Mohon tunggu...
Ardhianto
Ardhianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Maha = amat/paling Siswa = Orang yang berguru/belajar Mahasiswa = Orang yang paling banyak berguru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sejarah Bendungan Lama Pamarayan, Bendung Terbesar Peninggalan Kolonial

3 Agustus 2021   15:34 Diperbarui: 3 Agustus 2021   15:38 4441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bendung Lama Pamarayan terletak di dua wilayah, sebagian bangunan berada di Desa Pamarayan, Kecamatan Pamarayan dan sebagian lainnya di Desa Panyabrangan, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, Banten. 

Bendung Lama Pamarayan membentang sepanjang 191,65 meter, terdiri atas bangunan utama, ruang kontrol,  bendungan sekunder, ruang lori, jembatan serta rel lori. 

Bendungan ini pernah memegang predikat bendungan terbesar di Indonesia selama beberapa dekade sejak selesai dibangun pada tahun 1925. Predikat bendung terbesar di Indonesia ini kemudian beralih ke Bendungan Jatiluhur pada 1962.

Bendung Pamarayan merupakan bangunan bersejarah peninggalan masa pemerintah kolonial Hindia Belanda. 

Salah satu bangunan yang pada masanya menjadi Land Mark pemerintah kolonial, khususnya di Banten. Untuk memahami latar belakang pembangunan bendung ini maka perlu dipahami kebijakan pemerintah kolonial pada awal abad 20.

Pada tahun 1889 Conrad Theodore van Deventer, seorang ahli hukum Belanda yang pernah tinggal di Hindia selama hampir 17 tahun (1880-1897) menerbitkan artikel berjudul "Een Eereschuld" (Suatu Hutang Kehormatan). 

Hutang yang dimaksud adalah jasa besar baik langsung maupun tidak langsung dari Hindia Belanda bagi negeri Belanda. Hutang ini mencakup berbagai aspek, terutama pada aspek perolehan kekayaan dan kemakmuran negeri Belanda yang sangat bergantung pada Hindia. 

Van Deventer bersama dengan rekannya, Pieter Brooshooft menjadi pencetus gerakan Politik Etis atau Politik Balas Budi Pemerintah Kolonial.

Di Banten, menjelang akhir abad 19 terjadi serangkaian pemberontakan terhadap pemerintah kolonial. Sartono Kartodirjo dalam karyanya "Pemberontakan Petani Banten 1888" menyebut nama Pamarayan sebagai salah satu daerah lahirnya para jawara yang ambil bagian dalam pemberontakan di beberapa daerah di Banten. 

Pemerintah kolonial menganggap peristiwa yang terjadi di banten pada abad 19 seperti Geger Cilegon sebagai akibat dari kemisikinan penduduk Banten. Atas alasan itu, program irigasi ditujukan untuk mensejahterakan masyarakat Banten melalui bidang pertanian.

Berawal dari munculnya wacana untuk mengkaji daerah aliran Sungai Ciujung. Ide ini semakin terpacu untuk direalisasikan pasca tragedi Geger Cilegon tahun 1888, pemberontakan yang sering disebut sebagai akibat dari rendahnya kesejahteraan masyarakat dan juga rendahnya produktifitas pertanian. 

Pembangunan bendungan ini dimulai setelah jalur kereta api yang menghubungkan Rangkasbitung - Merak selesai dibangun pada 1905.

BACA JUGA: Plastik & Kertas, Mana Lebih Ramah Lingkungan

Bendungan pamarayan memiliki dua saluran induk yang berhasil mengubah tanah tidak produktif menjadi sawah tarikan yang mampu menyediakan kebutuhan beras wilayah banten sejak tahun 1925. 

Gubernur Jendral baru mengeluarkan besluit (surat keputusan) pembangunan bendungan pada tahun 1905, ketika jalur kereta api dari Rangkasbitung ke Merak selesai dibangun.

Stasiun Catang yang berjarak 4 KM merupakan stasiun terdekat dari lokasi pembangunan bendungan. Stasiun ini dihubungkan ke lokasi pembangunan dengan rel untuk lori atau gerbong pengangkutan bahan material selama proses pembangunan Bendung Pamarayan.

Sebelum memulai pembangunan, Burgerlijke Openbare Werken (BOW) atau Departemen Pekerjaan Umum menandatangani kontrak perjanjian dengan Staatsspoorwegen (SS), sebuah perusahaan kereta api yang sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Hindia Belanda. 

Perjanjian ini dibuat untuk mengangkut batu dari Bukit Cerelang di Anyer yang akan digunakan untuk bahan utama bendungan. BOW harus membayar sebanyak 44.000 gulden kepada SS atas kontrak tersebut.

Dalam catatan direktur BOW, untuk memastikan kualitas bangunan dan pengerjaan proyek ini, pemerintah kolonial membayar 3 insinyur dan 2 pengawas kelas satu . 

Pembangunan Bendung Pamarayan dilakukan secara bertahap di bawah pengawasan seorang insinyur Belanda bernama Ing. Strengnaerts. Ia memimpin dan mengawasi pembangunan serta pengangkutan ribuan ton batu dari Anyer ke Pamarayan.

Tahap berikutnya terus dilanjutkan sehingga kanal untuk bendungan selesai dibangun pada 1911. Pembangunan dilanjutkan dengan pembangunan bendungan utama dan bangunan lain. 

Diperkirakan BOW telah memperkerjakan sebanyak 300.000 orang buruh harian. Bendung Pamarayan selesai sepenuhnya dan mulai beroperasi pada 1925 dan menghabiskan anggaran sebesar 2 juta gulden selama pembangunan.

Sebenarnya, gagasan pembangunan bendungan Pamarayan sudah muncul sejak september 1876. Sejak saat itu, wacana pembangunan bendungan mulai dicetuskan para pejabat tinggi pemerintah kolonial dalam kajian Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung. 

Sementara dalam naskah Besluit Gubernur Jendral tertulis nama Pamarajan (ejaan lama, j=y), menunjuk suatu daerah di Banten (kini salah satu kecamatan di Kabupaten Serang) sebagai tempat dibangunnya bendungan. 

Ada yang menarik dari penamaan ini, fakta penamaan Pamarajan menunjukan bahwa sebutan Pamarayan sudah ada sebelum bendungan dibangun. 

Hal ini berbeda dengan cerita yang sering dituturkan oleh masyarakat luas terutama masyarakat Pamarayan. Masyarakat mempercayai bahwa asal usul nama pamarayan berasal dari kata maray (mayar/bayar) yang merujuk pada aktivitas pembayaran pada para pekerja yang membangun bendungan ini.

#UntirtaJawara #KKMtematik2021Untirta #kkm_untirta2021 #kkm_untirta_63 #kkm_untirta_desa_pamarayan

Referensi :
Mufti, A dkk. (2012). Inventarisasi dan Penelusuran Nakah Kuno Banten bag Sejarah Bendungan Pamarayan. Serang: Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun