Sebagai contoh, dalam pembelajaran sains, siswa sering kali hanya diperkenalkan pada teori dasar tanpa diberi kesempatan untuk memahami bagaimana teori tersebut diterapkan dalam kehidupan nyata.Â
Dalam riset oleh Dede (2018), siswa yang terlibat dalam pembelajaran berbasis pengalaman nyata menunjukkan pemahaman yang lebih mendalam dan ketertarikan lebih besar pada mata pelajaran tersebut dibandingkan dengan mereka yang hanya belajar melalui buku teks.
3. Pendekatan Pembelajaran yang Terlalu Formal dan Monoton
Masalah lain dalam proses pembelajaran di ruang kelas adalah pendekatan yang masih terlalu formal dan monoton. Banyak guru merasa terbatas oleh kurikulum yang ketat, sehingga kurang fleksibel dalam mengembangkan metode pengajaran yang kreatif. Hal ini mengakibatkan pembelajaran yang cenderung membosankan, terutama bagi siswa yang memiliki gaya belajar yang beragam. Teori belajar sosial dari Albert Bandura (1977) menyatakan bahwa siswa belajar paling efektif melalui interaksi aktif dan pengalaman langsung, bukan hanya sekedar mendengarkan atau membaca teks.
Namun, data dari Survei Pembelajaran Nasional (2021) menunjukkan bahwa lebih dari 70% guru di Indonesia masih menggunakan metode ceramah sebagai teknik utama dalam pengajaran, dengan fokus utama pada isi buku teks. Sementara metode ini mungkin efektif untuk beberapa materi, namun terbukti kurang efektif dalam mendorong pemahaman mendalam dan keterampilan berpikir kritis siswa. Akibatnya, siswa cenderung menghafal informasi tanpa benar-benar memahaminya.
4. Keterbatasan Buku Teks dalam Menyediakan Pendekatan Multikultural
Di negara seperti Indonesia yang memiliki keberagaman budaya, pendekatan multikultural menjadi penting dalam pendidikan. Buku teks konvensional, sayangnya, sering kali tidak mencerminkan keragaman ini.Â
Sebuah studi oleh Wulandari (2019) menunjukkan bahwa buku teks yang digunakan di sekolah sering kali hanya menampilkan perspektif mayoritas budaya, tanpa memberi ruang bagi keberagaman yang ada di Indonesia. Padahal, pendekatan multikultural penting untuk membentuk kesadaran dan penghargaan siswa terhadap perbedaan.
Teori pembelajaran multikultural oleh Banks (2001) menyatakan bahwa pendidikan yang inklusif terhadap berbagai perspektif budaya dapat meningkatkan rasa empati dan pemahaman siswa terhadap keberagaman. Jika buku teks terus mengabaikan aspek ini, maka tujuan pendidikan untuk mencetak generasi yang berpikiran terbuka dan toleran mungkin sulit tercapai.
5. Menuju Pembelajaran yang Lebih Adaptif dan Interaktif
Salah satu solusi untuk mengatasi problematika buku teks dan proses pembelajaran yang kaku adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih adaptif dan interaktif. Misalnya, dengan memanfaatkan teknologi digital untuk menggantikan atau melengkapi buku teks konvensional. Pembelajaran berbasis digital dapat memberikan akses terhadap materi terbaru dan memungkinkan pembaruan konten yang lebih cepat dan mudah.