Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Membaca Arah Politik Kaesang

2 Agustus 2024   17:47 Diperbarui: 5 Agustus 2024   06:10 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah lolos lewat Putusan MA dan diakomodasi oleh KPU tentang syarat calon usia calon kepala daerah, Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep giat melakukan aktivitas pencitraan diri. Selain didorong oleh banyak partai politik untuk maju dalam Pilkada 2024, putra Presiden Joko Widodo itu juga kerap mengunjungi pasar dan perkampungan di Jakarta.

Semakin dekat Pilkada, aktivitas yang dilakukan pun semakin tinggi intensitasnya bahkan melakukan apa yang selama ini sepertinya tidak mungkin terpikirkan, seperti melakukan safari politik ke PKS.

Kunjungan Kaesang Pangarep ke PKS tentu mengagetkan banyak orang sebab selama ini hubungan PKS, PSI, dan Presiden Joko Widodo, berada dalam frekuensi politik yang tidak sama. PKS kerap mengkritik langkah dan sikap politik PSI maupun kebijakan Joko Widodo. Pihak yang dikritik pun pastinya tidak suka dan segera membalas kritikan itu dengan lontaran-lontaran kata, entah di media sosial maupun kebijakan yang menentang pilihan PKS.

Bentuk dari hubungan yang tidak sefrekuensi antara PKS dan Joko Widodo itu terbukti selama 10 tahun ini, partai putih itu lebih memilih berada di luar kekuasaan dan tidak pernah menyokong dalam pilpres.

Dari paparan di atas banyak orang menjadi heran dan bertanya-tanya mengapa Kaesang kok melakukan safari politik ke partai yang selama ini 'tidak suka' kepada arah dan kebijakan pemerintahan Joko Widodo.

Dari safari politik yang dilakukan Kaesang, orang akhirnya bisa membaca ke mana arah Kaesang dalam pilkada serentak tahun ini. Beberapa catatan yang menjadi petunjuk arah politiknya adalah, pertama, dalam dunia politik tidak ada lawan dan kawan abadi yang ada adalah kepentingan abadi.

Dari ungkapan politik yang banyak digunakan dalam literasi dan praktek dunia politik itu bisa dikatakan hubungan antara PKS dan PSI sudah mencair yang sebelumnya membeku atau dibekukan. Mencairnya hubungan itu dilandasi alasan adanya kepentingan, PSI terutama, di Pilkada Jakarta sehingga bisa jadi Kaesang butuh dukungan partai itu dengan langkah awal mengunjungi Kantor PKS dan bersilaturahim dengan Presiden PKS Ahmad Syaikhu.

Niat politik dari kunjungan pertama tentu tidak langsung diiyakan atau ditolak apalagi PKS sudah mendeklarasikan pasangan Anies Baswedan-Sohibul Iman dalam Pilkada Jakarta namun setidak-tidaknya kunjungan Kaesang itu sudah membuka hati PKS. Setelah kunjungan itu, PKS pun akhirnya berpikir bahwa anak muda ini punya niat baik dan keterbukaan politik dengan siapapun termasuk partai oposan.

Toh bila PKS tidak mendukung dirinya dalam Pilkada Jakarta, setidak-tidaknya seperti yang PKS dan PSI katakan, mereka bisa melakukan koalisi atau kerja sama dalam pilkada di daerah-daerah lainnya. Bila tidak demikian, safari politik yang dibangun mereka menjadi jembatan antara PSI dan PKS yang selama ini dipisahkan jurang yang dalam. Dari sini sudah berkurang bahkan tak ada lagi saling membully di antara mereka.

Kedua, Kaesang paham bahwa Jakarta sudah 'dikuasai' PKS sehingga sulit bagi calon gubernur atau partai politik lainnya bila bertarung di Pilkada Jakarta. Bukti dikuasainya Jakarta oleh partai itu dilihat perolehan kursi PKS di DPRD dalam Pemilu 2024 yang mampu meraih 18 kursi, unggul dibanding dengan partai-partai lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun