Jamie Vardy yang saat ini sudah berusia 36 tahun pun masih dipertahankan klub. Alhasil usia yang sudah menua membuat performanya tak lagi seproduktif pada 2016 lalu.
3. Formasi Klub yang tak Konsisten
Masalah lain yang muncul dari Klub ini yakni ketidakkonsistenan pelatih yakni Brendan Rogers dalam meramu formasi yang cocok untuk Leicester musim ini. Setidaknya Leicester musim ini telah berganti formasi sebanyak 5 kali yakni dari 4-3-3, 4-2-3-1, 4-1-4-1, 3-5-2, dan terakhir 3-4-3.Â
Hal itu tentu menjadi masalah kala harus melawan tim dengan variasi formasi yang konsisten dan ditunjang pemain yang mumpuni. Dampak paling nyata terjadi saat beberapa pemain Leicester tak mampu mengoptimalkan kualitasnya di atas lapangan akibat dari rotasi yang dilakukan pelatih saat bertanding.Â
4. Menurunnya Mentalitas Bertanding Tim
Kita tentu tak mendapatkan kualitas permainan Leicester seperti 2016 lalu kala itu permainan Leicester di bawah asuhan Claudio Ranieri dianggap sangat luar biasa.Â
Para pemain seakan tak kenal lelah untuk berlari dan segera mungkin mengalirkan umpan satu dua sentuhan guna menghasilkan serangan berbahaya yang berakhir pada gol-gol krusial dari Jamier Vardy maupun Riyad Mahrez.
Belum lagi, Leicester musim itu juga memiliki daya juang yang luar biasa saat berhadapan dengan tim-tim papan atas Premier League seperti Chelsea, MU, City, Liverpool, maupun Arsenal.Â
Tetapi, jika dibandingkan sekarang. Kondisinya seakan terbalik 180 derajat. Para pemain yang ada seakan tak memiliki mentalitas bertanding. Hal tersebut tampak nyata saat para pemain baru yang didatangkan musim ini belum bisa menunjukkan performa terbaik musim ini di Liga Inggris. #
Itulah beberapa penyebab mengapa Leicester layak terdegradasi musim ini. Semoga Leicester dapat menujukkan performa terbaiknya musim depan di Championship dan kembali ke Liga Inggris musim selanjutnya.Â
#SalamLiterasi