Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Benarkah Pencitraan Pejabat Publik jadi Komoditas Utama Akhir-Akhir Ini?

3 Desember 2024   08:00 Diperbarui: 3 Desember 2024   08:10 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://www.brandpolitika.com/post/grow-your-blog-community)

Dalam hal ini, media massa juga memainkan peran penting. Banyak media yang secara tidak langsung mendukung pencitraan dengan memberitakan hal-hal yang sensasional atau menarik perhatian, tanpa menyoroti aspek substansial dari kebijakan atau kinerja pejabat tersebut. 

Sebagai contoh, pada masa kampanye politik, berita tentang gaya berpakaian atau aktivitas sosial seorang calon seringkali lebih menarik perhatian daripada diskusi mendalam tentang program atau visi-misi mereka.

Pencitraan pejabat publik memang telah menjadi komoditas utama dalam politik modern. Dengan dukungan media sosial dan media massa, pencitraan telah menjadi alat yang sangat efektif untuk membentuk persepsi publik. Namun, pencitraan yang berlebihan juga dapat membawa dampak negatif, terutama jika ini mengaburkan substansi politik dan menciptakan ketidakpercayaan publik.

Yang terpenting adalah, masyarakat perlu lebih kritis dalam menilai seorang pejabat atau kandidat politik. Citra yang baik tidak selalu mencerminkan kinerja yang baik. Oleh karena itu, penting untuk melihat lebih dalam dan menilai kebijakan serta tindakan nyata yang dilakukan oleh pejabat, daripada hanya terpesona oleh pencitraan di permukaan.

#SalamLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun