Pejabat politik itu ternyata didampingi oleh Rahmat, Sahabat ku yang selama ini pergi Merantau.
Rahmat adalah Pemuda cerdas dari Desa Libureng, semasa remaja pernah bekerja dan tinggal bersamaku di Jalan Pramuka Tuwung dan mengelola bersama Lembaga Riset Acca Celebes Indonesia.
Ia lah yang memohon Maaf dengan bersimpuh dihadapan ku sebagai Kakak dan Senior nya.
Katanya, "Maaf Kakanda, sayalah yang mendesain semua itu, Kampi adalah Kader terbaik ku saat aktif bersama mendirikan Sanggar Seni dan Kerajinan Tangan Tanete Riaja, lima belas tahun lalu".
"Kerbau Belang dan Rusa itu memang milik Bapak diperkebunannya di Toraja, kami mendatangkannya ke rumah Kampi dengan Mobil Kontainer, bahkan Bapak sendiri yang memodali Kampi untuk jadi Peternak Sapi setahun sebelumnya atas saranku". Urainya.
"Lalu, kenapa Hewan itu ia beli kembali dengan harga mahal...?" tanya ku terheran-heran.
"Untuk Kampanye Pemilihan Anggota DPD RI di periode kedua Bapak" jawabnya.
Rahmat lalu menjelaskan semua Buku-buku Agama yang ada di Masjid telah distempel "HIBAH PERPUSTAKAAN REMAJA MASJID ATAS NAMA BELIAU".
Alhamdulillah, Bapak dapat tambahan lebih dari 50.000 suara pemilih di Barru dan itu harga yang murah untuk 500 juta rupiah.
Saya hanya menjawab pelan, "Tak usah minta Maaf, semuanya sudah berhasil Dinda capai".
Ia dengan lembut berdiri dan memelukku sambil berbisik, "Saya memohon ampunan ta, karena semua pola dan intrik yang digunakan adalah rangkuman dari cerita-cerita Kanda saat saya masih dalam pengkaderan ta dulu".