Mohon tunggu...
Ardalena Romantika
Ardalena Romantika Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

Merupakan pribadi yang amat senang bertukar cerita, pengalaman, dan hal baru dengan semua orang dari berbagai latar belakang. Saya percaya bahwa dengan mengaktualisasikan diri melalui pertukaran dan eksplorasi ide dengan orang lain, akan tercipta ruang kebebasan berekspresi dan kesetaraan bagi setiap manusia. Jadi, mari kita saling berbagi gagasan dan berekspresi bersama!.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Merawat Ingatan dengan Seribu Kata dalam Sehari

1 Februari 2021   08:00 Diperbarui: 25 Maret 2022   00:15 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay.com

Ketika kita masih menjadi sosok berumur belasan tahun, semua hal nampak mudah untuk dilakukan. Belajar hal-hal baru masih terasa menyenangkan, segala kenangan indah masih segar dalam ingatan, dan berbagai ilmu masih melekat dalam kepala. 

Tentu akan sangat menyenangkan apabila selamanya kita hidup dengan kemampuan demikian. Namun apa daya, umur kita terus bertambah dan kita pun menua. 

Banyak hal-hal yang bisa kita lakukan dengan mudah ketika kita masih bocah belasan tahun, namun kini terasa begitu susah. Contohnya saja adalah untuk mengingat sesuatu.

Ketika kita masih kanak-kanak, mudah sekali untuk mengingat isi buku yang sudah dibaca, kejadian yang dialami tempo hari, bahkan hal-hal yang dikatakan oleh orang lain beberapa minggu sebelumnya. 

Namun, ketika kita menjadi orang dewasa, kita jadi mudah lupa dengan kejadian-kejadian dalam aktivitas kita sehari-hari. Bahkan meskipun kejadian itu baru saja kita alami. 

Akhirnya kita jadi kesal sendiri. Apalagi jika informasi yang kita lupakan adalah informasi penting yang masih berguna untuk kita nanti.

Mengapa kita jadi mudah lupa ketika dewasa? 

Ada banyak faktor yang menyebabkan kita mudah lupa. Namun agar nyambung dengan pembahasan kali ini, maka kita akan berkenalan dengan satu teori yang dapat menjawab pertanyaan ini. Teori ini dikenal sebagai Decay theory.

Menurut Decay Theory, memori di otak kita menyerupai alur-alur ingatan. Tiap kali ada memori baru yang masuk, maka memori lama semakin memudar, bahkan lambat laun akan hilang.

Ketika kita dewasa, semakin banyak aktivitas yang harus kita jalani. Makin banyak pula masalah yang kita hadapi. Perharinya, kita menyerap berbagai informasi, baik dari kerjaan di kantor, obrolan keluarga, gosip tetangga, bahkan berita televisi. Akibatnya, ada beberapa informasi yang hilang dari ingatan.

Faktor usia juga tentunya menjadi biang kerok terbesar yang menjadi alasan mengapa kita mudah sekali lupa. Semakin kita tua, semakin banyak reaksi kimia yang terjadi di organ vital kita, salah satunya adalah otak. 

Reaksi ini akan mempengaruhi kinerja lobus temporalis otak kita yang berperan untuk menyimpan ingatan. Bisa dibilang otak kita akan turun mesin ketika kita tua. 

Hal ini merupakan sesuatu yang tak bisa dielak, sudah merupakan hal yang wajar apabila produktivitas dan kecerdasan kita akan menurun ketika kita semakin tua.

Lantas, bagaimana cara merawat ingatan dan menghambat kepikunan?

Salah satu cara untuk merawat ingatan adalah dengan menulis. Menulis merupakan suatu kegiatan yang melibatkan kemampuan mengingat, merangkai kata, berpikir kritis, dan kemampuan-kemampuan lain yang membuat otak kita terus berkonsentrasi pada informasi tertentu. 

Metode menuliskan informasi dalam proses pembelajaran adalah salah satu metode paling efektif untuk membantu siswa mengingat materi pelajaran. Itulah sebabnya, guru seringkali memberikan tugas membuat ringkasan materi tiap akhir bab. 

Tujuannya agar materi tersebut lebih melekat di ingatan siswanya, daripada apabila hanya sekadar mendengarkan penjelasan di kelas. Nah, kita dapat menggunakan metode ini untuk mengingat informasi-informasi atau kenangan tertentu meskipun kita sudah bertahun-tahun tak lagi berada di bangku sekolah.

Menulis opini, kritik, maupun analisis terhadap suatu masalah juga akan membuat otak kita terasah. Meskipun kita sudah tak secerdas dulu lagi, setidaknya dengan selalu berpikir kritis, otak kita tidak nganggur. 

Analoginya seperti pisau yang berkarat karena terlalu lama disimpan di gudang. Pisau tersebut tentu tidak akan berkarat apabila kita menaruhnya di dapur dan rajin menggunakannya untuk memotong bahan makanan. 

Otak kita yang terlalu lama tidak dipakai untuk berpikir kritis pun akan berkarat dan berimbas pada penurunan memori otak.

Dengan menulis, berbagai emosi dapat tersalurkan. Perasaan sedih, galau, marah, dan kecewa tak lagi terpendam dan mengendap di dalam diri kita. Hasilnya, kecerdasan emosional (EQ) akan meningkat. EQ sendiri merupakan kecerdasan seseorang dalam memanajemen emosi agar selalu terarah dan terkendali. 

Selain itu, EQ juga berperan dalam menentukan langkah seperti apa yang akan diambil ketika seseorang berada dalam keterpurukan dan situasi sulit. 

Nah, bisa dibayangkan kan betapa bergunanya hobi menulis bagi manajemen stres kita? Dengan EQ yang baik, manajemen stres pun akan lebih terkendali, akhirnya otak akan bekerja lebih ringan dan siap menampun serta menyimpan informasi-informasi baru.

Selain itu, dengan menulis, kita dapat menghambat tertimbunnya memori lama kita. Setidaknya, kita berhasil mencegah memori tersebut agar tidak hilang begitu saja. Selagi kita membaca kembali apa yang kita tulis, saat itulah kita akan terus mengingatnya.

Mengapa seribu kata?

Tak ada alasan khusus mengapa kita disarankan menulis minimal 1000 kata dalam sehari untuk merawat ingatan. Sekilas, 1000 kata terlihat sangat banyak dan sulit. 

Namun, sebenarnya untuk merangkum pemikiran kritis, memori selama 1 hari, dan informasi-informasi penting, 1000 kata bukanlah jumlah yang mustahil untuk digapai.

Apabila menulis opini kritis dirasa membebani, maka Anda bisa menggunakan alternatif lain untuk menulis 1000 kata. 

Salah satunya adalah dengan menulis detail kejadian atau informasi penting yang Anda dapatkan selama sehari ini. Bila tidak ada informasi yang dirasa penting, Anda bisa mencatat kegiatan apa saja yang Anda lakukan sejak bangun tidur hingga waktu Anda menulis. 

Atau, Anda bisa menuangkan imajinasi Anda kedalam cerpen, novel, maupun puisi-puisi yang indah. Meskipun hanya cerita fiksi, namun otak kita akan lebih produktif daripada kita tidak menulis sama sekali. 

Hal ini karena menulis cerita fiksi melibatkan kemampuan merancang kalimat, imajinasi adegan, dan memilih diksi sehingga kinerja otak tak akan berbeda jauh ketimbang saat kita menulis opini kritis.

Menulis dengan metode tulis tangan lebih dianjurkan

Jika ditawari untuk menulis menggunakan laptop atau pulpen dan buku, kebanyakan dari kita tentu akan memilih laptop. Alasannya beragam, mulai dari karena menulis tangan membuat pegal, malu karena tulisan tangan jelek, hingga mudahnya transfer dokumen apabila ditulis dengan metode ketik dibanding tulisan tangan.

Padahal, untuk merawat ingatan kita, metode tulis tangan di atas kertas jauh (atau disebut dengan metode konvensional) jauh lebih efektif. 

Menurut penelitian yang dimuat dalam jurnal Psychological Science, mencatat secara konvensional lebih meningkatkan kualitas belajar seseorang dibandingkan dengan mencatat dengan metode ketik. 

Hal ini disebabkan adanya lebih banyak bagian tubuh yang bergerak, sehingga menyebabkan rangsangan pada area otak besar yang akan berpengaruh pada memori dan pemikiran kita.

Nah, berdasarkan uraian singkat di atas, jelaslah bahwa menulis dapat menghambat kepikunan dan mempertajam daya ingat. Cukup dengan 1000 kata sehari untuk menuangkan apa saya yang ada di pikiran kita tiap harinya, sudah sangat cukup untuk merawat ingatan menuju usia senja.

Namun bagaimanapun, 1000 kata hanyalah challenge agar Anda semangat menulis demi merawat ingatan. Tentunya tak apa apabila Anda tak sempat menulis hingga 1000 kata. 

Yang terpenting adalah teruslah menulis agar kita tidak mudah lupa. Selain itu, menulis konten-konten positif di media sosial tentu akan memberi manfaat bagi sesama sehingga kita pun tetap dapat menebar kebaikan kala menuju usia senja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun