Aku masih benci malam Minggu.
Hari-hariku di dunia kerja juga gak jauh berbeda. Hanya saja, berlaku pada seorang. Semenjak kenal gaji, aku jadi lebih memikirkan hasrat terhadap uang daripada cinta dan bercintanya. Jangan-jangan ibu rutin menuruti keinginan bercintanya ayah hanya karena gaji ayah yang tiga kali lipat lebih besar? Atau gara-gara ayah mampu memberinya rumah bagus dan menghadiahinya mobil mewah? Wah! Aku harus pikirkan hal itu juga untuk diriku.
Cukup seorang saja untuk mencukupi kebutuhan seksualku dan tentu saja memenuhi kebutuhan keuangan demi mencapai cita-cita masa kecilku: kabur dari rumah. Aku dibersamai oleh laki-laki ganteng, mapan, kaya raya, dan punya banyak gaya saat bercinta. Sempurna.
Tapi
Sesuatu yang sempurna itu pada akhirnya hilang begitu saja. Kesempurnaan menuntut kesempurnaan pula. Sedangkan yang aku punya selalu rasa bosan pada tuntutan. Jadi, kenapa gak aku hanya melanjutkan hubungan dengan apartemen baruku tanpa seseorang yang telah melunasinya? Bisa dibilang tempat tinggalku yang mewah ini sekaligus sebagai kenang-kenangan termewah dari sekian banyak pengalaman bercinta.
***
Aku masih benci malam Minggu.
Sebab ada malam Minggu yang pada akhirnya membawaku jatuh cinta lagi di hari ulang tahunku ke tiga puluh. Ia datang dengan sangat sederhana dan santun. Di hadapannya, aku sama sekali melupakan keinginan untuk menyatukannya tubuh kami. Ruang temu kami lebih sering kami isi dengan mengikuti acara-acara diskusi atau pertunjukan kesenian. Cukup disitu. Dia adalah satu-satunya lelaki yang tega atau mungkin rela membiarkan aku pulang sendiri. Gak ada tawaran mampir sebentar di kamar. Ada sebuah keputusan untuk mengikuti arus permainan yang dia ciptakan. Sampai akhirnya aku benar-benar hanyut di arus keteduhan rasa yang dia bangun.
"Aku sayang sama kamu", Bodoh! Bisa-bisanya aku lebih dulu bilang begitu.
"Aku tau." Jawaban yang singkat dan cukup sialan. "Aku cukup merasakan perasaan kamu. Makasih ya", lanjutnya.
Jangan pikir setelah suasana seperti itu dia mau mengantarku pulang atau mampir rumahku. Sama sekali gak. Dia hanya memanfaatkan fitur cek lokasi terkini melalui aplikasi yang menghubungkan ponsel kami. Itu caranya memastikan aku dalam keadaan selamat sampai di tempat tinggalku. Awalnya aku merasa aneh. Lama kelamaan aku terbiasa dan merasa justru hal yang dilakukan amatlah manis.