Mohon tunggu...
Ardita Syalwa
Ardita Syalwa Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

mahasiswa Public Relations Universitas Padjadjaran 2019

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Daring, Efektif?

26 Maret 2020   01:54 Diperbarui: 16 Juni 2021   11:20 20538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apakah Pembelajaran Daring Efektif? (unsplash/annie spratt)

"Seruan gerakan work from home dan seruan pembelajaran daring yang dilaksanakan oleh hampir seluruh universitas yang ada di Indonesia"

Pada bulan Maret ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang turut terkena imbas pandemik Covid-19 yang terjadi hampir di seluruh dunia. Sama halnya seperti SARS dan MERS, Covid-19 merupakan penyakit yang dapat berakibat fatal dan disebabkan oleh infeksi virus (Hananti, 2020). 

Pandemik Covid-19 menyebabkan Indonesia turut mengeluarkan beberapa himbauan kepada publik, seperti seruan gerakan work from home dan seruan pembelajaran daring yang dilaksanakan oleh hampir seluruh universitas yang ada di Indonesia. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan tanpa melakukan tatap muka melalui platform yang telah tersedia. 

Terkait dengan pembelajaran daring, beberapa perusahaan telekomunikasi Indonesia sudah mulai melakukan kerja sama dengan berbagai platform pembelajaran daring untuk mendukung kegiatan pembelajaran model baru ini, seperti PT Telekomunikasi Selular atau yang biasa dikenal dengan nama Telkomsel. 

Telkomsel bekerja sama dengan beberapa kampus di Indonesia untuk memberikan layanan gratis bagi pengguna Telkomsel yang mengakses situs pembelajaran daring Universitas yang bersangkutan. 

Lantas, dengan segala kemudahan yang diberikan dan segala situasi yang sedang berlangsung, apakah pembelajaran daring merupakan metode pembelajaran yang efektif?

Baca juga : Pentingnya Peran Orang Tua dalam Memanajemen Belajar Anak pada Masa Pandemi

Diambil dari sudut pandang mahasiswa, pembelajaran daring merupakan salah satu metode baru dan belum lumrah digunakan di perguruan tinggi Indonesia. 

Untuk melengkapi data yang dibutuhkan, penulis telah mengambil 118 sampel responden survei mengenai efektivitas pembelajaran daring jika dilihat dari sudut pandang mahasiswa. 

Dari 118 responden yang diambil, 23 diantaranya merupakan mahasiswa aktif Universitas Padjadjaran angkatan tahun 2019 dan 2018, 40 diantaranya merupakan mahasiswa aktif Universitas Indonesia angkatan tahun 2019 dan 2018.

Enam belas diantaranya merupakan mahasiswa aktif Universitas Gadjah Mada angkatan tahun 2019, 8 diantaranya merupakan mahasiswa aktif Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta angkatan tahun 2019, 7 diantaranya merupakan mahasiswa Universitas Negeri Jakarta angkatan tahun 2019.

Enam diantaranya merupakan mahasiswa aktif Institut Teknologi Bandung angkatan tahun 2019, 4 diantaranya merupakan mahasiswa aktif Universitas Bina Nusantara Jakarta angkatan tahun 2019, 4 diantaranya merupakan mahasiswa aktif Universitas Diponegoro angkatan tahun 2019, 3 diantaranya merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan tahun 2019, 2 diantaranya merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya angkatan tahun 2019.

Baca juga : Tips Membangun Semangat Belajar

Dan masing – masing 1 orang mahasiswa berasal dari Universitas Airlangga angkatan tahun 2019, Universitas Islam Indonesia angkatan tahun 2019, Universitas Trisakti angkatan tahun 2019, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) angkatan tahun 2019, Universitas Udayana angkatan tahun 2019, Politeknik Sahid angkatan tahun 2017 dan Universitas Prasetiya Mulya angkatan tahun 2019. 

Sebanyak 91 mahasiswa dari 118 mahasiswa yang dijadikan sampel atau setara dengan 77.1% hasil sampel survei menyatakan bahwa mereka tidak menyukai metode pembelajaran daring dan lebih memilih untuk melakukan pembelajaran tatap muka.

Berdasarkan survei yang dilakukan, terdapat beberapa hambatan yang dirasakan oleh mahasiswa terkait dengan pembelajaran daring. Sebanyak 44.9% responden merasa bahwa kendala utama yang dirasakan merupakan kendala signal. 

Signal yang didapatkan oleh responden dirasa tidak sesuai sehingga responden sulit untuk menerima pelajaran yang diberikan oleh dosen dengan maksimal. Sebanyak 14.4% responden merasa bahwa kendala utama yang dirasakan merupakan kendala habisnya kuota dan keterbatasan uang yang mereka miliki untuk terus menerus mengisi ulang kuota internet. 

Hal ini dapat terjadi karena tidak semua perusahaan telekomunikasi yang beroperasi di Indonesia sudah melakukan kerja sama dengan platform media pembelajaran online, sehingga kuota mahasiswa yang sedang mengakses konten pembelajaran online menjadi cepat habis. 

Responden lainnya merasa bahwa kendala utama yang dirasakan merupakan mudah terdistraksi, kurangnya penjelasan dari dosen, dan dosen yang tidak menjelaskan materi namun hanya memberikan tugas saja kepada mahasiswanya.

Jika dilihat dari jawaban – jawaban di atas, dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran daring memiliki banyak kekurangan dari berbagai aspek. 

Baca juga : Mendengarkan Musik Bisa Membantu Kita untuk Meningkatkan Semangat belajar

Sayangnya, kekurangan yang dialami oleh para mahasiswa mengenai pembelajaran daring merupakan kekurangan major atau kekurangan yang dirasa besar dan dapat menghambat proses kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan. Dimulai dari masalah signal hingga sulit untuk fokus, pembelajaran daring dinilai menambah beban bagi mahasiswa. 

Kesulitan mengerti materi yang disampaikan oleh dosen hingga dosen yang tidak pernah memberikan materi kuliah baik dengan video message ataupun video conference dirasa juga menjadi salah satu beban bagi mahasiswa dalam menjalani pembelajaran daring.

Meskipun pembelajaran daring memiliki banyak kekurangan dan tidak disukai oleh kebanyakan mahasiswa responden, sebanyak 27 mahasiswa atau setara dengan 22,9% responden menyukai pembelajaran daring dan dapat melihat sisi positif yang dapat dipetik dari pelaksanaan pembelajaran daring. 

Pembelajaran daring dapat dilakukan dimana saja, meskipun tidak selalu bisa dilakukan kapan saja. Hal ini menyebabkan mahasiswa yang melaksanakan

pembelajaran daring dapat melakukan proses pembelajaran di tempat – tempat yang mereka sukai sambil melakukan hal – hal lain selain belajar, seperti makan, mendengarkan musik dan menonton televisi. 

Bagi sebagian mahasiswa, learning environment pembelajaran daring dirasa lebih cocok untuk mereka dibandingkan pembelajaran offline atau pembelajaran tatap muka. 

Terlepas dari masalah pembelian kuota, mahasiswa yang menggunakan jaringan WiFi merasa pembelajaran daring dapat menghemat ongkos yang biasa dikeluarkan sehari – hari. Dengan adanya pembelajaran daring, mahasiswa tidak perlu lagi mengeluarkan ongkos untuk pergi ke kampus di pagi hari.

Dari segala hal yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa dari sudut pandang mahasiswa, pembelajaran daring bukan merupakan metode pembelajaran yang efektif. 

Meskipun pembelajaran daring memiliki beberapa sisi positif, sisi positif yang dimiliki oleh pembelajaran daring tidak berdampak pada efektivitas kegiatan belajar mengajar yang ada. 

Sisi positif yang ada pada pembelajaran daring kebanyakan merupakan sisi positif dari segi lifestyle mahasiswa dan financing mahasiswa. Kebalikan dari sisi positifnya, sisi negatif yang dimiliki oleh pembelajaran daring merupakan kelemahan yang dapat betul – betul memengaruhi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa, menyebabkan pembelajaran daring menjadi metode pembelajaran yang tidak efektif.

Ketidaktahuan pemerintah maupun publik mengenai kapan pandemik Covid-19 akan berakhir mengakibatkan mahasiswa dan dosen tetap harus menjalani pembelajaran daring selama sisa semester berlangsung. 

Beberapa perubahan dapat diterapkan untuk membuat pembelajaran daring menjadi metode pembelajaran yang lebih efektif, seperti para dosen yang seharusnya mengadakan video conference agar proses belajar mengajar dapat terjadi dua arah dan memberikan mahasiswa keleluasaan untuk bertanya.

Para dosen betul – betul menjelaskan materi yang akan mereka sampaikan kepada mahasiswa melalui media video atau video conference dan tidak hanya memberikan powerpoint saja.

Pembatasan jumlah tugas yang diberikan agar tidak menjadi beban bagi mahasiswa, pemerataan signal oleh perusahaan telekomunikasi agar tidak terjadi susah signal ketika proses pembelajaran berlangsung, dan pembuatan platform yang sesuai juga memadai oleh seluruh universitas di Indonesia. 

Ada baiknya jika pembelajaran daring dapat ditinjau lebih jauh lagi oleh instansi – instansi yang bersangkutan agar menjadi metode pembelajaran yang lebih efektif ke depannya, baik bagi mahasiswa maupun dosen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun