Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PPG 2025 Dikembalikan Ke Offline? Apa yang Perlu Dipersiapkan Para Guru dan Kemdikdasmen Agar Kebijakan Tersebut dapat Berjalan Optimal?

23 Januari 2025   08:00 Diperbarui: 23 Januari 2025   11:21 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://www.gurumadrasah.com/2022/02/jadwal-pendaftaran-dan-seleksi.html)

Pendaftaran seleksi administrasi PPG 2025 telah dibuka oleh Kementerian Pendidikan sejak 28 November 2024 lalu hingga 20 Desember 2024 mendatang. Bagi guru yang seleksi maka akan mengikuti PPG 2025. Namun ternyata, PPG  2025 berbeda dari PPG sebelumnya. PPG 2025 sendiri akan dilaksanakan secara offline. Abdul Muti' sendiri telah mengonfirmasi hal tersebut. Menurutnya, pelatihan PPG nanti tidak lagi online melainkan offline, karena mohon maaf hasil pelatihannyaa akan berbeda antara offline dan online," Ujar Abdul Mu'ti mengutip dari laman Pojoksatu.id.

Dilakasanakannya secara offline PPG 2025 mendatang tentu disambut baik oleh sebagian guru yang telah terpanggil dan menantikan panggilan tersebut. Hal tersebut bukan lah tanpa alasan, tentu kita sama-sama tahu bahwa pemanggilan PPG ini tak bisa dilakukan sebulan, setahun, atau bahkan dua tahun. Ada beberapa guru yang harus menunggu hingga belasan tahun agar dapat dipanggil untuk ikut seleksi Pendidikan Profesi Guru.

Pada tahun 2025, kebijakan mengenai Pendidikan Profesi Guru (PPG) kembali mengemuka dengan rencana untuk mengembalikan pelaksanaannya ke format offline. Wacana ini menimbulkan beragam tanggapan, baik dari kalangan pendidik maupun pemangku kebijakan. Setelah beberapa tahun dijalankan secara daring akibat pandemi COVID-19, banyak yang mempertanyakan bagaimana format offline dapat diimplementasikan dengan baik di tengah tantangan pendidikan di Indonesia. Untuk itu, mari kita telaah apa saja yang perlu dipersiapkan oleh para guru dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) agar kebijakan ini dapat berjalan optimal.

Alasan Pengembalian PPG ke Format Offline

Format offline dianggap memiliki sejumlah keunggulan yang sulit dicapai melalui pembelajaran daring. Interaksi tatap muka memungkinkan calon guru untuk:

Mengembangkan keterampilan praktik langsung, seperti microteaching, yang lebih efektif dilakukan secara langsung di kelas.

Meningkatkan interaksi sosial dan komunikasi antar peserta didik, pengajar, serta instruktur, yang dapat memperkuat jaringan profesional mereka.

Menghadirkan pengawasan dan bimbingan yang lebih intensif, khususnya dalam penguasaan materi ajar dan keterampilan pedagogik.

Namun, kembalinya format offline juga membawa sejumlah tantangan, seperti kebutuhan infrastruktur yang memadai dan pengaturan logistik untuk peserta dari berbagai daerah.

Tantangan Pelaksanaan PPG Offline

Kesenjangan Infrastruktur
Tidak semua daerah memiliki fasilitas pendidikan yang memadai untuk pelaksanaan PPG offline. Hal ini terutama menjadi kendala di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) yang seringkali menghadapi keterbatasan akses transportasi, jaringan internet untuk administrasi, dan sumber daya pelatihan lainnya.

Logistik dan Biaya
Format offline akan memerlukan anggaran lebih besar untuk transportasi, akomodasi, dan kebutuhan pelatihan. Para peserta dari daerah terpencil mungkin menghadapi kesulitan finansial untuk mengikuti pelatihan di kota besar.

Adaptasi Pasca-Daring
Setelah beberapa tahun terbiasa dengan format daring, beberapa peserta dan penyelenggara mungkin memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri kembali dengan metode offline. Pola kerja, koordinasi, dan manajemen waktu perlu ditinjau ulang agar lebih efisien.

Persiapan untuk Para Guru

Bagi para calon guru, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan agar mereka siap mengikuti PPG offline:

Kesiapan Mental dan Fisik
Format offline menuntut lebih banyak energi, mulai dari perjalanan ke lokasi pelatihan hingga interaksi langsung yang intensif. Oleh karena itu, calon guru perlu menjaga kesehatan fisik dan mental agar tetap produktif selama pelatihan.

Kemampuan Dasar Teknologi
Meskipun offline, penggunaan teknologi masih diperlukan untuk pengelolaan administrasi, presentasi materi, dan tugas. Calon guru harus memastikan bahwa mereka tetap kompeten dalam mengoperasikan perangkat lunak pendidikan.

Rencana Pembelajaran yang Matang
Guru perlu mempersiapkan diri untuk menunjukkan kemampuan microteaching dan pedagogik lainnya di depan instruktur. Menguasai teknik mengajar yang variatif dan efektif menjadi kunci sukses dalam PPG ini.

Peran Kemendikbudristek dalam Mendukung Kebijakan

Agar kebijakan ini berjalan optimal, Kemendikbudristek memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan dukungan yang diperlukan. Berikut langkah-langkah yang dapat diambil:

Meningkatkan Infrastruktur
Pemerintah harus memastikan bahwa fasilitas pelatihan tersedia di seluruh wilayah, termasuk daerah 3T. Hal ini mencakup ruang kelas yang layak, akses transportasi, dan akomodasi bagi peserta.

Penyediaan Anggaran yang Cukup
Dana yang memadai harus dialokasikan untuk mendukung pelaksanaan PPG offline, termasuk subsidi bagi peserta dari daerah terpencil.

Pengembangan Modul Hybrid
Meskipun formatnya offline, Kemendikbudristek dapat mengintegrasikan teknologi digital sebagai pelengkap. Misalnya, materi teori dapat diakses secara daring sebelum peserta menghadiri pelatihan praktik di kelas.

Pelatihan untuk Instruktur
Instruktur perlu dilatih agar dapat memberikan bimbingan yang relevan dan efektif, khususnya dalam membimbing calon guru dalam praktik langsung.

Studi Kasus: Keberhasilan PPG di Negara Lain

Sebagai perbandingan, beberapa negara telah berhasil mengimplementasikan pelatihan guru secara tatap muka dengan hasil yang baik. Misalnya, Finlandia mengintegrasikan observasi langsung dan bimbingan intensif dalam pelatihan guru mereka. Sementara itu, Singapura menggunakan pendekatan blended learning, di mana teori diajarkan secara daring, sementara praktik dilakukan secara langsung. Pendekatan ini dapat diadopsi untuk memperkuat pelaksanaan PPG offline di Indonesia.

Kesimpulan

Kembalinya PPG ke format offline pada tahun 2025 adalah langkah strategis untuk meningkatkan kualitas guru di Indonesia. Namun, keberhasilan kebijakan ini bergantung pada persiapan yang matang dari berbagai pihak, baik calon guru maupun pemerintah. Dengan mengatasi tantangan yang ada, menyediakan dukungan infrastruktur, dan mengintegrasikan teknologi secara efektif, pelaksanaan PPG offline diharapkan dapat menghasilkan guru-guru berkualitas yang siap membentuk generasi masa depan bangsa.

çan sebagai pemangku kebijakan, apakah langkah-langkah strategis telah dirancang untuk mendukung kesuksesan pelaksanaan PPG offline? Tantangan ini adalah peluang bagi kita semua untuk berkontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

#SalamLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun