Yosa tiba-tiba menghampiri saya. Sejenak saya tatap wajahnya lalu kembali memperhatikan teman-temannya yang lain sedang bermain Ular Tangga Kejujuran racikan tim PENDEKAR alias PENDidikan Emosi dan KARakter yang kami gagas. Sambil memegang rambutnya yang ikal, siswa SD Perwanida Nurul Fajar ini tiba-tiba berdiri di sisi kiri saya seraya berkata,
"kak..aku trauma lari kak!"
Perhatian saya tersita... Membantu anak yang kira-kira berusia 9 tahun ini tampak lebih menarik ketimbang menyaksikan canda tawa serta gurauan puluhan anak lainya yang sedang hanyut dalam permainan pembangun karakter jujur tersebut. Hari kedua program PENDEKAR ini memang saya janjikan untuk memberikan hypnotherapy kepada siapapun peserta PENDEKAR yang memiliki trauma atau phobia tertentu agar bebas dari belenggu penyakit pikiran tersebut. Setidaknya itulah janji saya kepada para wali murid sehingga entah mengapa mereka berbondong-bondong menghampiri tim kami lalu memberondong dengan berbagai pertanyaan dari yang biasa sampai kasus luar biasa persis seperti martabak.
"Takut setan bisa ilang gak?"
"Takut ketinggian gimana tuh??"
"Phobia kucing bisa sembuh gak?"
"Takut laptop apa bisa ilang juga?"
Yaa...kira-kira begitulah pertanyaan yang muncul dengan segala keunikannya. Bahkan ada orang tua yang mencemaskan anaknya yang nggak pernah gagal. Hasilnya memang mengkhawatirkan, ketika ia kalah di ular tangga dan permainan lainnya spontan anak ini langsung mengamuk atau setidaknya ngambek sambil cemberut.
Kembali kepada Yosa yang dengan wajah polosnya masih terbayang hingga kini. Nggak kebayang ada orang yang takut untuk lari, tapi orang itu ada dihadapan saya. Ini bukan sinetron.
"Lho emang kenapa kamu takut lari??" tanya saya sembari berjongkok di hadapannya. Yang saya pahami adalah jika kita ingin berbicara dengan anak-anak maka mata kita harus sejajar dengan matanya.
"Dulu saya pernah lari eeehhh tau-tau temen saya nyelengkat saya, saya jatuh terus tangan saya patah. Sampe sekarang kalo saya lari jadi takut." Jawabnya dengan ekspresi yang bikin saya kasihan juga, agak melas gitu deh.