Mohon tunggu...
Ardiansyah
Ardiansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pendidik

Belajar-Lakukan-Evaluasi-Belajar Lagi-Lakukan Lagi-Evaluasi Kembali, Ulangi Terus sampai tak terasa itu menjadi suatu kewajaran. Mengapa? Karena Berfikir adalah pekerjaan terberat manusia, apakah anda mau mencoba nya? Silahkan mampir ke : lupa-jajan.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Catatan yang Membekas di Antara Dua Persimpangan Menanjak

17 Februari 2024   07:00 Diperbarui: 17 Februari 2024   07:03 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, tekadku untuk kembali ke tanah kelahiran begitu kuat. Aku yakin bahwa kebahagiaan sejatinya terletak di sana, bersama orang-orang yang aku cintai dan di tanah yang telah melahirkanku ini.

Di tengah keraguan dan rasa ragu, aku memantapkan hati dan bertekad untuk pulang. Aku memutuskan untuk mengikuti kata hati dan kembali ke tanah air. Aku yakin bahwa jalan hidup akan menuntunku pada kebahagiaan yang sesungguhnya.

***

Kebiasaan lama setelah pulang membawaku kembali ke dataran tinggi dekat rumah, memandangi hamparan sawah hijau yang terbentang luas di hadapannya. Aroma angin begitu memikat untuk tidur diantara rerumputan kering ini. Aku sejenak menghirup napas dalam-dalam, merasakan kedamaian yang menyelimuti kenangan terakhir kali aku di sini. 

Beberapa bulan telah berlalu sejak aku kembali ke tanah kelahirannya. Aku telah melalui banyak hal: kebahagiaan reuni dengan keluarga, keraguan tentang bagaimana aku bekerja nanti, dan perjuangan untuk beradaptasi dengan kehidupan Hamburg yang mungkin tidak berubah sejak aku di sana.

Aku telah mencoba berbagai hal untuk menemukan kebahagiaanku sendiri. Aku bekerja di sebuah museum kecil di desa dekat rumah, membantu mengajar anak-anak di sekolah, dan bahkan mencoba menanam tanaman khas desa ini. 

Namun, ketika berfikir sejenak, akh masih merasa ada yang kurang. Aku bingung harus apa dalam hidup ini, tentu tidak mungkin hanya begini-begini saja. Aku punya mimpi dan alasan untuk melanjutkan apa yang telah aku pelajari. 

Di atas bukit ini, aku merenungkan semua pilihan yang ada. Aku bisa tetap di desa dan membantu keluarga atau memutuskan untuk kembali ke Hamburg dan melanjutkan karirku di sana. Aku pasti bisa menggapainya.

Tapi aku tidak tahu harus bagaimana. Dihadapkan dengan dia sisi yang sama-sama aku cintai, yaitu kampung halaman dan impian untuk menjadi arkeolog hebat, membuat seakan berasa diantara persimpangan yang keduanya berarti tapi harus memilih diantaranya. 

Seketika Aku berbalik dan berjalan menuruni bukit. Aku tidak tahu ke mana akan pergi, tetapi aku yakin bahwa suatu saat nanti akan menemukan jalan yang tepat di persimpangan. Aku yakin pasti ada jalan ketiga untuk tiba di tujuan yang aku inginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun