Dari situlah aku mulai belajar tentang bagaimana memahami dan memelajari keistimewaan anak-anak dari banyak sisi. Kultur pendidikan di Kota memang memiliki kualitas yang beragam, dengan latar belakang yang beragam menjadikan aku harus belajar lebih lagi tentang bagaimana memahami dan memfasilitasi kemampuan dan kemauan anak di kelas.Â
Sayangnya bekerja kurang lebih 8 bulan, aku memutuskan untuk berhenti di bulan Maret 2021 karena alasan sesuatu dan lain hal yang tak dapat ku ceritakan. Sekitar bulan April aku kembali petualanganku sebagai pendidik dengan mendaftar di SMP Negeri 4 Samarinda.Â
Diterima pada bulan yang sama, aku bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia di Era Pandemi. Mengajar melalui media online membuat interkasi dalam kelas sangat terbatas. Penugasan, materi online, dan menggunakan metode pembelajaran berbasis quiz online adalah cara ampuh yang dapat digunakan selama pandemi.Â
Setelah pandemi usai, aku mencoba  kembali mengatur metode mengajar saat pembelajaran di kelas diberlakukan pada awal tahun 2022. Dari situ pengalaman bertemu dengan anak-anak menjadi pengalaman yang sangat membahagiakan.Â
Bertemu dengan anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, bertemu anak-anak yang memili latar belakang berbeda, anak dengan keterampilan luar biasa dan istimewa, dan bahkan bertemu anak-anak berkebutuhan khusus adalah bagian dari pengalaman yang pasti kudapatkan setiap tahun.Â
Dari mengajar anak-anak yang memiliki kekurangan dan keterbatasan aku memiliki pemahaman dan pengetahuan luas tentang bagaimana memperlakukan mereka dengan cara berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya. Suatu hari aku pernah bertemu dengan anak yang memiliki keterbatasan dalam hal berbicara. Dari anak tersebut aku mencoba mengembangkan satu pembelajaran yakni metode pembelajaran berbasis blog.Â
Dengan mencoba menggali potensi anak dari kebiasaan ia gemar membaca aku menemukan cara bahwa ia sangat senang dengan kebiasaan menulis dan menggambar. Maka suatu waktu aku mencoba untuk membedakan metode pembelajaran yang biasa aku terapkan di kelas yang berisikan siswa normal dengan beberapa siswa yang berkebutuhan khususnya.Â
Hasilnya, sungguh memuaskan. Si anak menjadi sangat antusias untuk mengumpulkan karya berupa tulisan teks cerita yang ia karang dengan dilengkapi gambar sehingga sepintas cerita itu menjadi mirip dengan sebuah dongeng sambil dilakukan perubahan sedikit.
Setelah ia mengumpulkan karya yang ku minta pada setiap pertemuan, tak terasa kemahirannya dalam menulis dan membaca serta mengimajinasikan menjadi kian terlatih dan aku memberikan reward bahwa setiap karya yang ia kumpulkan selalu ku publikasikan di media massa online seperti Kompasiana dan Kumparan dan tak lupa mencantumkan namanya.
Pengalamanku selanjutnya menangani anak berkebutuhan kusus yakni adalah ketika aku menangani seorang anak yang memiliki kekurangan dalam hal menyimak materi pembelajaran. Fokus yang bermasalah serta rasa ingin tahunya yang tak begitu besar pada setiap mata pelajaran yang ia ikuti di kelas ditambah lagi ia hanya menyukai mapel yang memiliki unsur musik membuat ini jadi masalah yang menarik untuk aku atasi di kelas. Suatu waktu saat aku mengajar di kelas tersebut, aku mencoba memadukan metode pengajaran yang sudah ku siapkan sebelumnya dengan metode tebak lagu.Â
Jadi sebelum pembelajaran dimuali aku mencoba mencari tahu kemauan seluruh siswa tersebut dengan mengadakan asesmen diagnostik pra pembelajaran secara sederhana. Hasilnya, hampir semua siswa menginginkan proses pembelajaran yang melibatkan teknologi seperti menonton video, karaoke, request lagu, dan games tebak lagu.Â