Problem-problem lainnya mulai bermunculan yang menyebabkan, pindah rumah menjadi solusi yang terbaik. Padahal KPR saja belum lunas. Alamak!
Sudah lengkap penyesalannya. Pokja menyesal mengutamakan perasaan ketika mencari rumah. Ia mengabaikan hal-hal logis dan nalar. Pokja mengkhayal, kalau bisa pergi ke masa lalu, Pokja akan mendatangi dirinya di masa lalu, menabok pipinya dan berkata, "Pikir dulu baik-baik kalau mau beli properti yaaa!"
Pergumulan Mencari Solusi
Namun Pokja sadar bahwa mengkhayal bukanlah solusi, lumayan sebagai pelarian, tetapi bukan solusi. Cukup lama Pokja berpikir bagaimana menemukan solusi yang terbaik dari situasinya saat itu.Â
Setelah merenung selama tiga hari, Pokja sadar bahwa satu-satunya jalan keluar yang dapat ia lakukan adalah menjual rumahnya! Saat ini, ia tidak lagi melihat rumahnya sebagai pencapaian, melainkan sebuah beban.
Alasan Pokja sangat mulia, ia lebih peduli terhadap kondisi fisik dan kekasihnya, dibandingkan dengan kebanggaannya memiliki rumah.
Niatnya sudah bulat. Semangatnya sudah membara, semangat yang sama seperti ketika ia hendak mengajukan KPR rumah.
Lagi-lagi Pokja mulai mantengin OLX tapi kali ini bukan mencari, tetapi menawarkan. Ia menawarkan rumahnya baik lewat media online, melalui mulut ke mulut, di warung kopi, di tempat kerja, di group WA kampung, dan di rapat bapak-bapak komplek. Tanpa sadar Pokja telah menjadi sales properti yang handal.
Pokja perlu cepat, oleh karena itu ia menjual rumahnya dengan harga "BU". Rugi sedikit tidak apa, asal terjual.
Karena dijual dengan konsep BU dan gerilya marketing Pokja yang tiada henti, akhirnya usaha dan doa Pokja berbuah.
Masa Bahagia (2)