Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Habis Koalisi Terbitlah Koalisi

4 September 2023   08:26 Diperbarui: 7 September 2023   07:09 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera partai politik peserta pemilu terpasang di kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Jumat (27/1/2023). (KOMPAS/HENDRA AGUS SETYAWAN)

Godaan tawaran sekian kursi menteri akan diberikan bisa membuat partai-partai tergoda sehingga pindah haluan. 

Hal ini biasa dilakukan oleh partai-partai non-parlemen. Pergeseran koalisi bisa juga karena ketidaknyamanan di antara satu partai dengan partai yang lain sehingga membuat ia meninggalkan koalisi tersebut.

Keempat, koalisi terbangun dan bubar juga karena adanya cawe-cawe orang kuat atau pemilik partai dan modal. Nah cawe-cawe itulah apakah berhenti sampai di sini? 

Bila cawe-cawe masih dilakukan maka perubahan koalisi masih terbuka kemungkinan terjadi lagi. Lahir dan bubarnya KIB apakah karena faktor itu dan apakah lahirnya KIM juga karena itu.

Dari sini terlihat bahwa lahir dan bubarnya koalisi karena adanya dominasi kepentingan dan cawes-cawe dari orang kuat. Hal demikian menunjukkan adanya ketidakmandirian, ketergantungan, terpenjaranya partai politik oleh kekuatan besar. 

Akibat yang demikian membuat apa yang disampaikan oleh elit partai, tidak nyambung dengan apa yang dimaui oleh konstituennya. Lebih parah lagi memunculkan perpecahan di internal partai. Ada salah satu partai, antara pengurus pusat dan sayap-sayapnya tidak sejalan dalam mendukung capres.

Hal demikian berbeda dengan pilpres-pilpres sebelumnya. Di mana partai politik bebas menentukan arah dukungan tanpa adanya cawe-cawe orang kuat sehingga koalisi yang ada tidak seperti saat ini, tumbuh hilang berganti.

Dalam waktu dekat apa yang akan terjadi? Kita tunggu saja dinamika politik yang terjadi hingga akhirnya ditemukan berapa jumlah koalisi yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun