Mohon tunggu...
Timmy Ardian Roring
Timmy Ardian Roring Mohon Tunggu... Pustakawan - Pegawai Swasta

Seorang pekerja swasta yang mengaktualisasi diri dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Peran Krusial Passion dalam Mengantisipasi Burnout

27 Oktober 2023   09:15 Diperbarui: 27 Oktober 2023   15:34 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wanita mengalami burnout (tirachardz/ Freepik)

Perpustakaan sebuah sekolah swasta di Surabaya Timur itu begitu hening. Hanya sesekali terdengar suara pergantian halaman buku yang sejenak memecah keheningan. Jemari seorang siswi menjelajah halaman demi halaman buku yang ada di hadapannya. 

Dengan determinasi tinggi, ia menyerap informasi yang dibacanya, sembari sesekali menuliskan poin-poin penting di buku catatan yang dibawanya. Tidak nampak sama sekali kelelahan di wajah siswi bernama lengkap Nadine Aryomo itu. Padahal ia baru saja tuntas membela tim basket U-19 Surabaya dalam sebuah kejuaraan tingkat provinsi. 

Pada kompetisi yang berlangsung di pekan pertama Februari 2023 itu, ia bertanding melawan tim dari lima kota/kabupaten lain di Jawa Timur dan mencetak kemenangan sempurna bersama timnya.

Yang cukup mengundang decak kagum dari partisipasi Nadine dalam kejuaraan tersebut adalah bahwa dirinya memilih untuk ikut berkompetisi di tengah-tengah rententan ujian yang akan dilaluinya di sekolah. 

Sebagai siswi kelas 12, Nadine harus menjalani beragam penilaian yang akan menentukan kelulusannya. Sekembalinya dari kompetisi di tingkat provinsi ini saja, ia langsung disambut dengan ujian praktik yang tentunya memerlukan persiapan yang matang. 

Meski demikian, segala tanggung jawabnya sebagai siswi itu tidak sedikit-pun menyurutkan semangat Nadine untuk membela tim basket U-19 Surabaya. Ia melihat bahwa partisipasi dan kerja kerasnya tersebut adalah jalur yang harus ia tempuh untuk menggapai cita-citanya, yaitu menjadi atlit basket profesional yang bersinar di kancah nasional maupun internasional.

Kecintaan Nadine pada basket tumbuh semenjak ia kecil, terkhusus karena ia melihat ayahnya yang rutin bermain basket. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, begitu kata orang. 

Semenjak menyeriusi basket saat berada di bangku SMP, olahraga yang tercipta di Amerika itu kini telah menjadi bagian penting dalam kesehariannya. 

Selain membela tim basket putri muda Surabaya, siswi kelahiran tahun 2005 yang juga cakap berbahasa Inggris ini aktif berkompetisi bersama tim basket sekolahnya dan rutin berlatih bersama salah satu klub basket yang ada di Kota Pahlawan.

Tidak bisa dipungkiri, waktu dan tenaga Nadine banyak tersita di lapangan. Namun, ia tidak meninggalkan kewajiban akademiknya. 

Beasiswa akademik yang diperolehnya menjadi bukti betapa seriusnya dirinya dalam menuntut ilmu di bangku sekolah. Ia juga pernah aktif mengikuti ekstrakulikuler debat dan memenangkan lomba debat Bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh salah satu Perguruan Tinggi Negeri terkemuka di Surabaya. 

Di sela-sela padatnya jam sekolah dan jadwal berlatih basket, Nadine bahkan masih sempat mengikuti kursus bahasa dan menjadi pengunjung rutin perpustakaan sekolahnya. Ini menjadi bukti bagaimana ia bisa menyeimbangkan performa di bidang olahraga dan performa di bidang akademik.

Ditanya apakah ia tidak pernah merasa lelah dengan rutinitasnya, ia menjawab, "Kadang capek, bahkan pernah merasa muak," tuturnya jujur sebelum tertawa kecil. Tapi ketika kejenuhan itu tiba, ia tahu persis harus berbuat apa. Menonton video YouTube dan menghabiskan waktu bersama keluarga menjadi jurus healing andalannya. 

Dan di atas itu semua, keinginannya untuk membuat ayahnya bangga dan dorongan kuat untuk menggapai cita-citanya menjadi pemain basket profesional selalu berhasil membangkitkan semangatnya dan mendorongnya untuk terus terus melangkah maju sembari merajut asa demi masa depannya.

Passion Jurus Ampuh Menangkal Burnout

Peradaban modern tentunya tidak asing dengan istilah burnout, sebuah keadaan psikologis berupa stres berat yang ditandai oleh kelelahan fisik maupun mental, perasaan-perasaan negatif, dorongan untuk menarik diri, menurunnya produktivitas, serta hilangnya keyakinan akan kemampuan diri sendiri (Maslach dan Leiter, 2007). 

