Mohon tunggu...
Ardilah Ardilah
Ardilah Ardilah Mohon Tunggu... Guru - GURU di SMANSA CIKA SIAK RIAU

Saya Adalah Seorang Tenaga Pengajar Guru Di SMNSA CIKA SIAK RIAU, Hobby Saya adalah Masak-Memasak dan Membaca Novel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Meningkatkan Hasil Belajar Biologi dengan Pendekatan Cooperatif Learning Type Jigsaw

10 Januari 2024   21:39 Diperbarui: 10 Januari 2024   22:37 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tujuan penelitian ini adalah mengoptimalkan hasil belajar BIOLOGI Sistem Ekskresi Pada Manusia melalui pendekatan kooperatif tipe jigsaw bagi siswa Kelas XI MIPA SMAN 1 Kerinci  Kanan pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020. Penelitian dilaksanakan bulan Januari--Februari 2020, metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, yang terdiri dari dua siklus. Tiap siklus sebanyak dua kali pertemuan dan pada pertemuan ketiga dilakukan post test. Sebagai bahan perbandingan/acuan sebelum melakukan penelitian, guru/peneliti menjadikan nilai ulangan tengah semester sebagai nilai prasiklus. Indikator keberhasilan dilihat dari peningkatan pemahaman konsep yang di peroleh dari hasil post test. Instrumen yang digunakan berupa lembaran tes. Berdasarkan tindakan yang telah diterapkan dalam siklus I dan siklus II ternyata dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran yang tepat, dalam hal ini model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar khususnya materi sistem gerak dan sekaligus mendorong siswa untuk lebih aktif dalam menggali ilmu pengetahuan dan menumbuhkan sikap kerjasama.

PENDAHULUAN

Dalam pelaksanaan Implementasi Kurikulum 2013, guru dituntut memiliki kompetensi terutama dalam pengelolaan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang berkualitas dan efektif akan mengantarkan siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.

Suatu kenyataan bahwa hasil belajar siswa saat ini masih sebatas penguasaan salah satu ranah saja yaitu ranah kognitif. Masih banyak proses pembelajaran hanya satu arah, yakni guru berceramah sedangkan siswa menghafal konsep, guru aktif - siswa pasif. Idealnya proses pembelajaran anak/siswa dikondisikan aktif baik secara fisik maupun psikis, agar tercapai pula ranah psikomotorik dan afekif, sehingga dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.

Rendahnya tingkat ketercapaian kompetensi siswa dalam mempelajari Biologi dilihat dari perbandingan siswa dengan KKM yang ditetapkan. KKM yang ditetapkan adalah 75. Adapun kondisi awal hasil prestasi siswa yang diambil dari nilai ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 sebagai berikut: dari 40 siswa, KKM yang ditentukan 75, persentase Siswa tuntas 65 : 40 %, nilai minimum 46, nilai maksimim 82, dan rata-rata nilai: 63,45.

Jadi ketercapaian KKM masih jauh dari harapan. Dengan kondisi tersebut, terdorong untuk melakukan upaya perbaikan / peningkatan pencapaian kompetensi hasil belajar siswa. Agar proses pembelajaran lebih bervariasi, aktif, interaktif, efektif, dan menyenangkan, maka dilaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw. Pendekatan kooperatif tipe jigsaw diterapkan dalam penelitian untuk mencari solusi dalam mengantisipasi rendahnya ketercapaian kompetensi dalam mata pelajaran Biologi.

Dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe jigsaw diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Biologi dalam kompetensi dasar " Menjelaskan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem Ekskresi Pada Manusia", bagi siswa dan guru. Sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, kemampuan siswa baru sebatas kemampuan kognitif. Sedangkan ranah psikomotorik dan afektif belum terakumulasi. Kemampuan siswa baru pengusaan konsep, kemampuan ingatan / hafalan. Setelah diterapkan pendekatan kooperatif tipe jigsaw lebih memberi kontribusi untuk menggali kemampuan afektif dan psikomotornya. Penelitian ini dilakukan karena dipandang penting dan sangat diperlukan untuk segera memberikan solusi untuk upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan untuk meningkatkan kompetensi, serta komitmen guru terhadap tugas profesinya. Sedangkan bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar Biologi untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Cooperatif Learning tipe Jigsaw

Model cooperatif learning tipe jigsaw ini juga dikenal sebagai kelompok ahli. (Hayu A, dkk, 2018) tipe jigsaw terdiri atas 5 fase. Pembagian kelompok berdasarkan kriteria prestasi individu (dari pre test sebelumnya), gender, etnik, dan ras kelompok beranggotakan 2 - 4 kelompok expert. Jumlah kelompok sesuai dengan jumlah pokok yang dipelajari. Masing-masing kelompok expert beranggotakan wakil dari sejumlah kelompok belajar siswa.

