"Ke laut kak!!" jawabnya. "Coba kamu bayangkan lari lagi, masih ada kaki nggak?"
"Ada kak tinggal satu.."
"oke tendang lagi yang jauh, kalo perlu ke Afrika. Kalau sudah anggukkan kepala ya", jawab saya setengah berbisik. Setelah ia mengangguk, saya pastikan lagi agar kaki itu tidak muncul lagi.
"Naaahh...kamu tarik nafas lagi yang daleem lewat idung...keluarkan perlahan lewat mulut...bagus...sekarang buka mata perlahan."
"Kamu lari beneran sekarang ya..kalau masih ada kaki tendang aja nggak usah takut." Ujar saya, dan ia berlari sangat kencang, lebih kencang dari sebelumnya. Lebih percaya diri dan langkah-langkahnya meyakinkan. Tiba-tiba di tengah perjalanan agak lebih pelan lalu ia menendang sangat kencang. Mungkin saat itu ia kembali melihat kaki, tapi keberaniannya untuk melawan jelas patut diapresiasi. Tak saya sadari bahwa sedari tadi banyak teman-temannya memperhatikan cara saya men-therapy. Dan ketika Yosa berlari sangat kencang tiba-tiba riuh tepuk tangan bersahut-sahutan dibelakang saya.
"Nggak boleh ada yang menghentikan langkah kita menuju sukses, bahkan diri kita sendiri"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H