- Pada awalnya, kematiannya dianggap sebagai kematian alami. Namun, autopsi yang dilakukan oleh pihak Belanda menunjukkan adanya racun arsenik dalam tubuh Munir, dengan konsentrasi yang sangat tinggi.
3. Hasil autopsi:
  - Autopsi yang dilakukan menunjukkan bahwa Munir meninggal akibat keracunan arsenik, yang diperkirakan diberikan selama penerbangan. Terdapat spekulasi bahwa racun tersebut dicampur dalam makanan atau minuman yang dikonsumsi Munir selama perjalanan.
4. Investigasi dan keterlibatan Pollycarpus:
  - Pollycarpus Budihari Priyanto, seorang pilot Garuda Indonesia yang pada penerbangan tersebut berperan sebagai penumpang cadangan (bukan pilot yang bertugas), dianggap sebagai salah satu tersangka utama. Ia diduga memberikan tempat duduk kelas bisnis kepada Munir untuk mendekati korban. Pollycarpus juga dihubungkan dengan Badan Intelijen Negara (BIN).
5. Pengadilan dan Kontroversi:
  - Pada tahun 2005, Pollycarpus dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman 14 tahun penjara atas pembunuhan Munir. Namun, dalam beberapa proses banding dan peninjauan kembali, hukuman ini sempat berubah, dan ada juga dugaan keterlibatan beberapa pihak lain termasuk pejabat tinggi negara.
  - Nama-nama pejabat dari BIN disebut-sebut terlibat dalam perencanaan pembunuhan ini, tetapi proses pengadilan yang melibatkan mereka tidak berhasil membongkar keterlibatan lebih jauh.
6. Reaksi publik:
  - Kasus Munir mendapat perhatian besar dari masyarakat Indonesia dan komunitas internasional. Banyak pihak yang menuntut keadilan dan pengungkapan penuh terhadap kasus ini. Hingga kini, meski Pollycarpus telah dihukum, banyak yang merasa bahwa otak sebenarnya di balik pembunuhan Munir belum benar-benar terungkap.
 Dampak Kematian Munir