Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menyukai hal-hal sederhana, suka ngopi, membaca dan sesekali meluangkan waktu untuk menulis. Kunjungi juga blog pribadi saya (www.arsitekmenulis.com) dan (http://ngeblog-yuk-di.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Money

Kata Kang Pepih : Bertransaksi Pakai Tunai Sama dengan Kuno

14 Juni 2015   23:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum menutup sambutannya, Pak Deri tak lupa mengajak peserta yang hadir untuk mensosialisasikan gerakan non tunai ini, baik itu dari kalangan mahasiswa/i, aktif di komunitas, maupun yang aktif menulis seperti di Kompasiana. Mengapa harus mahasiswa/i, komunitas, dan Kompasianer? Karena ia yakin peserta yang hadir sudah memiliki pemahaman akan masalah keuangan dan bisa di andalkan untuk mensosialisasikan program “non tunai”. Lebih-lebih lagi kepada peserta yang sudah terbiasa menulis di berbagai media, seperti di Kompasiana.

Selanjutnya dan merupakan sambutan terakhir, yakni dari Ibu Nanik Sekarningsih (Perwakilan BI juga). Dalam sambutannya, Ibu Nanik mengungkapkan bahwa acara nangkring yang diselenggarakan di Makassar merupakan kegiatan yang ke-5 dari kerja sama BI dengan Kompasiana selaku media warga. Setelah itu beliau kemudian menjelaskan mengenai tugas pokok BI selama ini, yaitu : moneter, stabilitas keuangan, sistem stabilitas keuangan, dan pengawasan sistem pembayaran. Sedangkan yang nantinya akan di bahas dalam talkshow nanti adalah mengenai kestabilan harga, tentang sistem pembayaran dan pengawasan sistem pembayaran. Mengapa masalah kestabilan harga ikut di bahas dalam nagkring kal ini? Karena kenaikan harga juga bisa menyebabkan terjadinya inflasi. Ibu Nanik juga menjelaskan mengenai target inflasi untuk tahun ini, pengaruh BI rate terhadap inflasi dan juga pada suku bunga. Kurang lebih demikian penjelasan singkat dari Ibu Nanik Sekarningsih.

Tanpa menunggu lama, usai sambutan ketiga berakhir, Mbak Lala segera memberikan tanggungjawab berikutnya kepada mas Nurulloh yang dipercayakan untuk menjadi moderator acara talkshow. Dengan sigap mas Nurulloh segera mengambil alih tanggungjawab yang di berikan kepadanya. Gak perlu menunggu lama, para narasumber pun langsung di hadirkan satu persatu ke tempat yang telah di sediakan. Adapun ketiga narasumber di acara nangkring kali ini, yakni Ibu Katrina (Perwakilan BI), Pak Dicky Jatnika (Perwakilan ASPI), dan Ibu Agustina (Perwakilan BI).

Pemateri Pertama, Ibu Katrina

Mengingat waktu yang singkat karena tinggal satu jam lagi memasuki waktu shalat zuhur, mas nurulloh segera saja memberikan kesempatan pertama kepada Ibu Katrina selaku perwakilan dari Bank Indonesia yang akan membahas mengenai latar belakang BI saat menggagas “Gerakan Nasional Non Tunai”.

Ibu Katrina pun langsung memaparkan materi yang sudah dikemas dalam bentuk slide show. Mengawali persentasinya, beliau mencoba mengajak peserta untuk melihat rasio uang elektronik yang digunakan oleh masyarakat Indonesia. Dari slide terlihat bahwa pengguna non tunai terbanyak untuk saat ini adalah masyarakat pulau jawa. Sedangkan untuk Sulawesi Selatan rasionya berkisar di antara 0,025-0,073. Namun jika di lihat untuk ke depannya, Makassar memiliki potensi yang sangat besar dalam hal penggunaan nont tunai bila dibandingkan dengan kota lain di Indonesia.

Untuk uang elektronik sendiri terdiri dari dua macam, yakni dalam bentuk kartu dan mobile. Namun harus di ingat bahwa uang elektronik berbeda dengan tabungan pada umumnya yang berfungsi sebagai simpanan dan memiliki bunga. Saat ini uang elektronik sudah bisa digunakan di pusat perbelanjaan (alfamart, carefour, indomaret, dll), pengguna jalan tol, dan provider telekomunikasi. Tak lupa juga di bahas mengenai perbandingan mengenai uang tunai dan non tunai. Di mana uang tunai memiliki kelemahan dalam biaya yang dikeluarkan harus besar, tidak tercatat, dan kurang efisien. Sedangkan untuk non tunai, yaitu efisien, praktis, aman, akses lebih luas, membuat perencanaan ekonomi menjadi lebih akurat, dan velocity of money.

Untuk sekadar diketahui, untuk mensukseskan Gerakan Nasional Non Tunai, Bank Indonesia menggandeng kemenkeu, kemenko, APPSI, Pemda Jakarta (saat peluncuran tanggal 14 Agustus 2014). Transaksi non tunai dapat digunakan di pemerintahan (bayar pajak), bisnis (belanja di Alfamart atau Indomaret, bayar tol/parkir), dan pribadi.

Pemateri kedua, Pak Dicky Jatnika

Sebagai pemateri kedua, pak Dicky selaku perwakilan dari ASPI akan membahas mengenai pembayaran. Dalam hal ini “bagaimana caranya” melakukan pembayaran dengan menggunakan uang elektronik atau E-Money. Sebelum berlanjut pada materi yang akan di presentasikan, Pak Dicky terlebih dahulu bertanya kepada peserta, apakah ada yang pernah atau sudah menggunakan mobile banking? Dari sekian banyak peserta, pengguna mobile banking masih terbilang minim.

Mengapa mobile banking di tanyakan? Karena mengingat perkembangan teknologi saat ini yang sudah canggih dan produsen banyak menghadirkan ponsel cerdas. Sehingga hal ini menjadikan perkembangan mobile banking ikut meningkat pula. Di sisi lain dengan adanya mobile banking, kita bisa melakukan pembayaran secara non tunai tanpa harus lagi repot-repot untuk melakukan penarikan secara tunai saat akan membayar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun