Barang-barang bekas dapat memiliki kualitas yang bervariasi, dan tidak semua barang yang dijual di toko thrift store dalam kondisi baik. Ini dapat menghasilkan pengeluaran tambahan untuk perbaikan atau penggantian.
3. Dampak terhadap Industri Barang Baru
Meningkatnya popularitas trifting dapat berdampak negatif pada industri barang baru, terutama jika konsumen beralih sepenuhnya ke barang bekas. Ini dapat mengancam lapangan pekerjaan dan ekonomi yang terkait dengan produksi barang baru.
4. Ketergantungan pada Barang Konsumen
Terlalu banyak penekanan pada trifting juga dapat mendorong ketergantungan terhadap konsumsi barang-barang konsumen, bahkan jika itu adalah barang bekas. Ini bisa menjadi kontraproduktif dalam upaya menuju masyarakat yang lebih berkelanjutan.
Pada akhirnya hidup di negara berkembang memang menjadi sebuah dilema, kita akan terus dihadapkan pada banyak pilihan karena memang negara Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan yang rumah yang harus diselesaikan.Â
Kita tentu bisa berbicara bahwa fenomena trifting dapat menjadi masalah akibat kurang tegaknya regulasi dari pemerintah terhadap impor barang-barang lokal. Akan tetapi, mereka para pelaku usaha pakaian trifting juga menjadi bagian dari UMKM yang tak hanya sekedar mencari nafkah namun juga memfasilitasi para masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi menengah ke bawah yang juga ingin mencari fashion sesuai dengan kemampuan ekonominya.Â
"Hidup memilik porsinya masing-masing, tugas kita hanya menjalaninya urusan benar atau salah mari bersama-sama untuk terus belajar karena Indonesia di bangun atas dasar kebersamaan bukan hanya dari segelintir orang"
#SalamLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H