Sedangkan Diniz, Ayahnya, hidup dalam kecanduan alkohol. Hingga kematiannya tahun 2004, Ronaldo mengakui tidak pernah merasakan Diniz sebagai sosok Ayah ideal.
Sejak kecil, Ronaldo adalah pribadi yang kompetitif. Ia membenci kekalahan lebih dari apapun. Ron kecil sering merengek jika gagal menang atau kebetulan tidak mendapat operan bola. (Di masa depan, kebenciannya terhadap kekalahan, pada beberapa kondisi, malah membuat ia dibenci.)
Sebelum menjadi pemain profesional, bakat Ronaldo diakui banyak orang. Â Tapi hal yang sama juga dirasakan oleh Freddy Adu, Adriano, Macheda dan ribuan wonderkid lainnya. Lantas, apa yang kemudian menjadikan Ronaldo berlabel pemain terbaik dunia sedangkan yang lain harus luruh sebelum tumbuh?
"Saya hampir setiap hari menangis ketika meninggalkan keluarga dan masuk akademi Sporting Lisbon," kata Ronaldo. "Itu masa-masa yang sangat sulit".
Rasa rindu (yang diakui Dilan berat), perbedaan logat bahasa dan sempat jadi korban bullying, Ronaldo menghadapinya sendirian.
Ia memang sering terisak, tapi itu tak membuatnya berhenti bergerak.
Ketika pemain lain pulang dan beristirahat setelah training rutin, Ronaldo memilih tetap tinggal dan berlatih.
Malcolm Gladwell, jurnalis dan pembicara ternama, dalam bukunya "Tipping Point" mensyaratkan latihan minimal 10.000 jam untuk menjadi brilian dalam satu bidang dan Ronaldo jelas memenuhi syarat itu sejak muda.Â
Ia juga memiliki obsesi besar, target jelas dan terarah untuk "menjadi pemain terbaik dunia"--bukan sekadar resolusi tahunan yang dibuat sebelum tutup tahun dan tidak dijalankan sampai tersedia tahun berikutnya lagi untuk membuat resolusi.
Satu hal yang sedikit disesalkan adalah ia mesti berbagi era yang sama dengan Lionel Messi. Jika saja La Pulga eksis di lain waktu, Ronaldo bisa saja akan jadi pemain terbaik dunia untuk satu dekade penuh. Namun tampaknya adil membagi rata jatah trofi Ballon d'Or untuk mereka berdua.
Tapi sebagai dua matahari yang terbit di hari yang sama, Ronaldo dan Messi tidaklah identik. Â Mengenai hal tersebut, sebagai sesama pesebakbola pro, Eto'o dan Tevez punya jawaban seragam; Messi terlahir dengan bakat luar biasa sedangkan Ronaldo adalah representasi kerja keras dan komitmen.