Pemberdayaan Lingkungan: Trifting mendukung prinsip-prinsip berkelanjutan dan peduli terhadap lingkungan. Dengan membeli barang bekas, anak muda dapat membantu mengurangi permintaan akan produksi barang-barang baru yang sering kali menghasilkan polusi dan limbah.
Kontrol Terhadap Konsumsi: Trifting dapat membantu anak muda memikirkan ulang kebiasaan konsumsi mereka. Mereka belajar untuk mempertimbangkan keberlanjutan dan dampak sosial dari pembelian mereka, yang merupakan pelajaran penting dalam era yang semakin sadar akan lingkungan.
Menghargai Barang Bekas: Anak muda dapat belajar menghargai barang-barang bekas yang memiliki sejarah dan karakter. Ini dapat memberikan rasa koneksi dengan masa lalu dan menginspirasi apresiasi terhadap barang-barang yang sudah ada.
Komunitas dan Sosialisasi: Berbelanja di toko thrift store juga dapat menjadi pengalaman sosial yang menyenangkan. Anak muda dapat pergi bersama teman-teman mereka, berbicara tentang temuan-temuan mereka, dan berbagi tips mengenai toko-toko thrift store yang bagus.
Menyokong Organisasi Sosial: Banyak toko thrift store didukung oleh organisasi nirlaba yang memberdayakan masyarakat lokal. Dengan berbelanja di tempat-tempat ini, anak muda dapat turut serta dalam membantu komunitas dan tujuan sosial tertentu.
Penting untuk diingat bahwa trifting bukan hanya tentang berbelanja barang bekas, tetapi juga tentang sikap berkelanjutan, kreativitas, dan pemikiran ulang tentang konsumsi. Ini adalah cara yang bagus bagi anak muda untuk berkontribusi pada perubahan positif dalam cara kita berinteraksi dengan barang-barang dan lingkungan kita.
Selain itu, ada pula dampak negatif yang muncul di kalangan masyarakat dari maraknya fenomena trifting di Indonesia. Di antaranya sebagai berikut.:
1. Ketidaksetaraan Akses
Meskipun trifting dapat menjadi pilihan yang terjangkau, tidak semua orang memiliki akses ke toko thrift store yang baik atau barang-barang berkualitas. Ini bisa menyebabkan ketidaksetaraan dalam kesempatan berbelanja.
2. Kualitas yang Bervariasi