Meski burnout adalah sesuatu yang kerap dialami oleh para pekerja dengan segala beban dan tanggung jawabnya di dalam dan luar kantor, burnout juga dapat menyerang para pelajar di usia remaja mereka.

Menurut Brain Balance Achievement Center, sebuah lembaga yang berfokus dalam meningkatkan konsentrasi, perilaku, kemampuan bersosialisasi, dan performa akademik pelajar muda, dua penyebab umum terjadinya burnout pada pelajar adalah jadwal rutinitas yang begitu padat, bahkan seperti tidak ada jedanya (non-stop), dan akumulasi dari tekanan-tekanan yang datang dari keluarga, sekolah (akademik), serta kehidupan sosial mereka.

Dampak dari jadwal padat dan tekanan-tekanan ini dapat menyebabkan stres yang bila tidak teratasi akan menimbulkan burnout. Jika burnout dialami dalam jangka panjang, pelajar-pun berisiko untuk merasa kewalahan dalam meyelesaikan tugas-tugasnya, sulit fokus, merasa tertinggal dibanding teman-teman yang lain, dipenuhi oleh mood negatif dalam kesehariannya, dan mudah terpancing emosinya.

Menilik rutinitas dan jadwal padat Nadine, bisa dibilang ia sangat rentan mengalami burnout. Tapi ternyata, kesehariannya yang sangat aktif ini sama sekali tidak berdampak negatif dalam dirinya. Alasannya tak lain adalah bahwa waktu, tenaga, dan kerja kerasnya ia dedikasikan untuk passion-nya, sesuatu yang menjadi lentera jiwanya sekaligus menjadi pondasi tempatnya melandaskan cita-citanya.

Nadine memang dengan bangga mengakui bahwa basket adalah passion-nya, sehingga meskipun banyak hal yang harus ia korbankan demi sesuatu yang sangat dicintainya ini, ia tidak merasa terbebani. 

Justru sebaliknya, ia merasa bahwa dengan mendedikasikan masa mudanya untuk basket, ia mampu menjadi pribadi yang memiliki kesehatan tubuh prima dan mentalitas yang tangguh dalam menghadapi tantangan yang ada dalam kehidupannya. Basket juga memberikannya kesempatan untuk bersinar, berprestasi, dan bermimpi setinggi langit.

Cara Nadine menghidupi basket sebagai passion-nya ini tentu selaras dengan bagaimana Hegel, seorang filsuf Jerman, memaknai passion itu sendiri (dalam Vallerand & Jeremie, 2013), yaitu sebagai sesuatu yang memberi energi, memancing antusiasme, dan menyediakan batu loncatan bagi seseorang untuk berprestasi setinggi-tingginya.

Melalui etos kerja yang dimilikinya, Nadine, yang biasa bermain di posisi power forward ini, juga seolah memberikan pelajaran bahwa selama seorang pelajar menghidupi dan memperjuangkan passion-nya, meski ia harus menjalani jadwal yang amat padat dalam kesehariannya sekalipun, ia akan lebih mampu melewati rutinitasnya dengan tangguh, lebih piawai dalam mengatasi kelelahan fisik maupun mental, dan tidak terlalu beresiko mengalami burnout.  

Hasil penelitian Vallerand dan Jeremie (2013) memaparkan hal yang senada dengan mengindikasikan bahwa apabila seseorang secara rutin melakukan kegiatan seturut dengan passion-nya yang otentik dan mewakili jati dirinya (harmonious passion), besar peluangnya bagi orang tersebut untuk menjadi lebih energik, lebih mampu dalam membangun konsistensi dan kedisiplinan saat membangun sebuah kebiasaan, tidak mudah lelah, serta tidak mudah terpengaruh oleh stres. 

Sebuah penelitian yang telah dilakukan sebelumnya juga menunjukkan korelasi positif antara passion dengan kepuasaan hidup dan kemampuan yang lebih baik dalam memaknai hidup.

Passion dengan demikian menjadi kunci yang harus dimiliki mereka-mereka yang ingin menghayati semangat kerja keras dalam kehidupannya. 

Passion yang sama pula yang akan selalu membuat antusiasme dalam diri tiap individu untuk mewujudkan mimpi-mimpinya tetap menggelora, meski tantangan, rasa jenuh, dan kelelahan sesekali menghampiri.  

Daftar Pustaka

Brain Balance Achievement Center. (n.d.). Burnout in kids & teens? It's not just for adults. Diakses dari https://www.brainbalancecenters.com/blog/burnout-in-kids-teens-not-just-for-adults

Maslach, C, & Leiter M. (2007). Burnout. Encyclopedia of stress, 2, 358-362. DOI: 10.1016/B978-0-12-800951-2.00044-3

Valerand, R.J. & Jeremie, V. (2013). Making people's life most worth living: On the importance of passion for positive psychology. Terapia Psicologica, 31(1), 35-48. Diakses dari https://www.redalyc.org/pdf/785/78525710004.pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun