Mohon tunggu...
Ardi Winata Tobing
Ardi Winata Tobing Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk mengingat.

Prokopton.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Teror Prancis, Gempa Turki, dan Masyarakat yang Sakit!

31 Oktober 2020   22:14 Diperbarui: 1 November 2020   03:36 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi itulah yang terjadi!

screenshot-602-001-5f9d7ce4d541df2657540303.jpg
screenshot-602-001-5f9d7ce4d541df2657540303.jpg
Faktanya, bukan satu atau dua, tapi puluhan, bahkan ratusan akun sanggup menertawakan tragedi tersebut dengan jarinya dan ini terlihat dengan begitu gamblang lewat fitur Facebook react.

Bahkan, hal serupa bisa ditemukan pada beberapa portal media populer macam Tempo atau Detik. Dan besar kemungkinan hal yang sama juga bisa didapati pada media-media lainnya.

screenshot-605-5f9d7c67d541df274523bd73.png
screenshot-605-5f9d7c67d541df274523bd73.png
screenshot-606-5f9d7c6f8ede482fa91f33e2.png
screenshot-606-5f9d7c6f8ede482fa91f33e2.png
screenshot-603-5f9d7d178ede484d1d1bdac2.png
screenshot-603-5f9d7d178ede484d1d1bdac2.png
Mudah mempertanyakan, apakah “empati”—yang menjadikan manusia mahluk yang istimewa di hadapan spesies lainnya—sudah pelan-pelan tergerus dan menjelang hilang? Apakah ini bentuk wabah psikopat massal?

Mungkin saja ada yang memberi pembelaan jika fenomena tersebut sebagai konsekuensi “wajar” dari eskalasi kejadian yang berlangsung akhir-akhir ini.

Kita bisa menyaksikan dua arus opini kini sudah terbelah.

Pertama adalah mereka yang menganggap Prancis sudah bablas menjalankan kebebasan berpendapat dengan membiarkan berulangnya aksi penghinaan dan penistaan terhadap kepercayaan agama.

Lalu di sisi lawannya adalah mereka yang beranggapan jika Turki, lewat presidennya Recep Tayyip Erdoğan, tidak pantas mengeluarkan komentar atau kritik keras terhadap kejadian di Prancis, apalagi pihak Prancis menyebut Erdoğan tidak terlihat berbelasungkawa terhadap orang-orang yang menjadi korban teror.

Dan bagian mengerikannya adalah sebagian orang, yang jumlahnya tidak sedikit, kemudian menarik kesimpulan (ini dapat dilihat di kolom komentar pada banyak kiriman mengenai dua kejadian di atas), bahwa para korban teror Prancis dan korban bencana alam di Turki, layak menjadi korban atas (sekali lagi) konsekuensi “wajar” dari eskalasi kejadian yang berlangsung akhir-akhir ini.

Padahal, tragis jika membayangkan seandainya mereka yang kehilangan nyawa malah bisa saja tidak peduli sama sekali dengan kehebohan yang sedang terjadi terkait isu SARA (dan politik) itu. Bisa saja mereka hanya orang normal yang berusaha bertahan hidup di tengah situasi dunia yang sedang bertarung habis-habisan melawan pandemi.

Tapi tragedi yang merenggut nyawa mereka malah dengan gampangnya dijadikan lelucon oleh sebagian orang yang hampir seluruhnya tidak mengenal mereka, tidak mengetahui apa-apa mengenai hidup mereka dan tinggal jauh dari tempat di mana jasad mereka terkulai tak bernyawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun