Metode KSA merupakan metode yang lebih objektif dan ilmiah karena didasarkan pada kaidah pengambilan sampel yang benar dan kesalahan relatifnya dapat dihitung serta dapat dipertanggungjawabkan. Metode ini mengamati berupa segmen yang terdiri dari sembilan subsegmen secara kontinu.
Selanjutnya titik amatan tersebut fasenya dicatat untuk kemudian dihitung estimasi luas panen dan angka potensi panennya hingga tiga bulan ke depan menggunakan klasifikasi fase tumbuh padi yang diamati oleh petugas. Hal yang tidak dilakukan oleh metode eye estimate-nya (baca: kira-kira) Kementan.
Saat ini ada sebanyak kurang lebih 22 ribu sampel segmen yang diamat dengan titik amatan kurang lebih sebanyak 199 ribu.Â
Dengan adanya perbaikan metodologi dalam mengestimasi luas panen dapat memberikan jawaban atas polemik data pangan sehingga dasar kebijakan yang diambil dapat lebih objektif dan bisa terlaksana dengan baik.
KSA sendiri sebagaimana metode statistik lain tidaklah terbebas dari eror (kesalahan) tetapi erornya bisa diukur dan masih dalam batas wajar serta tidak menyalahi kaidah yang ada. Saat ini kekurangan yang ada adalah jumlah sampel hanya mencapai 2,5% secara rata-rata nasional.
Menurut riset Praktik Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa Politeknik Statistika STIS tahun 2019 di Bali ditemukan kesimpulan jika sampel ditambah maka akan menambah akurasi dari hasil KSA.
Namun demikian, KSA saat ini adalah metode yang paling bisa dipertanggungjawabkan. Jika klaim Eks Mentan bahwa ada kesalahan sampai 92%, apalagi sampai menuding itu data mafia, sungguh sangat disayangkan.
KSA sebagai salah satu inovasi BPS pada tahun 2019 telah mendapat penghargaan Top 45 Inovasi terbaik oleh Kemenpan-RB. Kepercayaan besar yang juga diberikan oleh Mentan yang baru (SYL) adalah hal yang positif.
Dukungan dari semua pihak akan sangat dibutuhkan untuk semakin menyempurnakan metode yang ada. Dukungan dari mentan harus dimaknai sebagai tanggung jawab besar untuk menunjukkan profesionalisme, integritas, dan sikap amanah di dalam diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H