“Hp?”
Ibuk masih belum paham maksudku, alhasil karena keburu sungkan pada mbak kasir dan antrian juga lumayan panjang. Aku buka Brimo di hp ku sendiri, untung sekali swalayan itu menerima pembayaran menggunakan QRIS dan total belanjaan ibu tidak terlalu banyak. Hanya RP 150.00 yang berarti saldo mahasiswa seperti aku masih cukup. Setelah pembayaran selesai. Ibu dan aku berterimakasih pada mbak kasir sekaligus meminta maaf karena lama membayarnya.
Sesampainya di mobil, ibu menggerutu karena selain lupa membawa oleh-oleh dia juga lupa membawa dompet.
“Ketinggalan di meja makan kayaknya.” Jawabku sambil mengingat kegiatan terakhir yang dilakukan ibu.
“Iya kayaknya.” Mbak menambahkan.
“THR nya anak-anak sudah kan tapi?” Tanya bapak curiga besar kalau THR untuk para ponakan di Tanaka juga ketinggalan.
“Loh.” Ibu mengecek tas merahnya, tidak ada amplop-amplop lebaran yang kemarin malam disiapkan. Melihat ibu menepok jidat kami semua manarik napas dalam, menyayangkan tapi juga memaklumi karena ibu kami sudah tidak muda lagi. Mungkin wajar di usia 55 tahun itu ibu sudah mulai pikun.
“Nanti ambil di ATM aja buk.” Kata mbak mencari jalan keluar.
“ATM nya itu di dalam dompet.” Tegas ibu, kami kembali menarik napas dalam-dalam ditengah-tengah kemacetan.
“Oh kan pakek Brimo bisa, kemarin sudah tak install di HP ibu, udah verifikasi juga, tinggal makek aja.” Singgung mbak sekali lagi.
“Lah iya kartu ATM iku ada di dompet.” Mas iparku mencoba menjelaskan