Fase - fase model cooperatif learning tipe jigsaw:

Fase 1. Reading                  : Pembagian kelompok

Contoh                               : Jumlah siswa 40 anak. Dibuat 10 kelompok, jumlah sub pokok materi 4 bahasan. Setiap kelompok membagi tugas pemilihan anggota sebagai wakil kelompok untuk masuk kelompok expert. Jadi dalam kelompok expert anggotannya 6 siswa.

Fase 2. Expert Group Discussions:

Dalam kelompok expert, siswa berdiskusi masalah LKS atau tugas yang terdapat dalam LKS. Setelah selesai diskusi, semua anggota kelompok expert kembali ke kelompok belajar semula.

Fase 3. Team Report:

Anggota yang ditunjuk sebagai wakil kelompok belajar di kelompok expert menjelaskan kepada teman - temannya sekelompok.

Fase 4. Assesment:

Guru mengadakan kuis yang dikerjakan siswa secara individual. Hasilnya nilai individu anggota kelompok.

Fase 5. Team Recognition:

Guru bersama siswa menghitung perubahan nilai awal (base score) siswa dengan nilai hasil kuis. Kemudian nilai semua anggota kelompok di jumlah dan dirata- rata, maka akan didapat nilai penghargaan / predikat kelompok.

Materi Sistem Gerak

Materi Sistem Ekskresi yang dipelajari di SMA termasuk Kompetensi Dasar " Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem ekskresi dalam kaitannya dengan bioproses dan gangguan fungsi yang dapat terjadi pada sistem ekskresi manusia". Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMAN 1 Kerinci Kanan, KD ini memiliki 2 indikator yaitu (1) Menjelaskan struktur, fungsi, dan proses sistem ekskresi pada manusia (2) Menjelaskan kelainan dan penyakit yang berhubungan dengan sistem ekskresi .

METODE

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (action research) sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri yang terdiri dari dua siklus dan tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya jika tindakan yang diberikan belum mencapai indikator yang diharapkan.

Keempat tahapan dalam PTK 2, dilakukan secara berurutan. Langkah pertama dan kedua merupakan bagaian awal dari rencana perbaikan. Langkah ketiga merupakan prasyarat untuk langkah yang keempat. Jika tindakan perbaikan belum berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru, maka tindakan refleksi yang mencakup analisis data dan sintesis digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan di siklus berikutnya. Siklus PTK akan berakhir jika perbaikan telah berhasil dilakukan

Secara khusus urutan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model cooperatif learning tipe jigsaw sebagai berikut: 1) Kondisi Awal, adalah keadaan dimana siswa belum mendapat perlakuan proses pembelajaran efektif, artinya proses pembelajaran yang berlangsung masih monoton atau tradisional. Hasil tes dari proses pembelajaran monoton masih rendah artinya belum mencapai nilai tuntas, termasuk sikap dan psikomotor sebagai ranah kompetensi yang akan dicapai belum dapat terlihat. 2) 

Tindakan. Guru menyusun program pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe jigsaw. Proses pembelajaran akan dikondisikan aktif dan interaktif, sehingga proses pembelajaran akan berlangsung efektif, dan diharapkan dapat mencapai proses yang optimal dalam mencapai kompetensi. Kompetensi dalam pembelajaran Biologi yang diterapkan adalah kompetensi menjelaskan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia". Kompetensi mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan pada materi pelajaran Biologi dapat dideteksi dengan menerapkan model cooperatif learning tipe jigsaw melalui fase- fase pembelajaran. Dalam hal ini dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan dalam dua kali proses pembelajaran. 3) Kondisi Akhir, adalah kondisi setelah dilaksanakan proses tindakan. Dalam hal ini adalah proses siklus I, proses siklus II dan proses siklus III. Setelah proses siklus didapatkan analisa hasil dan diketahui prosentase peningkatan hasil tes maka dapat dikatakan sebagai kondisi akhir.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMAN 1 Kerinci Kanan, pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020, selama 2 bulan mulai dari  akhir bulan Januari sampai dengan Februari 2020. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini untuk mata pelajaran biologi dengan kompetensi dasar "Menjelaskan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan penyakit yang terjadi pada sistem ekskresi pada  manusia ". 

Pelaksanaan Siklus 1

Siklus 1 dilaksanakan selama 2 minggu, yaitu minggu ketiga dan pertama bulan Januari

2020, dan diakhiri evaluasi prestasi belajar siklus 1

Pada siklus pertama guru bidang studi menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw pada kelompok besar, dari Kompetensi Dasar tentang " Menjelaskan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada system ekskresi pada manusia" dan indikator yang dipilih (1) Menjelaskan struktur dan fungsi organ pada sistem ekskresi pada manusia (2) Menjelaskan proses ekskresi pada manusia.

Setelah dua kali pertemuan, diadakan evaluasi prestasi belajar siswa untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa tentang materi biologi tersebut.

Pelaksanaan Siklus 2

Siklus 2 dilaksanakan selama 2 minggu juga, yaitu minggu kedua dan ketiga bulan Februari 2020, dan diakhiri dengan evaluasi prestasi belajar siklus 2.

Pada siklus kedua, guru bidang studi menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw pada kelompok kecil, dari Kompetensi Dasar tentang " Menjelaskan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada system ekskresi  manusia" dan indikator yang dipilih Menjelaskan teknologi yang berkaitan dengan kesehatan sistem ekskresi, dan Menjelaskan penyebab terjadinya kelainan/gangguan pada sistem ekskresi.

Subjek dan Sasaran Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA  di SMAN 1 Kerinci Kanan Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 40 orang. Sasaran penelitian ini adalah pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe Jigsaw pada KD " Menjelaskan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi manusia"

Langkah-langkah yang dilakukan pada teknik pengumpulan data ini sebagai berikut:

  • Mengobservasi kegiatan pembelajaran sebelum menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw (prasiklus) 
  • Mengumpulkan data hasil belajar biologi pada tahap prasiklus
  • Memberikan tes akhir belajar di akhir siklus
  • Mengadakan penelitian afektif siswa pada setiap pertemuan
  • Melakukan observasi kegiatan pembelajaran dan membuat catatan lapangan pada setiap pertemuan

Teknik Analisis Data

Data hasil pengamatan yang diperoleh pada tiap siklus akan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif dan dilihat perkembangannya tiap pertemuan, apakah sudah mencapai indikator yang diharapkan Analisis deskriptif yang diperlakukan yaitu dengan menganalisa hasil belajar. Hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif.
Analisis deskriptif komparatif yang dilakukan adalah membandingkan nilai atau hasil tes antar siklus. Siklus yang akan dibandingkan adalah siklus I (pertama) dengan siklus II (kedua) Dalam menganalisa hasil tes antar siklus ini tidak hanya hasil / nilai tes saja tetapi termasuk perilaku siswa selama proses pembelajarannya. Jadi data tes (hasil belajar) merupakan nilai kuantitatif, sedangkan data observasi perilaku siswa merupakan nilai kualitatif.

