Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

IKN dari Paru-Paru Dunia hingga Menjadi Paru-Paru Ibu Kota

7 Oktober 2024   21:00 Diperbarui: 8 Oktober 2024   16:32 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://economy.okezone.com)

Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan alam yang luar biasa, terutama dari sisi hutan hujannya yang membentang luas di Pulau Kalimantan. 

Hutan ini bukan hanya menjadi rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna, tetapi juga berperan penting sebagai paru-paru dunia karena kemampuannya menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. 

Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian global tertuju pada rencana pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke wilayah Kalimantan Timur, yang nantinya dikenal dengan nama Ibu Kota Nusantara (IKN). 

Banyak yang bertanya-tanya: bagaimana rencana pembangunan IKN ini akan berdampak pada status Kalimantan sebagai paru-paru dunia? Dan bisakah IKN itu sendiri menjadi paru-paru baru bagi Indonesia?

1. Hutan Kalimantan sebagai Paru-Paru Dunia

Pulau Kalimantan adalah salah satu kawasan dengan hutan tropis terluas di dunia, bersama dengan Amazon di Amerika Selatan dan Kongo di Afrika. Hutan tropis ini memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. 

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hutan Kalimantan mampu menyerap jutaan ton karbon dioksida setiap tahunnya, yang berkontribusi besar terhadap penurunan emisi gas rumah kaca di atmosfer. 

Selain itu, hutan ini juga menyimpan keragaman hayati yang luar biasa, termasuk spesies-spesies yang terancam punah seperti orangutan, badak sumatera, dan gajah borneo.

Namun, seiring dengan berkembangnya aktivitas manusia, seperti penebangan liar, konversi lahan untuk perkebunan sawit, dan tambang, luas hutan Kalimantan semakin berkurang. 

Dalam konteks ini, pemindahan ibu kota ke wilayah Kalimantan menimbulkan kekhawatiran, terutama terkait dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan oleh pembangunan infrastruktur besar-besaran. 

Jika tidak dikelola dengan baik, proses ini dapat mempercepat degradasi hutan dan mengancam ekosistem yang ada.

2. Konsep Ibu Kota Ramah Lingkungan

Meski ada kekhawatiran, pemerintah Indonesia telah menegaskan bahwa pembangunan IKN akan mengusung konsep kota hijau dan berkelanjutan. Salah satu visi besar dari IKN adalah menjadi smart city yang berfokus pada keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan.

Dalam perencanaan IKN, sekitar 75% dari total luas wilayah direncanakan tetap menjadi area hijau, baik dalam bentuk hutan konservasi, taman kota, maupun ruang terbuka hijau lainnya.

Konsep pembangunan ini bertujuan untuk menjadikan IKN sebagai ibu kota yang tidak hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga sebagai paru-paru kota yang baru. 

Dengan demikian, IKN diharapkan dapat menjaga dan bahkan memperbaiki fungsi ekologis kawasan Kalimantan. Pemerintah berkomitmen untuk menggunakan teknologi hijau dalam pembangunan, seperti penggunaan energi terbarukan, sistem transportasi rendah emisi, serta manajemen sampah dan air yang efisien.

Di samping itu, pemerintah juga berencana untuk merehabilitasi area-area hutan yang telah rusak sebagai bagian dari upaya pemulihan ekosistem. Dengan upaya ini, diharapkan IKN tidak hanya menjaga peran Kalimantan sebagai paru-paru dunia, tetapi juga menciptakan model baru bagi pembangunan kota yang harmonis dengan alam.

(https://economy.okezone.com)
(https://economy.okezone.com)

3. Membangun Kota dengan Ekosistem yang Berkelanjutan

Membangun IKN dengan mempertimbangkan keberlanjutan ekosistem tentu bukan tugas mudah. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana memastikan bahwa pembangunan fisik seperti jalan raya, gedung perkantoran, dan fasilitas publik tidak merusak keanekaragaman hayati yang ada.

Di sinilah peran penting perencanaan kota yang cermat dan berwawasan lingkungan.Salah satu pendekatan yang diterapkan dalam pembangunan IKN adalah integrasi ekosistem. 

Ini berarti bahwa pembangunan akan dilakukan dengan mempertimbangkan tata letak yang harmonis dengan alam, di mana area-area kritis seperti hutan konservasi dan aliran sungai akan dijaga dan diperkuat fungsinya. 

Pembangunan infrastruktur akan disesuaikan dengan topografi dan ekosistem setempat, untuk meminimalkan gangguan terhadap lingkungan.

Selain itu, pembangunan infrastruktur di IKN juga dirancang untuk mengurangi jejak karbon. Pemerintah berencana untuk menggunakan energi terbarukan sebagai sumber utama listrik di ibu kota baru ini, seperti energi surya, angin, dan biomassa.

Selain itu, sistem transportasi akan dirancang agar ramah lingkungan dengan mengutamakan kendaraan listrik dan sistem transportasi umum yang efisien. Semua ini dilakukan dengan tujuan untuk menjadikan IKN sebagai kota dengan emisi karbon yang rendah.

4. Peran IKN sebagai Paru-Paru Baru bagi Indonesia

Dalam konteks pembangunan IKN, istilah "paru-paru" memiliki makna ganda. Pertama, IKN diharapkan mampu mempertahankan peran Kalimantan sebagai paru-paru dunia dengan menjaga keseimbangan ekosistem hutan yang ada. 

Kedua, IKN juga diharapkan menjadi paru-paru baru bagi Indonesia, dalam arti kota ini akan menjadi contoh bagaimana sebuah kota modern dapat hidup selaras dengan alam.

Dengan keberadaan ruang terbuka hijau yang luas, IKN diharapkan dapat menjadi tempat yang nyaman untuk tinggal dan bekerja, sekaligus memberikan manfaat ekologis bagi sekitarnya. 

Keberadaan taman-taman kota, hutan kota, dan jalur hijau di dalam ibu kota ini akan membantu mengurangi polusi udara, menjaga kualitas air, serta menciptakan iklim mikro yang lebih sejuk di tengah perubahan iklim global yang semakin ekstrem.

Selain itu, IKN juga berpotensi menjadi pusat edukasi lingkungan bagi masyarakat Indonesia dan dunia. Kota ini bisa menjadi model bagaimana pembangunan kota modern dapat dilakukan tanpa mengorbankan alam. 

Dengan teknologi canggih yang terintegrasi dengan sistem lingkungan, IKN diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia dan dunia untuk mengembangkan pola pembangunan yang berkelanjutan.

5. Tantangan dan Harapan ke Depan

Meski konsep pembangunan IKN terlihat sangat ideal, tentu ada tantangan besar yang harus dihadapi. Salah satunya adalah memastikan bahwa komitmen terhadap pelestarian lingkungan benar-benar diimplementasikan secara konsisten di lapangan. 

Pengawasan ketat terhadap aktivitas pembangunan, mulai dari pemotongan hutan hingga pengelolaan limbah, harus dilakukan agar dampak negatif terhadap lingkungan dapat diminimalkan.

Selain itu, partisipasi masyarakat lokal dan kelompok adat di sekitar Kalimantan juga sangat penting dalam memastikan bahwa pembangunan IKN berjalan sesuai dengan prinsip keberlanjutan. Masyarakat lokal harus dilibatkan dalam setiap tahap pembangunan, agar mereka merasa memiliki kota ini dan ikut menjaga kelestariannya.

Pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur melalui pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menghadirkan tantangan besar sekaligus peluang emas bagi Indonesia. 

Dengan visi sebagai kota hijau dan berkelanjutan, IKN berpotensi menjadi paru-paru baru bagi Indonesia, menjaga ekosistem hutan Kalimantan yang vital bagi dunia, sekaligus menciptakan lingkungan kota yang sehat dan nyaman untuk ditinggali.

Namun, untuk mencapai visi tersebut, diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah, dukungan masyarakat, serta pengawasan yang ketat terhadap proses pembangunan. 

Jika semua ini bisa dilakukan, IKN bukan hanya akan menjadi pusat pemerintahan baru, tetapi juga simbol dari masa depan pembangunan Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan.

#SalamLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun