Mohon tunggu...
Dwi Ardian
Dwi Ardian Mohon Tunggu... Lainnya - Statistisi

Pengumpul data belajar menulis. Email: dwiardian48@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Data Pangan BPS Bukan Data Mafia

1 November 2019   18:56 Diperbarui: 3 November 2019   05:05 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disinyalir ada ketidakwajaran peningkatan lahan baku sawah terstruktur dari petugas dinas pertanian di desa-desa dan kecamatan.

Penyebabnya, karena setiap mereka dibebani target luas panen dan produktivitas yang besar. Penghargaan dan anggaran bantuan akan semakin besar seiring besarnya luas sawah.

Hal ini diamini oleh Mentan yang baru, SYL, saat dialog di CNN Indonesia, "Saya bekas kepala desa juga, jika saya mau dicap hasil pertanian saya bagus saya akan bilang ke petugas pertanian bikin dong hasil ubinan dari 4 ton menjadi 5 ton (per hektare), saya juga bekas camat, juga bekas bupati, akhirnya kenaikan itu bisa sampai 3 kali (karena permintaan)." (CNN Indonesia, 25/10).

SYL mengakui tidak akan mengikuti anjuran Mantan Mentan, Amran Sulaiman, agar tidak memakai data BPS. SYL akan tetap memakai data BPS sebagai leading sector dan tidak boleh lagi ada data versi lembaga lain.

"Data BPS akan menjadi leading sector tetapi perbaikan akan tetap kita lakukan untuk penyempurnaan," lanjut beliau.

KSA yang Terbaik Saat Ini
Berdasarkan data KSA tahun 2018 lalu, BPS mencatat luas panen mencapai 10,9 juta hektare. Adapun, berdasarkan perhitungan luas panen diperkirakan produksi gabah kering giling atau GKG mencapai 56,54 juta ton gabah atau setara dengan 32,42 juta ton beras.

Karena itu, dengan angka konsumsi beras mencapai 29,57 juta ton per tahun, maka diketahui surplus beras diperkirakan mencapai 2,85 juta ton. Angka yang sangat jauh disbanding data Kementan dengan selisih 30% lebih.

Pada tahun 2019 ini selain terus meningkatkan akurasi, metode KSA juga telah melakukan pengukuran untuk memperkirakan luas panen jagung.

Sehingga nantinya selain metode yang semakin baik performanya, juga akan merilis dua komoditas pangan yakni potensi produksi beras dan produksi jagung.

Tudingan Amran Sulaiman yang secara tidak langsung menganggap data hasil KSA sebagai data mafia tentu mendapat reaksi keras.

Paling tidak, dari para personel terkait 5 lembaga yang terlibat di dalamnya serta masyarakat yang mempertanyakan diamnya selama ini jika memang menganggap data miliknya lebih bisa dipertanggungjawabkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun