Pada puncak kejayaannya, Nokia berhasil menjadi produsen ponsel terbesar di dunia dan memiliki pangsa pasar yang signifikan.
Keberhasilan ini didukung oleh inovasi berkelanjutan, desain yang solid, dan strategi pemasaran yang efektif.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi dan persaingan yang semakin ketat, terutama dari smartphone berbasis iOS dan Android, Nokia menghadapi tantangan besar yang akhirnya mempengaruhi dominasinya di pasar ponsel global.
Kolot terhadap Perubahan dan Menganggap Remeh Regenerasi
Keberhasilan Nokia di era puncaknya ternyata tidak berlanjut, terutama karena sikap konservatif perusahaan terhadap perubahan dan regenerasi teknologi.Â
Pada awal 2000-an, Nokia masih memimpin pasar ponsel global dengan pangsa pasar yang sangat besar.
Namun, mereka gagal mengantisipasi dan merespons dengan cepat perubahan besar dalam industri teknologi seluler.
Salah satu faktor utama adalah ketidakmampuan Nokia untuk beradaptasi dengan perubahan menuju sistem operasi smartphone yang lebih canggih.
Pada saat itu, Nokia menggunakan sistem operasi Symbian, yang meskipun populer, memiliki keterbatasan dibandingkan dengan sistem operasi baru yang muncul, seperti iOS dari Apple dan Android dari Google.
Meskipun Nokia sempat mencoba mengembangkan platform baru seperti MeeGo, usaha ini terlambat dan tidak mampu bersaing dengan kecepatan inovasi yang ditawarkan oleh para pesaingnya.
Selain itu, Nokia dianggap meremehkan pentingnya regenerasi dan perubahan strategi bisnis.