Alasan pertama yang menjadi sebab mengapa penampilam Korea Selatan tak terlalu spesial yakni faktor kebijakan yang menjadikan Korea harus gonta-ganti pelatih.Â
Pada dasarnya sebuah sistem yang baik dalam menciptakan generasi yang berkualitas setiap tahunnya ternyata tak diimbangi dengan investasi jangka panjang di sektor pelatih.Â
Akan terasa sukar jika sebuah tim yang berkeinginan meraih prestasi tinggi namun dipegang dan dilatih oleh orang yang tak ada kapasitas dalam menangani tim tersebut.
Di lain sisi, Korsel sendiri menjadi tim yang paling sering berganti pelatih. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, tim negeri gingseng telah berganti pelatih timnas sebanyak enam kali. Itulah yang menyebabkan adanya penurunan kualitas permainan dari Korsel.Â
Keseringan berganti pelatih akan menyebabkan menurunnya kolektifitas tim serta kemistri masing-masing pemain tak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan pelatih.
B. Kurangnya Antisipasi kekuatan tim timur tengah
Seakan tak belajar dari kesalahan, Korsel kerap gagal di piala asia melawan tim-tim asal timur tengah. Sejak terakhir Korea Selatan juara pada ajang Piala Asia 1960 lalu, Korsel setidaknya telah 4 kali melenggang ke babak final namun hasilnya mereka kembali gagal meraih juara.Â
Tiga kekalahan di final yakni pada 1972 melawan Iran, final 1980 melawan Kuwait, dan kekalahan di final piala asia 1988 atas Arab Saudi nampaknya cukup menjadi alasan mengapa tim Korea Selatan selalu gagal melawan tim asal timur tengah.
Korea Selatan tak lagi digdaya jika berhadapan dengan tim asal timur tengah, sejak piala piala asia 2007 lalu kala Korsel dikalahkan Iraq pada babak semifinal, Korea tak pernah mampu lolos lebih jauh dari partai semifinal kecuali pada 2015 lalu saat berhasil melangkah ke babak final menghadapi Australia yang berhasil keluar sebagai juara.