HASIL

TABEL. RATA - RATA NILAI AFEKTIF SIKLUS 1

NO

ASPEK YANG DIOBSERVASI

SIKLUS/PERTEMUAN

RATA- RATA

KATE GORI

1

2

1

Menunjukkan keterlibatkan dalam

kelompok

80%

82%

81%

BAIK

2

Melakukan kerjasama dalm

memecahkan masalah

85%

85%

85%

BAIK

3

Berani mengemukakan pendapat

75%

80%

77,50

BAIK

4

Berani menanggapi pendapat

orang lain

75%

80%

77,50

BAIK

5

Berani mengajukan pertanyaan

80%

80%

80%

BAIK

6

Berani menjawab pertanyaan

75%

85%

80%

BAIK

7

Pembagian tugas dengan merata

80%

80%

80%

BAIK

8

Mengerjakan tugas dengan percaya diri

75%

80%

77,50

BAIK

9

Membuat kesimpulan dengan

kalimat sendiri

75%

80%

77,50

BAIK

10

Menunjukkan sikap senang

80%

85%

82,50%

BAIK

RATA-RATA

78.00%

82,00%

81,20%

TABEL. RATA-RATA NILAI AFEKTIF SIKLUS 2

NO

ASPEK YANG

DIOBSERVASI

SIKLUS/PERTEMUAN

RATA-

RATA

KATE GORI

1

2

1

Menunjukkan keterlibatkan

dalam kelompok

83%

85%

84,50%

BAIK

2

Melakukan kerjasama dalm

memecahkan masalah

87%

87%

87%

SANGAT

BAIK

3

Berani mengemukakan

Pendapat

80%

85%

82,50%

BAIK

4

Berani menanggapi pendapat

orang lain

80%

82%

81%

BAIK

5

Berani mengajukan pertanyaan

85%

87%

86%

SANGAT

BAIK

6

Berani menjawab pertanyaan

78%

85%

81,50%

BAIK

7

Pembagian tugas dengan

Merata

82%

82%

82%

BAIK

8

Mengerjakan tugas dengan

percaya diri

80%

85%

82,50%

BAIK

9

Membuat kesimpulan dengan

kalimat sendiri

85%

90%

87,50%

SANGAT

BAIK

10

Menunjukkan sikap senang

85%

90%

87,50%

SANGAT

BAIK

RATA-RATA

82,50%

85,80%

84,15%

Tabel . Nilai Hasil Ulangan Prasiklus, Kondisi Siklus I, Kondisi Siklus II

No

Uraian

Kondisi

Awal

Kondisi

Siklus I

Kondisi

Siklus II

Keterangan

1

Nilai Tertinggi

82

90

94

Ada peningkatan

2

Nilai Terendah

46

50

58

Ada peningkatan

3

Nilai rata-rata

63,45

67,78

78,38

Ada peningkatan

4

Prosentase KKM

40%

72,50%

87,50

Ada peningkatan

Tabel . Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus 2

Kelompok Nilai

Interval Nilai

Frekunsi Absolut

Frekunsi Relatif

Kualitas Nilai

1

54

10%

Sangat kurang

2

55-64

5

12,50%

Kurang

3

65-75

9

22,50%

Cukup

4

76-85

13

32,50%

Baik

5

86-100

13

32,50 %

Sangat Baik

PEMBAHASAN

Siklus 1

Dari hasil penelitian ternyata penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual tipe Jigsaw membawa dampak bagi proses pembelajaran. Walaupun tidak terlalu signifikan, rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi prasiklus. Rata-rata hasil belajar kognitif mengalami peningkatan sebesar 4,33 dari prasiklus, sedangkan jumlah siswa yang hasil belajarnya mencapai standar KKM mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar 32,50%. Hasil serupa terjadi pada rata-rata hasil belajar afektif yang meningkat sebesar 4%.

Terjadinya peningkatan nilai rata-rata kelas tidak terlepas dari peranan guru dalam melakukan perubahan demi tercapainya tujuan belajar yang diinginkan. Tindakan ini dilakukan berdasarkan hasil refleksi dari kegiatan guru selama pembelajaran prasiklus. Selama pembelajaran prasiklus, guru tidak memberitahukan tujuan pembelajaran di awal kegiatan. Penyampaian tujuan pembelajaran membuat proses belajar mengajar menjadi lebih terarah. Siswa yang diberitahukan tujuan pembelajaran sari sesuatu yang akan dipelajari, akan membuat siswa berusaha untuk mencapai tujuan tersebut .

Dari hasil di atas ternyata model pembelajaran yang digunakan telah berhasil mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar siswa. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan aktifitas dan tanggung jawab dengan apa yang dipelajarinya. Hal tersebut mengakibatkan materi tidak mudah dilupakan siswa, dan mampu memperbaiki hasil belajar siswa

Siklus II

Pelaksanaan siklus II menghasilkan dampak yang lebih baik dibandingkan siklus I, yaitu rata-rata hasil belajar kognitif mengalami peningkatan sebesar 10,60 dari siklus I, sedangkan jumlah siswa yang hasil belajarnya mencapai standar KKM mengalami peningkatan yaitu sebesar 15%.dibandingkan siklus I. Hasil serupa terjadi pada rata-rata hasil belajar afektif yang meningkat sebesar 2,95 %.dibandingkan siklus 1

Peningkatan tersebut kemungkinan disebabkan karena dilakukannya perbaikan yaitu dengan mengurangi jumlah anggota kelompok asal dan lebih memperhatikan pemerataan kemampuan dalam kelompok. Model pembelajaran ini, dapat membuat suasana belajar siswa tidak kaku dan monoton. Perasaan senang dalam belajar akan berdampak pada hasil belajar siswa yang meningkat.

Kesimpulan

Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, mampu meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif siswa XI MIPA SMAN 1 Kerinci Kanan. Jumlah siswa yang hasil belajar kognitifnya memenuhi indikator keberhasilan (65) 87,50%, mengalami peningkatan sebesar 47,50% dengan peningkatan nilai rata-rata sebesar 14,93 pada siklus 2. Hasil belajar afektif siswa mencapai peningkatan rata-rata kelas sebesar 2,95% .

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hayu, A, dkk. 2018. Metode Pembelajaran Jigsaw Dalam Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa. Semarang:Jurnal Penelitian

Mulyasa, E. 2017. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Syah, M. 2018. Psikologi Belajar. Jakarta: Grafindo Persada.

Uno, B. Hamzah. 2015. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun