Kepemimpinan perusahaan tampaknya kurang fleksibel dalam menerima ide-ide baru dan cenderung mempertahankan cara lama yang sudah terbukti berhasil di masa lalu.
Dalam beberapa kasus, ada penolakan internal terhadap perubahan radikal yang diperlukan untuk berkompetisi di pasar yang semakin dinamis.
Budaya perusahaan yang birokratis juga menjadi salah satu kendala. Inovasi sering kali terhambat oleh proses pengambilan keputusan yang lambat dan hierarkis.
Sementara pesaing seperti Apple dan Google bergerak cepat dengan struktur yang lebih ramping dan responsif terhadap perubahan pasar, Nokia tertinggal karena pendekatan yang terlalu konservatif.
Akibat dari semua ini, Nokia kehilangan pangsa pasar secara signifikan dan akhirnya harus menjual divisi ponselnya ke Microsoft pada tahun 2014.
Meskipun Nokia tetap eksis di sektor jaringan telekomunikasi dan teknologi lainnya, era keemasan mereka sebagai pemimpin pasar ponsel tidak pernah kembali.
Kisah Nokia menjadi pelajaran penting tentang pentingnya adaptasi, inovasi, dan regenerasi dalam industri teknologi yang bergerak cepat.
Pada Akhirnya Semua Akan Berakhir dengan Penyesalan
Runtuhnya kejayaan Nokia di era modern adalah akibat dari serangkaian keputusan strategis yang tidak tepat dan ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan dalam industri teknologi.
Berikut ini adalah beberapa faktor utama yang berkontribusi pada akhir perjalanan Nokia sebagai pemimpin pasar ponsel:
1. Kesalahan Strategis dalam Sistem Operasi: