Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nyatanya Setiap Anak Itu Terlahir "Istimewa"

29 Oktober 2023   08:00 Diperbarui: 29 Oktober 2023   08:05 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokpri, Workshop KOMINFO 2023)

Hidup dari desa kecil bernama Long Iram, aku adalah anak yang terlahir dari pasangan keluarga sederhana. Ayahku adalah seorang Aparatur Sipil Negara yang berkerja di instansi pemerintahan sementara Ibuku tidak bekerja dan hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Lahir pada hari Sabtu tanggal 6 September 1997. 

Aku dibesarkan di lingkungan orang-orang yang memiliki rasa kepedulian besar. Maklum hidup di kampung, hubungan sosial yang terjalin sudah pasti terjalin dengan baik. Memiliki akses terhadap teman-teman yang cenderung berkepribadian heterogen aku dididik untuk bisa mengenali lingkungan pertemanan dan mampu membawa diri dengan baik termasuk dengan segala proses adaptasinya. 

Lahir dengan segala kesederhanaan nyatanya tak membuat nyaliku ciut untuk bisa menuntut ilmu dan terus membekali diri dengan segala kesempatan yang ada dalam hidup. 

Dididik dengan metode yang tak biasa yang terkadang cenderung keras dan kasar sudah kuanggap sebagai bagian dari tempaan diri agar ke depan aku mampu menjadi manusia yang lebih baik. Masa kecilku di mulai dari Long Iram tempat di mana aku masih belum bisa menilai sesuatu secara baik dan benar. Aku masih ceroboh dalam mengambil keputusan, masih sering bercandanya, kurang mau untuk belajar dan cenderung menganggap enteng suatu permasalahan. 

Usia kecilku ku mulai dari sekolah bernama SD Negeri 006 Desa Sukomulyo, berhasil menamatkan pendidikan pada 2009, kemudian aku melanjutkan di bangku sekolah menengah pertama di SMP N 10 Sendawar, dan masa SMA ku tempuh di SMA Negeri 3 Sendawar. 

Lulus pada tahun 2015 aku memutuskan untuk mencoba mendaftar dan mencari pengalaman di satuan kemiliteran yakni TNI Angkatan Darat jalur penerimaan Bintara pada 2015. Akan tetapi, nasib masih belum berpihak kepadaku. Aku harus gagal di pantukhir dan pulang kembali ke Long Iram di tahun yang sama. 

Awal tahun 2016 atau setelah gagal mendaftar sebagai calon Tentara TNI AD, aku memutuskan berkuliah di Universitas Mulawarman dengan mendaftar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan jurusan Bahasa Indonesia. Mengenyam pendidikan selama 3 tahun 8 bulan aku berhasil menyelesaikannya di tahun 2020. 

Berbekal pengalaman yang aku telah dapatkan di bangku perkuliahan aku mencoba bertahan di kerasnya kehidupan di Kota. Mencoba meyakinkan kedua orang tua bahwa aku ingin menjadi guru dan mengajar di Kota Samarinda. Tepat pada Februari 2021 aku berpamitan kepada orang tua ku di desa agar mengizinkanku bekerja di Samarinda. 

Perjalanan awalku sebagai seorang pendidik di Kota Samarinda aku mulai dari SMP Negeri 38 saat mengajar di sekolah yang baru saja diresmikan gedungnya pada tahun 2020 lalu. Dengan keadaan anak-anak yang mayoritas berasal dari keluarga yang berlatar belakang beragam membuat aku semakin tertantang untuk mencoba meningkatkan wawasan dalam dunia pendidikan. 

Menemukan anak dengan kecerdasan yang variatif, kepribadian heterogen, memiliki keterampilan mumpuni, hingga menangani anak yang berkebutuhan khusus juga banyak ku lakukan selama bekerja di sekolah tersebut. 

Dari situlah aku mulai belajar tentang bagaimana memahami dan memelajari keistimewaan anak-anak dari banyak sisi. Kultur pendidikan di Kota memang memiliki kualitas yang beragam, dengan latar belakang yang beragam menjadikan aku harus belajar lebih lagi tentang bagaimana memahami dan memfasilitasi kemampuan dan kemauan anak di kelas. 

Sayangnya bekerja kurang lebih 8 bulan, aku memutuskan untuk berhenti di bulan Maret 2021 karena alasan sesuatu dan lain hal yang tak dapat ku ceritakan. Sekitar bulan April aku kembali petualanganku sebagai pendidik dengan mendaftar di SMP Negeri 4 Samarinda. 

Diterima pada bulan yang sama, aku bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia di Era Pandemi. Mengajar melalui media online membuat interkasi dalam kelas sangat terbatas. Penugasan, materi online, dan menggunakan metode pembelajaran berbasis quiz online adalah cara ampuh yang dapat digunakan selama pandemi. 

Setelah pandemi usai, aku mencoba  kembali mengatur metode mengajar saat pembelajaran di kelas diberlakukan pada awal tahun 2022. Dari situ pengalaman bertemu dengan anak-anak menjadi pengalaman yang sangat membahagiakan. 

Bertemu dengan anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, bertemu anak-anak yang memili latar belakang berbeda, anak dengan keterampilan luar biasa dan istimewa, dan bahkan bertemu anak-anak berkebutuhan khusus adalah bagian dari pengalaman yang pasti kudapatkan setiap tahun. 

Dari mengajar anak-anak yang memiliki kekurangan dan keterbatasan aku memiliki pemahaman dan pengetahuan luas tentang bagaimana memperlakukan mereka dengan cara berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya. Suatu hari aku pernah bertemu dengan anak yang memiliki keterbatasan dalam hal berbicara. Dari anak tersebut aku mencoba mengembangkan satu pembelajaran yakni metode pembelajaran berbasis blog. 

Dengan mencoba menggali potensi anak dari kebiasaan ia gemar membaca aku menemukan cara bahwa ia sangat senang dengan kebiasaan menulis dan menggambar. Maka suatu waktu aku mencoba untuk membedakan metode pembelajaran yang biasa aku terapkan di kelas yang berisikan siswa normal dengan beberapa siswa yang berkebutuhan khususnya. 

Hasilnya, sungguh memuaskan. Si anak menjadi sangat antusias untuk mengumpulkan karya berupa tulisan teks cerita yang ia karang dengan dilengkapi gambar sehingga sepintas cerita itu menjadi mirip dengan sebuah dongeng sambil dilakukan perubahan sedikit.

Setelah ia mengumpulkan karya yang ku minta pada setiap pertemuan, tak terasa kemahirannya dalam menulis dan membaca serta mengimajinasikan menjadi kian terlatih dan aku memberikan reward bahwa setiap karya yang ia kumpulkan selalu ku publikasikan di media massa online seperti Kompasiana dan Kumparan dan tak lupa mencantumkan namanya.

Pengalamanku selanjutnya menangani anak berkebutuhan kusus yakni adalah ketika aku menangani seorang anak yang memiliki kekurangan dalam hal menyimak materi pembelajaran. Fokus yang bermasalah serta rasa ingin tahunya yang tak begitu besar pada setiap mata pelajaran yang ia ikuti di kelas ditambah lagi ia hanya menyukai mapel yang memiliki unsur musik membuat ini jadi masalah yang menarik untuk aku atasi di kelas. Suatu waktu saat aku mengajar di kelas tersebut, aku mencoba memadukan metode pengajaran yang sudah ku siapkan sebelumnya dengan metode tebak lagu. 

Jadi sebelum pembelajaran dimuali aku mencoba mencari tahu kemauan seluruh siswa tersebut dengan mengadakan asesmen diagnostik pra pembelajaran secara sederhana. Hasilnya, hampir semua siswa menginginkan proses pembelajaran yang melibatkan teknologi seperti menonton video, karaoke, request lagu, dan games tebak lagu. 

Esoknya aku mencoba menerapkan hal tersebut, bermodalkan speaker yang ku bawa dari rumah aku mencoba memulai pembelajaran. Dengan menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari itu, aku mulai membuka pembelajaran dengan penguatan dan games tebak judul lagu. Bahkan dari situ, si anak yang memilik masalah belajar yakni ketidakmampuan dalam melatih fokus dan emosi justru berhasil menngatasi rasa gagal fokusnya. 

Ia sangat bersemangat dengan metode pembelajaran berbasis games tebak dan request lagu di setiap akhir pembelajaran. Hingga akhirnya, metode tersebut aku teruskan dan aku variasikan dengan banyak metode pembelajaran seperti bermain peran, bermain kata berantai, pesan tersembunyi, dan masih banyak lagi.

Pada dasarnya, ada sebuah pengalaman berharga yang saya dapatkan selama bekerja sebagai guru di Kota Samarinda. Pengalaman tersebut yakni tentang bagaimana memahami dan memelajari minat dan keistimewaan masing-masing anak bahkan dari anak yang berkebutuhan khusus sekalipun. Mereka adalah bagian dari generasi penerus bangsa yang wajib diajarkan dengan metode yang khusus pula. Sebagai guru sudah menjadi tugas kita memfasilitasi itu semua agar apa yang mereka dapatkan mampu menjadi pengalaman berharga untuk mereka di masa depan. 

Terakhir, setiap anak itu adalah istimewa. Istimewa yang dimaksud yakni anak yang memiliki potensi namun sifatnya masih tersembunyi. Nah tugas kita sebagai guru lah yang harus menggalinya dan memfasilitasinya. Jangan pernah menghakimi mereka dan menghambat tumbuh kembangnya hanya dari sisi nilai angka karena pada dasarnya penilaian sikap dan adab dapat kita refleksikan dengan bagaimana respon terbaik mampu mereka tujukan kepada kita selaku pendidik mereka.

#SalamLiterasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun