya pasangan Ahok-Djarot dengan pasangan Anies-Sandiaga dalam Pilkada 2017. Meski didukung bersama Gerindra namun massa di bawah yang masuk dalam jaringan PKS mampu memenangkan Anies-Sandiaga.

Bila pilpres tanpa cawe-cawe presiden, Anies pun bisa memenangi perolehan suara di Jakarta. Terbukti, meski ia kalah dengan Prabowo namun selisih suaranya tipis.

Ketiga, saat ini PSI dan partai pendukung Kaesang maju dalam pilkada masih bingung hendak ditempatkan di mana dirinya dalam pemilu lokal itu. Selama ini ia masih pilih-pilih kota dan provinsi mana yang dikehendaki. Pernah diisukan hendak maju di Kota Depok dan Kota Bekasi. Saat ini juga disebut punya elektabilitas yang tinggi di Provinsi Jawa Tengah. Dari semua kota dan provinsi yang ada, dirinya belum menentukan pilihan, mungkin menurut PSI menunggu bulan Agustus yang katanya ada kejutan.

Tetapi kalau dilihat dari kunjungan ke PKS, sepertinya Kaesang lebih memilih Jakarta daripada kota dan provinsi lainnya. Alasan memilih Jakarta bisa jadi karena lebih dekat dengan kekuasaan, menjadi pelontar maju dalam pilpres yang lebih cepat, dan Jakarta merupakan kota dan provinsi yang sudah 'jadi' sehingga tingkat kesulitan mengelola warga dan wilayahnya tidak serumit dengan provinsi-provinsi yang wilayahnya luas, penduduknya padat dan tersebar di berbagai daerah, tingkat kemiskinan masih tinggi, dan pendapatan daerahnya rendah.

Selain faktor di atas dirinya juga ingin mengikuti jejak bapak dan kakaknya. Bila kakaknya, Gibran Rakabuming Raka, sukses menjadi wakil presiden setelah jadi Walikota Solo dan bapaknya berhasil menjadi presiden setelah menjadi Gubernur Jakarta maka Kaesang ingin dari Jakarta mencapai tujuan yang sama dengan bapak dan kakaknya.

Keempat, bila safari politik Kaesang ke PKS penuh makna, lain dengan saat dirinya safari politik ke Partai Golkar. Safari politik ke partai berlambang pohon beringin itu bisa jadi hanya sekadar basa-basi sebab Golkar adalah loyalis atau selalu mendukung apa saja kemauan Joko Widodo sehingga kepentingan anak-anaknya, biasanya langsung diselesaikan oleh bapaknya dan ketum partai. Secara diam-diam urusan maju anaknya tiba-tiba jadi, seperti majunya Gibran Rakabuming dalam pilpres. Jalan ikut pilkada bagi Kaesang pun akan didukung Golkar dan partai-partai pendukung kekuasaan lainnya, di kota dan provinsi manapun meski tanpa safari politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun