Dalam hal ini, media massa juga memainkan peran penting. Banyak media yang secara tidak langsung mendukung pencitraan dengan memberitakan hal-hal yang sensasional atau menarik perhatian, tanpa menyoroti aspek substansial dari kebijakan atau kinerja pejabat tersebut.Â
Sebagai contoh, pada masa kampanye politik, berita tentang gaya berpakaian atau aktivitas sosial seorang calon seringkali lebih menarik perhatian daripada diskusi mendalam tentang program atau visi-misi mereka.
Pencitraan pejabat publik memang telah menjadi komoditas utama dalam politik modern. Dengan dukungan media sosial dan media massa, pencitraan telah menjadi alat yang sangat efektif untuk membentuk persepsi publik. Namun, pencitraan yang berlebihan juga dapat membawa dampak negatif, terutama jika ini mengaburkan substansi politik dan menciptakan ketidakpercayaan publik.
Yang terpenting adalah, masyarakat perlu lebih kritis dalam menilai seorang pejabat atau kandidat politik. Citra yang baik tidak selalu mencerminkan kinerja yang baik. Oleh karena itu, penting untuk melihat lebih dalam dan menilai kebijakan serta tindakan nyata yang dilakukan oleh pejabat, daripada hanya terpesona oleh pencitraan di permukaan.
#SalamLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H